Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Matul Izza
"Bunga telang (Clitoria ternatea L) banyak mengandung senyawa-senyawa fitokimia yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan kondisi operasi optimum ekstraksi ultrasonik bunga telang dan untuk mengetahui aktivitas anti katarak hasil ekstraknya. Optimasi kondisi operasi ekstraksi dilakukan dengan Response Surface Methodology (RSM); dengan aplikasi software Design Expert 9.0.3. Kondisi operasi optimum yang dihasilkan dari penelitian ini yaitu rasio pelarut dan bunga telang (a/t) 62 ml/gr bunga, power output ultrasonik 60%, dan waktu ekstraksi 15 menit.
Di bawah kondisi operasi tersebut dihasilkan ekstrak dengan konsentrasi antosianin sebesar 10,42 mg/l dan total fenol sebesar 0,721 mg/ml. Hasil pengujian aktivitas anti-katarak menunjukkan bahwa; ekstrak bunga telang dengan konsentrasi 2,5% dapat melarutkan kalsium dan natrium dari model katarak berturut-turut 8,37 dan 4,43 kali lebih besar dibandingkan dengan air (kontrol).

Butterfly pea flowers (Clitoria ternatea L) contains many phytochemical compounds which are beneficial to human health. This study was conducted to obtain the optimum operating conditions of ultrasonic extraction of butterfly pea flower and to determine anti-cataract activity of the extract. The optimization of operating conditions during extraction process was performed by Response Surface Methodology (RSM) using application of Design Expert 9.0.3 software. The result of the optimum operating conditions on this study were 62 ml/g of solvent and flowers ratio; 60% ultrasonic power output; and 15 minutes extraction time.
These operating conditions resulted extract with 10.42 mg/l of anthocyanin and 0.721 mg/ml of phenol concentration. The result of determination anti-cataract activity show that 2.5% of butterfly pea flower extract was able to dissolve calcium and sodium from cataract models respectively 8.37 and 4.43 times greater than that of water (control).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41661
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Willi Yaohandy
"Jumlah penderita katarak di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Cara pengobatan katarak yang tersedia di Indonesia adalah operasi. Namun, operasi katarak membutuhkan biaya yang mahal dan memiliki resiko terjadinya komplikasi pasca operasi. Bunga telang (Clitoria ternatea) dapat dimanfaatkan sebagai sumber anti-katarak alami karena mengandung senyawa fenolik berupa antosianin. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh ekstrak antosianin dari bunga telang dan mengetahui kemampuannya sebagai anti-katarak. Kondisi optimal ekstraksi maserasi untuk antosianin dari bunga telang adalah pada temperatur 80℃, waktu ekstraksi 15 menit, dan massa bunga telang 1,25 gram per 50 ml air (rasio volum air terhadap massa bunga = rasio a/t (ml air/ g bunga telang) = 40).
Dalam penelitian ini, juga dilakukan rekonstruksi model katarak kortikal yang tersusun atas natrium oksalat, natrium karbonat, kalsium oksalat, kalsium karbonat, albumin, protein, dan lemak dengan berbagai variasi komposisi. Jumlah ion natrium yang meluruh pada model A, B, C, dan D berturut-turut adalah 0,0188; 0,03701; 0,17543; dan 0,24362%, jumlah ion kalsium yang meluruh pada model A, B, C, dan D berturut-turut adalah 0,00098; 0,00159; 0,00674; dan 0,00963%, sedangkan jumlah peluruhan protein pada model A, B, C, dan D berturut-turut adalah 12,755; 14,433; 12,695; dan 13,513%. Peluruhan ion natrium, ion kalsium, dan protein oleh ekstrak bunga telang ini lebih besar dibandingkan oleh air. Oleh karena ekstrak kembang telang memiliki jangkauan peluruhan ion natrium, kalsium, dan protein yang lebar sehingga cocok digunakan.

The number of cataract patients in Indonesia is increasing every year. In Indonesia, the alternative for cataract treatment is only cataract surgery. However, cataract surgery is very expensive and has a risk of surgical complications. On the other hand, butterfly pea flower (Clitoria ternatea) can be expected to be utilized as a source of natural souce of anti-cataract because it contains phenolic compounds such as anthocyanin. The purpose of this study is to obtain anthocyanin and phenolic extracts from butterfly pea flower and to evaluate its anti-cataract activity. The optimal condition of maceration extraction for anthocyanin of butterfly pea flower is in temperature 80℃, extraction time 15 minute, and 1,25 gram flower per 50 ml water (ratio between water?s volumeto flower?s mass = ratio a/t = 40).
