Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Athiya Fatihah Akbar
"Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) adalah lembaga pemerintahan Indonesia yang memiliki peran penting dalam melawan tindak pidana pencucian uang dan pendanaan terorisme. Keamanan data di PPATK sangat penting mengingat lebih dari 16 juta laporan transaksi keuangan dan kontribusi dari 37.228 pihak pelapor yang diterima dan perlu dikelola. Meskipun informasi khusus mengenai serangan di PPATK tidak tersedia, namun penting untuk menetapkan regulasi keamanan di lembaga tersebut. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) telah menetapkan peraturan untuk memastikan keamanan informasi, termasuk Peraturan BSSN Nomor 4 tahun 2021 yang telah dipatuhi oleh PPATK. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis dan mengevaluasi tingkat kepatuhan PPATK terhadap regulasi tersebut dengan menggabungkan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepatuhan tinggi sekitar 94.7% dengan evaluasi pada 12 fungsi keamanan informasi yang secara keseluruhan baik, namun beberapa fungsi memerlukan perbaikan. Metode penelitian menggunakan skala penilaian dari NIST CRS (Cyber Risk Scoring) dan USG (Urgency, Seriousness, Growth) dengan tujuan memberikan rekomendasi konstruktif untuk meningkatkan Sistem Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) di PPATK.

The Financial Transaction Reports and Analysis Center (PPATK) is an Indonesian government institution that has an important role in fighting money laundering and terrorism financing. Data security at PPATK is very important considering that there are more than 16 million financial transaction reports and contributions from 37,228 reporters that need to be managed. Although specific information regarding the attack in PPATK is not available, it is important to establish security regulations at the institution. The National Cyber and Crypto Agency (BSSN) has made regulations to ensure information security remains safe, including BSSN Regulation Number 4 of 2021 which has been complied with by PPATK. This research was conducted to analyze and evaluate how well PPATK complies with these regulations, by combining quantitative and qualitative approaches. The research results show that information security systems in PPATK is running very well with a high level of around 94.7%, with an overall good evaluation of 12 information security functions, but there are several functions that require improvement. The research method uses assessment scales from NIST CRS (Cyber Risk Scoring) and USG (Urgency, Seriousness, Growth) with the aim of providing constructive recommendations for improving the Information Security Management System (SMKI) at PPATK."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Damar Apri Sudarmadi
"Penelitian ini membahas Strategi Badan Siber dan Sandi Negara BSSN Dalam Menghadapi Ancaman Siber di Indonesia. Suatu negara dituntut untuk dapat menguasai TIK secara baik dan benar serta tepat guna, karena dunia siber dapat menjadi potensi ancaman serta penyelenggaraan keamanan siber yang belum terintegrasi dapat berdampak terhadap kedaulatan negara dan ketahanan nasional. BSSN bertugas melaksanakan keamanan siber secara efektif dan efisien dengan mengonsolidasikan semua unsur yang terkait dengan keamanan siber. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian desktriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif serta metode pengumpulan data melalui observasi, studi kepustakaan, wawancara dan dokumentasi.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1 Menganalisis kondisi penyelenggaraan keamanan siber di Indonesia; 2 Menganalisis kesenjangan kondisi penyelenggaraan keamanan siber di Indonesia, 3 Menganalisis strategi BSSN guna meningkatkan komitmen bidang keamanan siber dalam menghadapi ancaman siber di Indonesia. Teori yang digunakan adalah teori organisasi, teori strategi, ancaman siber, keamanan siber, Global Cybersecurity Index 2017, serta analisis kesenjangan.
Hasil dari penelitian ini adalah 1 Analisis penyelenggaraan keamanan siber di Indonesia; 2 Analisis kesenjangan kondisi penyelenggaraan keamanan siber di Indonesia; 3 Analisis strategi BSSN guna meningkatkan komitmen bidang keamanan siber dalam menghadapi ancaman siber di Indonesia.

