Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Shaflian Islami Aminina
"
ABSTRACTBentuk dorongan manusia untuk membuat suatu hal dengan kemampuannya sendiri merupakan bagian dari ekspresi yang ditunjukkan dari pribadinya masing-masing melalui kesadaran material dan nilai etika. Kita mengetahui sejauh mana kita dapat belajar tentang diri kita melalui kerja membuat barang fisik Senett, 2008. Cikini sebagai ruang padat penduduk dengan pemukiman informal mendorong populasi untuk melakukan 39 craftsmanship 39 untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya, tulisan ini akan mencoba menjelaskan bagaimana kampung melakukan proses ketukangan, darimana mereka mendapatkan sumber daya, apakah mereka menggunakan keterampilan dalam menciptakan apa pun yang tersedia di tangan untuk membuat barang dengan memiliki makna baru lsquo;Bricolage. Strauss, 1962 Sejauh mana pemenuhan kebutuhan dilakukan, serta apa pengaruhnya terhadap ruang yang terjadi didalamnya sebagai antisipasi keterbatasan ruang hidup hunian padat.
ABSTRACTThe form of human impulse to make a thing from their own ability is part of the expression shown from each person through material consciousness and ethical values. We know the extent to which we can learn about ourselves through the work of making goods Senett, 2008. Cikini as a high density informal settlements area, drive the inhabitants to do craftsmanship to resist their daily needs. This undergraduate thesis will explain the process on how kampung do a craftsmanship, such as what motivate them to do where they are gettingresources, are they use any materials that had lsquo whatever at hand to create something new lsquo Bricolage rsquo Strauss, 1962 . Explain on the extent to which they fulfil their needs and how theprocess of craftsmanship affects on space that occur in kampung as an anticipation of a very limited living space."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Daniel Julian Sebastian
"Mengulik dunia komunitas ballroom yang kompleks, artikel ini menyajikan aspek-aspek linguistik yang digambarkan dalam film dokumenter bersejarah "Paris is Burning" dan serial TV modern "Pose". Dengan menggunakan pendekatan teoretis yang berfokus pada aspek variasi linguistik dan konstruksi identitas, penelitian ini bertujuan untuk memberikan kontribusi pada ilmu pengetahuan yang sudah ada mengenai bagaimana bahasa dapat digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan diri, pemberdayaan, dan konstruksi identitas di dalam komunitas ballroom. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif termasuk transkripsi fonetik dan analisis sosiofonetik untuk mengetahui perwujudan variasi bahasa dalam konstruksi identitas. Temuan--temuan ini menunjukkan penggunaan stylistic bricolage untuk mengindeks dan membangun identitas ballroom secara linguistik, yang merupakan sintesis kompleks dari kategori-kategori sosial seperti ras kulit hitam, kaum kwir, femininitas, dan persona 'Legendaris'. Penelitian ini mendorong penelitian di masa depan untuk menerapkan kerangka kerja indexicality dan stylistic bricolage untuk mempelajari variasi linguistik dalam subkultur atau komunitas lain. Penelitian mendatang juga dapat mempertimbangkan untuk menggunakan metode kuantitatif untuk menganalisis tingkat dan amplitudo fitur linguistik, atau mengalihkan fokus pada morfologi, sintaksis, dan leksikon komunitas ballroom untuk memperdalam pemahaman tentang bagaimana bahasa membentuk konstruksi identitas.
Exploring the complex world of ballroom practices, this work presents the linguistic aspects depicted in the historical documentary “Paris is Burning” and the modern TV series “Pose”. Using theoretical approaches that focus on the aspects of linguistic variation and identity construction, this research aims to contribute to the existing knowledge of the way language can be used as a means of self-expressing, empowerment, and identity construction within the ballroom community. This research, therefore, applies qualitative approaches including phonetic transcription and sociophonetic analysis to establish the realization of linguistic variations in the construction of identity. The findings reveal the use of stylistic bricolage to linguistically index and construct the ballroom identity, which is a complex synthesis of social categories such as blackness, queerness, femininity, and the stylistic 'Legendary' persona. This research encourages future research to apply indexicality and stylistic bricolage frameworks to study linguistic variation in other subcultures or communities. Future research could also consider employing quantitative methods to analyze linguistic features' rates and amplitudes, or shifting focus to morphology, syntax, and the lexicon of the ballroom community to deepen understanding of how language shape identity construction."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library