Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yoki Yulizar
"Pembentukan kompleks Ni(II) dan 1,10-Phenanthroline (C12H8N2/Phen) dengan penambahan dithizone (C13H12N4S/HDz) pada antarmuka heksana-air telah dipelajari dengan metode spektrofotometri melalui pengukuran langsung dengan metode centrifugal liquid membrane
(CLM). Ion Ni(II) dengan Phen membentuk kompleks kation Ni(C12H8N2) 22+atau NiPhen22+. Kompleks tersebut terlarut
dalam fasa air serta memiliki dua panjang gelombang maksimum, λ
maks yaitu 270 dan 292 nm. Pengamatan pembentukan kompleks dilakukan terhadap variasi pH dan konsentrasi ligan. Kondisi pH menyebabkan protonasi yang berpengaruh terhadap jumlah kompleks yang terbentuk. Pada variasi konsentrasi ligan, semakin besar konsentrasinya, jumlah kompleks yang terbentuk semakin banyak. Berdasarkan metode Batch, penambahan ligan HDz pada kompleks kation NiPhen 2 2+ menghasilkan kompleks asosiasi ion Ni(C13H11N4S)2(C12H8N2) atau NiDz 2Phen yang memilik iλ maks
403 nm, dan terekstrak dalam fasa organik. Hasil Pengukuran menggunakan metode CLM, diketahui kompleks NiDz2 Phen terbentuk pada antarmuka heksana-air dengan λ maks 523 nm. Perbandingan konsentrasi ligan Phen dengan HDz mempengaruhi laju awal pembentukan kompleks NiDz2 Phen. Semakin besar konsentrasi ligan Phen, laju awal pembentukan kompleks sinergis semakin cepat. Data yang diperoleh menggunakan metode CLM menunjukkan bahwa
tetapan laju pembentukan kompleks sinergis NiDz2 Phen pada antarmuka, ksebesar 0,30 s-1.

Abstract
Complex formation of Ni(II) and 1,10-phenanthroline (C12H8N2/Phen) with the addition of dithizone (C13H12N4S/HDz)
at the hexane-water interface has been studied by direct measurement spectrophotometry using the centrifugal liquid membrane (CLM) method. Ni(II) ion with Phen formed a cationic complex of Ni(C12H8N2) 22+or NiPhen22+. That complex dissolved in the aqueous phase and had two UV absorption spectrum maxima wavelengths, λ max 270 and 292
nm. Observation of complex formation was performed variations of pH and ligand concentration. The pH caused protonation that affected the amount of the formed complex. With the variations of ligand concentrations, the greater was the concentration of ligands the greater was the formed complex. Based on the Batch method, the HDz ligand addition into the NiPhen 2 2+ cationic complex produced ionassociation complex of Ni(C13H11N4S)(C12H8N2) orNiDz2Phen atλ
max 403 nm, and is extracted in the organic phase. Measurement results using CLM method showed that NiDz2 Phen complex was formed at hexane-water interface with λ max 523 nm. Comparison of Phen with HDz ligand concentrations affected the initial formation rate of NiDz2 Phen complex. The greater concentration of Phen ligand increased the initial rate of formation for synergistic complex. The obtained data using CLM method indicated that the synergistic complex formation rate constant of NiDz2 Phen at the interface, k was 0.30 s-1."
[Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI;Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], 2012
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rizkina Pascawati
"Pertumbuhan polimerisasi anilin dipelajari secara langsung melalui pengukuran dengan metode CLM yang dihubungkan dengan spektrofotometer UV-Visible. Polimer konduktif polianilin merupakan salah satu jenis material fungsional karena sifatnya yang menarik. Metode CLM yang telah dikembangkan selama ini digunakan untuk mengamati fenomena antarmuka pada pembentukan kompleks pada proses ekstraksi. Pada penelitian ini dicoba untuk memanfaatkan metode CLM yang menggunakan reagen dalam jumlah sedikit untuk mengamati pertumbuhan proses polimerisasi anilin secara langsung dan mempelajari mekanisme proses polimerisasi yang diamati pada interval waktu yang singkat. Penelitian ini dilakukan dengan mempelajari pengaruh kecepatan rotasi, volume, konsentrasi reaktan, rasio APS/AK dan penambahan asam dan basa. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan kecepatan rotasi mempengaruhi kecepatan pembentukan membran pada sel gelas. Volume mempengaruhi ketebalan lapisan membran yang terbentuk. Volume ideal adalah 0,2 mL dengan ketebalan membran adalah 0,3243 mm. Konsentrasi reaktan tidak mempengaruhi spesi-spesi yang terbentuk pada polimerisasi. Pembentukan PANI ES (Emeraldine Salt) mulai dapat diamati pada konsentrasi 0,02 M dan polimerisasi semakin cepat seiring meningkatnya konsentrasi reaktan. Rasio APS/AK yang ideal dalam polimerisasi adalah sebesar 1,25. Polimerisasi anilin dalam suasana asam dapat mempercepat terjadinya perubahan spesi pada tahap polimerisasi. Sedangkan penambahan basa dapat menghambat proses polimerisasi. Metode CLM telah berhasil diaplikasikan untuk polimerisasi anilin dan diharapkan penelitian ini dapat berkontribusi dalam perkembangan sains dan teknologi.

Growth polymerization of aniline is studied directly by using CLM method associated with UV-Visible spectrophotometer. Conductive polymer polyaniline is one kind of functional material because of its interesting properties. CLM method that which has been developed for all this time is used to observe interfacial phenomena in complex formation in the extraction process. This research is attempted to utilize the CLM method that uses small amounts of reagents for the polymerization of aniline to observe the growth process directly and to learn about the mechanism of the polymerization process observed at short time intervals. This research is conducted by studying the effect of rotational speed, volume, concentration of reactants, the ratio of APS/AK and the addition of acids and bases. From the results of the research, it can be concluded that rotational speed influences the speed of the cell membrane formation on the glass cell. Volume affects the thickness of the formed membrane. Ideal volume is 0,2 mL with membrane thickness is 0,3243 mm. The concentration of reactants does not affect the species formed in the polymerization. The formation of PANI ES (Emeraldine Salt) can be set to be observed at concentrations of 0,02 M and the polymerization becomes faster with the increasing concentrations of the reactants. The ideal ratio of APS/AK in the polymerization is 1,25. Polymerization of aniline in acidic conditions can accelerate the change of species in the polymerization stage whereas the addition of base can inhibit polymerization process. This CLM method has been succesfully applied to the polymerization of aniline and expectedly this research can be such a contribution to the development of science and technology as well.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S54414
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atiqah Nur Choiry
"Metode Centrifugal Liquid Membrane (CLM) telah berhasil diaplikasikan untuk reduksi Cr(VI) dengan kompleks AuNP@AMS@Fe(II) dalam sistem koloid. Pada penelitian ini sintesis AuNP dilakukan oleh metode CLM dengan mereduksi HAuCl4 menggunakan NaBH4. AuNP yang telah disintesis dimodifikasi dengan ligan AMS dan Fe(II) sehingga terbentuk kompleks AuNP@AMS@Fe(II). AuNP dan kompleks yang terbentuk di karakterisasi dengan Spektrofotometer UV-Vis, PSA dan TEM. Kompleks yang terbentuk diaplikasikan untuk reduksi Cr(VI). Pengukuran dengan spektrofotometer UV-Vis memperlihatkan penurunan intensitas absorbansi Cr(VI) pada λmaks 350 nm yang mengindikasikan terjadinya proses reduksi Cr(VI).
Dari analisis kinetika dan mekanisme reaksi perlakuan optimasi dilakukan terhadap variasi rasio mol pereduksi, konsentrasi Cr(VI) dan pH. Aplikasi kompleks dari kondisi ini menghasilkan rasio mol optimum dari aktivitas pereduksi AuNP@AMS@Fe(II) 1:3. Konsentrasi optimum Cr(VI) yang dapat direduksi adalah 9,66 x10-4 M pada pH optimum larutan Cr(VI) sebesar 4,7 dengan persen reduksi yang diperoleh selama 6 menit pengadukan sebesar 97,12% . Tetapan laju reduksi pseudo orde pertama untuk Cr(VI) sebesar 1,703 x10-1 menit-1.

