Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadia Rahmawati
"Ampas singkong merupakan limbah padat singkong yang tidak dimanfaatkan lagi, dengan penambahan PVac sebagai perekat dan gliserol sebagai plastisizer diharapkan mampu menghasilkan plastik biodegradable yang mudah terurai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan kekuatan tarik dari plastik biodegradable berbahan dasar ampas singkong. Ampas dan PVac divariasikan dengan perbandingan 9:1; 8:2; 7:3 dan 6:4. Hasil pengujian tarik menunjukkan, plastik 6:4 mempunyai kekutan tarik 0.1019 ± 0.339 dan regangan maksimum 26.178%. Sedangkan plastik 9:1 kekuatan tarik dan regangan maksimumnya, 0.1659 ± 0.035 dan 22.386%.

Cassava waste can be used with the addition of PVac (as bonding agent) and glycerol (as plastisizer) to make a biodegradable plastics. This research investigated the physical characteristic and tensile strength of cassava waste based biodegradable plastics. Cassava waste and PVac ratio were varied into 9:1, 8:2, 7:3 and 6:4. Tensile test showed that 6:4 ratio, tensile strength 0.1019 ± 0.339 and maximum strain 26.178%. Furthermore 9:1, tensile strength and maximum strain were 0.1659 ± 0.035 and 22.386%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S53731
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Anisa Purnamaputri
"ABSTRAK
Polusi plastik menjadi masalah lingkungan yang semakin serius dan banyak dorongan dari berbagai pihak untuk memberhentikan pemakaian plastik sekali pakai dan plastik non-biodegradable. Polyhydroxyalkanoate (PHA) adalah termoplastik biodegradable dan bioderived yang menunjukkan potensi besar sebagai pengganti untuk plastik yang selama ini digunakan dalam berbagai aplikasi. Pasar PHA saat ini memiliki pasokan yang terbatas, padahal ini adalah waktu yang tepat untuk memanfaatkan pasar plastik biodegradable dan bioderived yang berkembang ini. Fasilitas manufaktur untuk memproduksi 5000 ton per tahun PHA bioplastik dari jus tebu harus didesain. Berbagai proses pembuatan dievaluasi untuk menentukan proses yang paling cocok untuk aplikasi ini. Kultur murni Ralstonia eutropha adalah bakteri yang direkomendasikan untuk menghasilkan polimer PHA karena menghasilkan produk akhir yang banyak, stabil secara genetik, cocok untuk bahan baku sari tebu dan mampu menghasilkan PHB dan PHV, yang merupakan persyaratan ketat dalam laporan singkat proyek. Keseluruhan pabrik dibagi kedalam lima bagian terpisah: pra-pengolahan bahan baku, fermentasi, ekstraksi PHA, pemurnian dan peletisasi PHA, serta pemulihan aseton-air. Dalam tugas akhir ini, desain peralatan proses pemurnian dan peletisasi diselidiki lebih lanjut. Bagian pemurnian dan peletisasi bertujuan untuk mengendapkan PHA, mengeringkan dan membentuk produk padatan akhir sehingga menjadi produk PHA yang berbentuk pelet dengan diameter 3 mm. Dampak lingkungan telah diminimalisir semaksimal mungkin terutama dalam mencegah pelepasan aseton. Emisi debu, kebisingan, bau, dan gas buang adalah beberapa dari dampak lingkungan potensial yang diidentifikasi dan perlu dikelola secara efektif untuk mencegah kerusakan lingkungan.

ABSTRACT
Plastic pollution is becoming an increasingly serious environmental issue and there is a growing push to phase out single use and non-biodegradable plastics. Polyhydroxyalkanoate (PHA) is a biodegradable and bioderived thermoplastic that shows great potential as a cost-effective replacement to the existing plastics in a variety of applications. The market is currently supply constrained and it is an opportune time to capitalize on this expanding market. A manufacturing facility to produce 5000 tonnes per annum of PHA bioplastic from sugarcane juice is to be designed. A range of manufacturing processes were evaluated to determine the most suitable process for this application. A pure culture of Ralstonia eutropha was the recommended bacteria to produce the PHA polymers as it is high yielding, genetically stable, suited to cane juice feedstock and capable of producing both PHB and PHV, which is a strict requirement in the project brief. The overall plant was split and designed in five separate sections: feedstock pre-treatment, fermentation, PHA extraction, PHA purification and palletization, as well as acetone-water recovery. In this paper, the purification and palletisation process equipment designs are further investigated. The purification and pelletising section is responsible for precipitating the PHA, drying and forming the final solid product. Environmental impacts have been minimised as much as possible with a particular focus on preventing acetone from being discharged. Dust, noise, odor, and flue gas emissions are among some of the potential environmental impacts identified that will need to be managed effectively in order to prevent environmental harm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihaloho, Eva Beatrix
"Studi ini membahas pendegradasian plastik biodegradableberbahan dasar campuran pati dan polietilen selama pengujian dengan metode uji reaksi enzimatik, konsorsia mikroba dan pengomposan. Oleh karena polimer plastik konvensional sulit untuk diuraikan oleh mikroorganisme lingkungan maka diperlukan evaluasi biodegradabilitas ketika merancang polimer plastik baru untuk pemakaian plastik biodegradable. Biodegradabilitas plastik berbahan dasar pati tersebut diukur melalui bentuk fisik dan penurunan berat plastik tersebut yang direpresentasikan oleh hasil pengamatan secara kasat mata dan persentase degradasi. Pengujian dengan metode uji reaksi enzimatik menggunakan enzim αamilase dan konsorsia mikroba dilakukan dalam skala laboratorium. Proses pengomposan diikutsertakan dalam pengujian untuk mengetahui proses degradasi/dekomposisi plastik biodegradableberbahan dasar pati di lingkungan pengomposan. Hasil pengujian menunjukkan enzim αamilase mendegradasikan pati di dalam plastik berbahan dasar pati sebesar 18,74% untuk inkubasi selama 18 jam pada suhu 60°C. Hasil uji media cairan menggunakan konsorsia mikroba menunjukkan persentase degradasi plastik berbahan dasar pati tertinggi sebesar 34,43% pada minggu uji ke8 menggunakan konsorsia mikroba BioSAFERO. Sedangkan pada pengujian pengomposan persentasi degradasi tertinggi sebesar 26,14% pada minggu uji ke6.