This research discusses the Strategy of National Cyber and Crypto Agency in Facing Cyber Threats in Indonesia. A country is required to be able to master ICT properly and correctly and appropriately, because the cyber world can be a potential threat and the implementation of cyber security that has not been integrated can affect the sovereignty of the state and national resilience. National Cyber and Crypto Agency is in charge of implementing cyber security effectively and efficiently by consolidating all elements related to cybersecurity. This research is included in this type of descriptive research using qualitative approach and data collection method through observation, literature study, interview and documentation.
This study aims to 1 Analyze the conditions of cyber security in Indonesia 2 Analyzing the gap in the state of cyber security in Indonesia, 3 Analyzing National Cyber and Crypto Agency strategy to increase cyber security commitment in facing cyber threat in Indonesia. Theories used are organizational theory, strategy theory, cyber threat, cyber security, Global Cybersecurity Index 2017, and gap analysis.
The results of this study are 1 Analysis of the implementation of cyber security in Indonesia 2 an analysis of the gap in cyber security conditions in Indonesia 3 National Cyber And Crypto Agency strategy analysis to increase cyber security commitment in facing cyber threat in Indonesia.
"
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hakim Nur Maulana
"ABSTRAK
Pada tahun 2018, diketahui terjadi sebanyak 232,447,974 serangan siber ke jaringan Indonesia. Sektor yang menjadi perhatian adalah instansi pemerintah, karena menjadi target utama serangan siber. Domain .go.id (website pemerintah) menempati peringkat pertama dengan 30,75% lebih sering terkena defacement. Untuk mengatasi masalah ancaman siber, Pemerintah Indonesia membentuk BSSN, yang mempunyai unit kerja Pusopskamsinas, yang kemudian telah membentuk Secuity Operation Center (SOC). Namun SOC yang sudah dibentuk belum sesuai kebutuhan, yang ada saat ini belum cukup karena lingkup, maturitas dan kapabilitas SOC masih terbatas, sedangkan ancaman siber setiap detik selalu berkembang, dibutuhkan kemampuan kontra intelijen siber sebagai langkah dan strategi intelijen untuk memprediksi dan menanggulangi kemungkinan ancaman siber, serta membangun pola koordinasi dengan SOC lainnya untuk mewujudkan Collaborative Cyberdefense. Maka dibentuklah National Secuity Operation Center (NSOC), yaitu pengembangan dari SOC yang memerlukan upaya rencana pembangunan keamanan siber yang terukur untuk menjamin keberhasilaln tugas dan fungsinya. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan pengembangan kemampuan kontra intelijen siber di Pusopskamsinas menggunakan langkah kerangka kerja keamanan siber berdasarkan NIST CSF, yang dipadukan dengan Penilaian maturitas dan kapabilitas pada SOC di Pusopskamsinas menggunakan SOC-CMM, serta rekomendasi rencana aksi menggunakan konsep kontra intelijen siber.

ABSTRACT
In 2018, there were 232,447,974 cyber attacks on the Indonesian network. The sector of concern is government agencies, because they are the main target of cyber attacks. Domain. Go.id (government website) ranks first with 30.75% more often affected by defacement. To overcome the problem of cyber threats, the Government of Indonesia formed BSSN, which has a work unit of Pusopskamsinas, which then has formed the Secuity Operation Center (SOC). However, the SOC that has been formed is not yet in accordance with the needs, which is currently not enough because the scope, maturity and capability of the SOC is still limited, while cyber threats are always developing every second, cyber counterintelligence capabilities are needed as a step and intelligence strategy to predict and cope with possible cyber threats , and build coordination patterns with other SOCs to realize Collaborative Cyberdefense. Then a National Secuity Operation Center (NSOC) was formed, which is the development of an SOC that requires measurable cyber security development plans to ensure the success of its duties and functions. Therefore, this research will develop the capacity of cyber counterintelligence in Pusopskamsinas using the steps of the cyber security framework based on NIST CSF, which is integrated with the assessment of maturity and capability in SOC in Pusopskamsinas using SOCCMM, and recommendations for action plans using cyber counter intelligence concepts cyber."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuni Inayah
"Dengan semakin berkembanganya teknologi dan sistem informasi pada area siber, ancaman siber juga semakin meningkat. Berdasarkan Laporan Honeynet BSSN Tahun 2023, Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan sumber serangan tertinggi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, IDS dijadikan solusi di berbagai sistem pemerintahan, bekerja sama dengan Honeynet BSSN. Namun, pada sistem IDS ini tidak bekerja secara maksimal untuk melakukan deteksi terhadap anomali atau jenis serangan baru yang belum belum pernah terjadi sebelumnya (zero-day). Solusi untuk meningkatkan performa IDS salah satunya dengan menggunakan machine learning. Beberapa studi sebelumnya membahas tentang perbandingan berbagai algoritma klasifikasi dan didapatkan bahwa algoritma random forest memiliki tingkat akurasi yang tinggi, tingkat false positive yang rendah, dan dalam hal komputasi tidak memerlukan sumber daya yang besar. Oleh karena itu, pada penelitian ini menggunakan algoritma random forest sebagai algoritma klasifikasinya. Dataset yang dipakai menggunakan dataset CIC-ToN-IoT sebagai dataset whitelist dan dataset dari Honeynet BSSN sebagai dataset blacklist. Model diklasifikasikan menjadi 10 (sepuluh) klasifikasi yaitu benign, Information Leak, Malware, Trojan Activity, Information Gathering, APT, Exploit, Web Application Attack, Denial of Service (DoS), dan jenis serangan lainnya (other). Hasil evaluasi menunjukkan bahwa implementasi algoritma random forest dengan dataset CIC-ToN-IoT dan dataset honeynet BSSN memiliki nilai akurasi yang tinggi dalam menganalisis berbagai serangan yang terjadi pada sistem informasi di lingkungan Pemerintah yaitu 99% dan dengan jumlah support data yang besar, model memiliki nilai presisi yang tinggi yaitu 91%.