Centrifugal Liquid Membrane (CLM) method has been successfully applied for Cr(VI) reduction with AuNP@AMS@Fe(II) complex in colloidal system. The synthesis of AuNP held with CLM method by reduction of HAuCl4 with NaBH4. AuNP was modified with MSA ligand and Fe(II) and formed AuNP@AMS@Fe(II) complex compound. AuNP and its complex compound characterized with UV-Vis Spectrophotometer, PSA and TEM Imaging. The complex compound was applied in the reduction of Cr(VI). UV-Vis Spectrophotometer measurement showed the decline of Cr(VI) absorbance intensity at λmaks 350 nm, indicating the reduction of Cr(VI).
Kinetic analysis from optimization reaction held in three parameters: mole ratio of reduction agent variation, Cr(VI) concentration variation, and pH variation. Complex compound application from these conditions resulting optimum mole ratio from AuNP@AMS@Fe(II) reduction agent is 1:3. Optimum concentration of Cr(VI) is 9,66 x10-4 M at optimum pH of Cr(VI) 4,7, with percentage of reduction during 6 minutes stirring is 97,12%. Pseudo order rate constant of Cr(VI) reduction is 1,703 x10-1 minutes-1.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56356
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pity Muliawan
"ABSTRAK Pembentukan kompleks ion logam Fe(III) dengan ligan 2-(5-bromo-2-piridilazo)-5-dietilaminofenol (5-Br-PADAP atau HL) pada antarmuka heksana-air telah dipelajari secara Spektrofotometri UV-Vis dengan metode batch dan metode sentrifugasi membran cair (Centrifugal Liquid Membran/CLM). Molar ratio pembentukan kompleks dinyatakan sebagai [HL] : [(Fe(III)] = 2 : 1, sehingga diketahui kompleks yang terbentuk adalah kation kompleks FeL2+. Ligan 5-Br-PADAP dalam heksana menghasilkan spektrum transisi pada ??maks = 450 nm, dengan nilai absortivitas molar, ?? = 2,95 x 104 M-1cm-1. Dari hasil metode batch diketahui bahwa kation kompleks FeL2+ (??maks = 512 nm) yang terbentuk tidak dapat terekstraksi dalam fasa organik, melainkan larut dalam fasa air dan sebagian teradsorpsi pada antarmuka heksana-air. Adanya penambahan Sodium Dodesil Sulfat (SDS) diamati dapat menurunkan konsentrasi kation kompleks FeL2+ yang terdapat dalam fasa air, dengan membentuk pasangan ion FeL2+-DS- yang teradsorpsi pada antarmuka heksana-air. Pada penambahan konsentrasi ligan 5-Br-PADAP yang tinggi dalam fasa air diamati terbentuknya spektra transisi baru yang bergeser ke arah panjang gelombang yang lebih besar (pergeseran merah/bathokromik) yaitu pada ??maks = 590 nm. Pembentukan spektra transisi ini dikonfirmasikan sebagai spektra transisi dari fenomena pembentukan J-aggregat (FeL2+)n dari monomer kation kompleks FeL2+. Dari hasil metode CLM, dapat diamati proses pembentukan monomer kation kompleks FeL2+ maupun aggregat (FeL2+)n pada antarmuka heksana-air terhadap perubahan waktu. ??maks monomer kation kompleks FeL2+ maupun aggregat (FeL2+)n mempunyai ??maks yang berbeda dengan ??maks yang ada dalam fasa air seperti yang dikonfirmasikan dari hasil metode batch, sehingga ??maks ini diidentifikasikan sebagai ??maks dari pembentukan monomer kation kompleks FeL2+ dan aggregat (FeL2+)n pada antarmuka heksana-air. Kata kunci : Metode Centrifugal Liquid Membran, Ligan 5-Br-PADAP, kompleks logam-piridilazo, antarmuka cair-cair, surfaktan SDS, adsorpsi, asosiasi ion."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stella Nurdianti