In this research, also conducted reconstruction of cortical cataract models which contain sodium oxalate, sodium carbonate, natrium oxalate, natrium carbonate, albumine, protein, and lipid with various composition. The decay for sodium ion for model A, B, C, and D respectively are 0,0188; 0,03701; 0,17543; and 0,24362%, the decay for calcium ion for model A, B, C, and D respectively are 0,00098; 0,00159; 0,00674; and 0,00963%, while for protein respectively are 12,755; 14,433; 12,695; and 13,513%. The ability of sodium and calcium ions, and also protein decay by butterfly pea flower extract is higher than by water. Butterfly pea flower extract has a wide range of decay sodium ion, calcium ion and protein, making it suitable for more than one type of cataract composition.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58200
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shahjahan Pasha Mahindra
"Latar belakang: Kanker payudara adalah salah satu jenis penyakit kanker yang sering terdiagnosis dan menjadi penyebab banyak kematian di dunia. Kanker merupakan penyakit multi faktor yang berarti ada banyak faktor penyebab kanker. Faktor genetik, lingkungan dan gaya hidup memiliki peran dalam perkembangan kanker. Salah satu mekanisme perkembangan kanker adalah ketika terjadinya ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan di tubuh manusia. Jumlah radikal bebas yang tidak terkontrol dan berlebihan dan menyebabkan kerusakan sel dan pertumbuhan sel yang tidak terkontrol. Bunga telang (Clitoria ternatea) adalah tumbuhan yang sering ditemukan di Asia dan memiliki banyak manfaat.
Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mengetahui kandungan fitokimia, aktivitas antioksidan, dan aktivitas sitotoksik dari ekstrak bunga telang (Clitoria ternatea) terhadap sel kanker payudara T47D.
Metode: Clitoria ternatea yang sudah berupa serbuk kering dimaserasi bertingkat dengan pelarut n-heksana, etil asetat, dan etanol secara berurutan untuk menghasilkan ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat, dan ekstrak etanol Clitoria ternatea. Setiap ekstrak dianalisis kandungan fitokimianya melalui uji fitokimia, dievaluasi aktivitas antioksidannya dengan metode DPPH, dan ditentukan aktivitas sitotoksiknya terhadap sel kanker payudara T47D menggunakan uji MTT.
Hasil: Skrining uji fitokimia dari ekstrak Clitoria ternatea menunjukan adanya kandungan senyawa glikosida, flavonoid, tanin dan triterpenoid. Uji KLT menunjukan adanya sepuluh komponen senyawa fitokimia dalam ekstrak Clitoria ternatea. Uji DPPH menunjukan bahwa ekstrak Clitoria ternatea memiliki aktivitas antioksidan yang sangat tinggi terhadap radikal bebas DPPH. Uji MTT menunjukan bahwa ekstrak Clitoria ternatea memberikan efek sitotoksik yang kuat terhadap sel kanker payudara T47D.
Kesimpulan: Clitoria ternatea berpotensi dikembangkan lebih lanjut sebagai antioksidan dan antikanker payudara.

Background: Breast cancer is one of the most common and deadly forms of cancer in the world. Cancer is a multifactorial disease. Genetic factors, environment and lifestyle have a role in the development of cancer. One of the mechanisms of cancer development is when an imbalance between free radicals and antioxidants in the human body occurs. An uncontrolled and excessive amount of free radicals and cause cell damage and uncontrolled cell growth. Clitoria ternatea is a plant that is often found in Asia and many of the benefits of this flower have been studied.
Aim: This study aims to determine the phytochemical constituents, antioxidant activity, and cytotoxic activity of Clitoria ternatea against T47D breast cancer cells.
Method: Clitoria ternatea in the form of dry powder is macerated in a multi-level manner with n-hexane, ethyl acetate, and ethanol as solvents, producing a Clitoria ternatea extract of the respective solvents. Each extract is then evaluated for its phytochemical constituents, antioxidant activity, and cytotoxic activity using a phytochemical test, thin layer chromatography (TLC), DPPH assay, and MTT assay respectively.