With the increasing development of technology and information systems in the cyber area, cyber threats are also increasing. Based on the 2023 BSSN Honeynet Report, Indonesia is ranked first as the country with the highest source of attacks. To overcome these problems, IDS is used as a solution in various government systems, in collaboration with Honeynet BSSN. However, this IDS system does not work optimally to detect anomalies or new types of attacks that have never happened before (zero-day). One solution to improving IDS performance is by using machine learning. Several previous studies discussed the comparison of various classification algorithms and found that the random forest algorithm had a high level of accuracy, a low false positive rate, and in terms of computing did not require large resources. Therefore, this research uses the random forest algorithm as the classification algorithm. The dataset used uses the CIC-ToN-IoT dataset as a whitelist dataset and a dataset from Honeynet BSSN as a blacklist dataset. The model is classified into 10 (ten) classifications, namely benign, Information Leak, Malware, Trojan Activity, Information Gathering, APT, Exploit, Web Application Attack, Denial of Service (DoS), and other types of attacks. The evaluation results show that the implementation of the random forest algorithm with the CIC-ToN-IoT dataset and the BSSN honeynet dataset has a high accuracy value in analyzing various attacks that occur on information systems in the government environment, namely 99% and with a large amount of data support, the model has high precision value, namely 91%."
Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Badru Zaman
"Pembentukan Lembaga Pemerintahan Non Struktural di Indonesia tidak diikuti dengan adanya cetak biru dalam pelembagaan lembaga pemerintahan non struktural dan beragamnya model peraturan yang membentuknya serta kewenangannya dalam membentuk peraturan perundangan-undangan. Skripsi ini membahas tiga permasalahan utama. Pertama, lembaga non struktural yang memiliki kewenangan untuk membentuk peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang. Kedua, dasar pembentukan lembaga lembaga pemerintahan non struktural dan kewenangannya dalam pembentukan peraturan perundang-undangan. Ketiga, jenis kewenangan yang dimiliki oleh lembaga pemerintahan non struktural dalam membentuk peraturan perundang-undangan. Penulis menggunakan lembaga KPU, KPK, KPPU dan BSSN sebagai bahan untuk dikaji dengan metode yuridis normatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembentukan peraturan perundang-undangan dibawah undang-undang seharusnya diinklusikan hanya sebagai kewenangan pemerintahan. Selanjutnya, penulis menganalisis ada 4 (empat) dasar pembentukan lembaga pemerintahan non struktural dan kewenangannya dalam pembentukan peraturan perundang-undangan, yaitu dibentuk dengan undang-undang dan memiliki kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan, dibentuk atas perintah undang-undang dengan undang-undang dan memiliki kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan, dibentuk atas perintah undang-undang dengan Keputusan Presiden namun tidak memiliki kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan dan dibentuk melalui Peraturan Presiden namun tidak atas perintah Undang-Undang dan tidak memiliki kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan. Hasil dari lembaga yang dikaji menunjukan bahwa KPU, KPK, KPPU dan BSSN adalah lembaga non struktural yang berada di bawah kekuasaan eksekutif, namun tidak semua memiliki kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan. KPU dan KPK memiliki kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan, sementara KPPU dan BSSN tidak memiliki kewenangan pembentukan peraturan perundang-undangan.

The establishment of Non Structural Government Institutions in Indonesia is not followed by a blueprint for institutionalizing Non Structural Government Institutions and the variety of laws that forming it and so its authority of forming laws and regulations. This thesis discusses three main problems. First, non-structural institutions that have the authority to form legislation under the law. Second, the basis for the formation of non-structural government institutions and their authority to forming laws and regulations. third, under the context of duties and functions to run the government, what kind of authority that held by non-structural government institutions in forming laws and regulations. The author uses KPU, KPK, KPPU and BSSN institutions as material to be studied through normative juridical approach method. The results of this study indicate that with the authority being possessed by the government to carry out executive functions and implement laws, the forming of law and regulations under the law shall be included limitedly as governmental authority. Furthermore, the author analyzes there are 4 (four) bases/models to establish Non Structual Government Institutions and its authority to form law and regulations, which is formed by law and has the authority to form legislation, formed by the order of the law and has the authority to form legislation, is formed at the order of the law with a Presidential Decree but does not have the authority to form legislation and is formed through a Presidential Regulation but is not ordered by the Law and does not have the authority to form legislation. The results of this research on the Institutions show that KPU, KPK, KPPU and BSSN are considered as executive authority non-structural institutions, but not all of these institutions have the authority to form legislation. KPU and KPK have the authority to form legislation, while KPPU and BSSN do not have the authority to form legislation.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library