"ABSTRAK Kinetika dan mekanisme reaksi pembentukan kompleks Fe(II) dan Fe(III) dengan ligan 2-(5-bromo-2-piridilazo)-5-dietilaminofenol (5-Br-PADAP atau HL) pada antarmuka heksana-air telah dipelajari melalui pengukuran spektrofotometri UV-Vis menggunakan metode batch, metode high speed stirring (HSS) dan metode centrifugal liquid membrane (CLM). Molar rasio pembentukan kompleks Fe(II) dan Fe(III) yang diperoleh adalah [HL] : [Fe] = 2 : 1, sehingga kompleks yang terbentuk ialah kompleks netral Fe(II)L2 dan kompleks kation Fe(III)L2+. Ligan 5-Br-PADAP dalam pelarut heksana menghasilkan spektrum absorpsi UV-Vis pada ??maks = 450 nm dengan nilai absorptivitas molar, ?? = 2,95 x 104 M-1 cm-1, serta koefisien distribusi, KD = 8,81. Melalui pembentukan kompleks dengan metode batch diketahui bahwa kompleks Fe(II)L2 yang terbentuk akan terekstrak dalam fasa organik (dengan ??maks = 533 nm dan 750 nm), sedangkan penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kompleks kation Fe(III)L2+ tidak terekstrak pada fasa organik tapi terlarut pada fasa air (dengan ??maks = 512 nm). Adsorpsi zat pada antarmuka diselidiki dengan menggunakan metode high speed stirring (HSS). Berdasarkan percobaan yang dilakukan, diketahui bahwa saat kondisi kecepatan pengadukan tinggi (4500 rpm), sebagian besar ligan 5-Br-PADAP dan kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP akan teradsorpsi pada antarmuka. Tetapi saat kecepatan pengadukan dihentikan (stop), sebagian besar zat akan kembali terekstrak ke dalam fasa organik. Nilai konstanta adsorpsi ligan 5-Br-PADAP pada antarmuka (K??) heksana-air dengan metode ini didapat sebesar 3,15 x 10-4 cm. Juga diperoleh konstanta adsorpsi kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP pada antarmuka heksana-air sebesar 2,73 x 10-3 cm. Pembentukan kompleks dengan metode CLM menghasilkan spektra absorpsi dengan ??maks ( kompleks Fe(II)L2: 550 nm dan 750 nm, serta kompleks kation Fe(III)L2+: 523 nm ) yang berbeda dengan hasil yang diperoleh dari metode batch, disimpulkan bahwa kompleks tersebut berada pada antarmuka. Penggunaan ligan dengan konsentrasi tinggi pada pembentukan kompleks dapat menghasilkan aggregat kompleks (kumpulan kompleks), yang ditunjukkan dengan pergeseran panjang gelombang ke arah panjang gelombang yang lebih besar (pergeseran merah atau batokromik). Aggregat jenis ini disebut J-aggregat. Pembentukan kompleks Fe ?V 5-Br-PADAP yang diamati menggunakan metode CLM dipengaruhi oleh konsentrasi ligan dan pH. Dari hasil kinetika reaksi pembentukan monomer kompleks dan aggregat kompleks, dapat diketahui mekanisme reaksi yang terjadi pada antarmuka sistem heksana-air. Untuk pembentukan kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP diperoleh nilai kkmo = 8,63 x 102 M-1 s-1 dan kagg = 6,26 x 102 M-1 s-1, sedangkan untuk pembentukan kompleks Fe(III) ?V 5-Br-PADAP diperoleh nilai kkmo = 4,20 x 10 M-1 s-1 dan kagg = 6,36 x 10 M-1 s-1. Kompleks Fe(III) ?V 5-Br-PADAP dapat direduksi menjadi kompleks Fe(II) ?V 5-Br-PADAP menggunakan asam askorbat dan kinetika reaksi reduksinya diamati dengan metode CLM. Diperoleh konstanta laju rata-rata reaksi reduksi sebesar 9,76 x 10 M-1 s-1. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library