Results: Phytochemical analysis of Clitoria ternatea shows the presence of glycosides, flavonoids, tannins and triterpenoids with TLC revealing the presence of ten phytochemical constituents. DPPH assay reveals that Clitoria ternatea exhibits a very active antioxidant activity. MTT assay reveals Clitoria ternatea has high cytotoxic activity towards the T47D breast cancer cell line.
Conclusion: Chemical constituents of Clitoria ternatea are responsible for the antioxidant and cytotoxic activity towards the T47D breast cancer cell line.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kamelia Kasuma Indah
"Bunga telang (Clitoria ternatea L.) telah digunakan secara turun-temurun dan diketahui mengandung senyawa fenolik. Fenolik diketahui berpotensi dalam menghambat sintesis melanin melalui penghambatan enzim tirosinase dan sebagai antioksidan. Dengan demikian, bunga telang dapat dikembangkan sebagai agen pencerah kulit dan antipenuaan. Berdasarkan penelitian sebelumnya pada ekstrak bunga telang asal Thailand, ekstrak etanol 95% konsentrasi 200 μg/mL memiliki persentase inhibisi enzim tirosinase 22,04±2,42% serta pada ekstrak air suling memiliki aktivitas antioksidan 0,38±0,01 mmol ekuivalen FeSO4/mg ekstrak. Namun, belum ada penelitian lebih lanjut terkait aktivitas antitirosinase dan antioksidan dengan metode FRAP pada ekstrak etanol 70% bunga telang dari Semarang, Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis aktivitas antitirosinase dan antioksidan dengan metode FRAP pada ekstrak etanol 70% bunga telang asal Semarang, Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen dan kadar air ekstrak etanol 70% bunga telang berturut-turut sebesar 46,702% dan 5,303±0,072%. Berdasarkan skrining awal, ekstrak bunga telang positif mengandung senyawa fenolik, flavonoid, alkaloid, dan terpenoid. Lebih lanjut, kadar fenolik totalnya adalah 32,877±0,652 mgEAG/g ekstrak. Selain itu, aktivitas penghambatan enzim tirosinasenya memiliki IC50 73,675±0,753 μg/mL (aktivitas kuat), sedangkan pembanding asam kojat memiliki IC50 11,423±0,065 μg/mL (aktivitas sangat kuat). Sementara itu, hasil uji aktivitas antioksidan metode FRAP-nya adalah 11,752±0,091 g ekuivalen FeSO4/100g ekstrak, sedangkan pada pembanding asam askorbat adalah 303,553±2,217 g ekuivalen FeSO4/100g asam askorbat. Dengan demikian, ekstrak etanol 70% bunga telang dari Semarang memiliki aktivitas antitirosinase yang kuat, tetapi aktivitas antioksidan melalui mekanisme transfer elektron yang cenderung lemah.

Butterfly pea flowers (Clitoria ternatea L.) has been used for generations and is known to contain phenolic compounds. Phenolics are known to have potential in inhibiting melanin synthesis through inhibition of tyrosinase enzyme and as antioxidants. Thus, butterfly pea flowers can be developed as skin lightening and anti-aging agent. Based on previous research on butterfly pea flowers extract from Thailand, 95% ethanolic extract at 200 μg/mL could inhibited tyrosinase enzyme 22.04±2.42% and distilled water extract had antioxidant activity 0.38±0.01 mmol FeSO4 equivalent/mg extract. However, there was no further research related to antityrosinase and antioxidant activity with FRAP method on 70% ethanolic butterfly pea flowers extract from Semarang, Indonesia. This study aimed to analyze the antityrosinase and antioxidant FRAP method activities on 70% ethanolic butterfly pea flowers extract from Semarang, Indonesia. The results showed that the yield and moisture content were 46.702% and 5.303±0.072%, respectively. Based on preliminary screening, it was positive for phenolics, flavonoids, alkaloids, and terpenoids. Furthermore, the total phenolic content was 32.877±0.652 mgGAE/g extract. In addition, its antityrosinase activity had an IC50 73.675±0.753 μg/mL (strong activity), while kojic acid had an IC50 11.423±0.065 μg/mL (very strong activity). Meanwhile, the results of antioxidant activity test by FRAP method was 11.752±0.091 g FeSO4 equivalent/100g extract, while the ascorbic acid comparator was 303.553±2.217 g FeSO4 equivalent/100g ascorbic acid. Thus, 70% ethanolic butterfly pea flowers extract from Semarang had strong antityrosinase activity, but antioxidant activity through electron transfer mechanism was weak."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Andini Fatiningtyas
"COVID-19 yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) menjadi pandemi di seluruh dunia pada 2020 hingga 2022. Dari agen terapi yang direkomendasikan, nirmatrelvir dan ritonavir aktif bekerja langsung menargetkan virus. Kemudian berkembang berbagai peluang pengembangan obat yang menargetkan virus secara langsung, dan salah satu target yang menarik adalah papain-like protease (PLpro), yaitu proein yang berperan penting dalam replikasi virus. Beberapa bahan alam yang berpotensi diteliti aktivitas penghambatannya terhadap PLpro adalah bunga telang (Clitoria ternatea), daun belimbing manis (Averrhoa carambola L.), dan jamblang (Syzygium cumini). Tujuan dari penelitian ini ialah memprediksi aktivitas penghambatan PLpro kandungan bunga telang (Clitoria ternatea), daun belimbing manis (Averrhoa carambola L.), dan jamblang (Syzygium cumini) yang dilakukan dengan metode penambatan molekul (molecular docking) secara in silico, dan dilanjutkan dengan uji in vitro. Metode penambatan molekul divalidasi dengan metode redocking dan didapatkan nilai RMSD 0,728 Å yang berarti metode valid (RMSD<2,0 Å). Uji penambatan molekul ketiga tanaman tersebut menunjukkan hasil adanya kandungan senyawa yang berpotensi untuk menghambat aktivitas PLpro. Ligan dengan nilai afinitas ikatan ternegatif dari masing-masing tanaman adalah asam folat (jamblang) dengan nilai -8,3 kcal/mol; petunidin 3-glucoside (telang) dengan nilai -7,1 kcal/mol; dan (-)-Epicatechin 3-O-gallate (belimbing manis) dengan nilai -8,6 kcal/mol. Hasil uji in silico dikonfirmasi dengan uji in vitro yang dilakukan dengan fluorescence-based inhibitory assay menggunakan PLpro sebagai protein target, substrat Z-RLRGG-AMC, serta inhibitor kontrol GRL0617. Hasil uji in vitro mendapatkan nilai IC50 GRL0617 3,38 μM. Ekstrak herbal dengan persentase inhibisi terbaik adalah ekstrak tunggal jamblang dengan nilai 66,10%.

COVID-19 caused by the severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) virus became the cause of the global pandemic from 2020 until 2022. Among currently recommended therapeutic agents, nirmatrelvir and ritonavir actively works by directly targeting the virus. This leads to various opportunities for developing drugs that acts directly on the structure of the virus. One interesting target for such drugs is the papain-like protease (PLpro) which is a protein that plays a significant role in viral replication. Several natural sources which has potential for their inhibitory activity against PLpro to be studied are butterfly pea (Clitoria ternatea), star fruit (Averrhoa carambola L.) and Java plum (Syzygium cumini). This study aimed to predict the inhibitory activity against PLpro possessed by the chemical contents of butterfly pea (Clitoria ternatea), star fruit (Averrhoa carambola L.) and Java plum (Syzygium cumini) through molecular docking and in vitro assay. Prediction of inhibitory activity against PLpro was done using molecular docking. The molecular docking method was validated using redocking method and RMSD score of 0.728 Å was received. This indicated that the docking method was valid (RMSD<2.0 Å). Molecular docking result showed that all three plants contain chemicals that have potential to inhibit PLpro activity. Ligands with the lowest binding affinity from each plant are folic acid (Java plum) with a score of -8.3 kcal/mol; petunidin 3-glucoside (butterfly pea) with -7.1 kcal/mol; and (-)-Epicatechin 3-O-gallate (star fruit) with -8.6 kcal/mol. Results from in silico study were then confirmed through in vitro assay using fluorescence-based inhibitory assay using PLpro as target protein, Z-RLRGG-ACM as the substrate and GRL0617 as the control inhibitor. IC50 concentration result of GRL0617 was 3,38 μM. Herbal extract with the best inhibition percentage was found to be Java plum with an inhibition percentage of 66.10%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library