This study discusses about the degradation of biodegradable plastics made from a mixture of starch and polyethylene during the test with the test methods of enzymatic reactions, microbial consortia and composting. Because of the conventional plastic polymers are difficult to be degraded by environment microorganisms it is necessary to evaluate biodegradability of plastic when designing new polymers for the use of biodegradable plastics. Biodegradability of plastic made from starch was measured through physical shape and weight decreasing of plastic which is represented by the observation by naked eyes and the percentage of degradation. Testing method with enzymatic reaction using αamylase enzyme and microbial consortia conducted in laboratory scale. The composting process is included in the testing to find out the process of degradation/decomposition of starchbased biodegradable plastics in composting environments. The test results showed the αamylase enzyme in degrading starch in starchbased plastics by 18.74% to inbucation for 18 hours at 60°C. The results of liquid media using microbial consortia shows the degradation percentage of starchbased plastic high of 34.43% for eight weeks test using BioSAFERO microbial consortium. While the testing of composting highest degradation percentage of 26.14% on the test to six weeks.
"
2011
S593
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Yulli Kartika
"Banyaknya penggunaan plastik konvensional menyebabkan penumpukan sampah plastik, sehingga menimbulkan masalah lingkungan. Plastik biodegradable berbahan dasar selulosa dapat digunakan sebagai alternatif pengganti plastik konvensional, karena ramah lingkungan, mudah didapat dan mudah terdegradasi. Namun, penggunaan selulosa sebagai bahan dasar bioplastik diperlukan modifikasi fisika atau kimia untuk meningkatkan sifat fisik dan mekaniknya. Pada penelitian ini, peningkatan sifat fisik dan mekanik bioplastik berbahan dasar selulosa dilakukan dengan penambahan PVA dan menggunakan agen pengikat silang glutaraldehid serta filler kitosan. Optimasi sintesis film selulosa/PVA dilakukan dengan variasi glutaraldehid 0-56% dan kitosan 0-33%. Hasil sintesis film bioplastik diuji ketebalan, swelling dan kelarutan, biodegradabilitas dan sifat mekanik, konsentrasi optimum masing-masing variasi glutaraldehid dan kitosan dikarakterisasi dengan TGA, FT-IR, SEM dan XRD. Film bioplastik ini juga ditambahkan senyawa aktif antimikroba dan antioksidan Rosemary Essential Oil (REO) untuk meningkatkan keunggulan bioplastik. Hasil penelitian menunjukkan modifikasi filmselulosa/PVA yang diikat silang dengan glutaraldehid dan penambahan filler kitosan dapat meningkatkan sifat fisik dan mekanik bioplastik, dengan konsentrasi optimum masing-masing variasi adalah 56%(b/b) dan 33%(b/b), serta terbukti dapat meningkatkan keunggulan bioplastik karena memiliki aktivitas antimikroba dan antioksidan

A large number of conventional plastic use causes an accumulation of plastic waste, causing environmental problems. Cellulose-based biodegradable plastics can be used as an alternative to conventional plastics, because they are environmentally friendly, easy to obtain, and easily degraded. However, the use of cellulose as a bioplastic base material requires physical or chemical modifications to improve it is physical and mechanical properties. In this study, improvement of physical and mechanical properties of cellulose-based bioplastics was carried out by adding PVA and using glutaraldehyde crosslinking agent and chitosan filler. Optimization of cellulose/PVA films synthesis was done with a series concentration of glutaraldehyde and chitosan, 0-56% and 0-33% (w/w) respectively. The results of bioplastic film synthesis were evaluated for thickness, swelling and solubility, biodegradability and mechanical properties, the optimum concentration of each variation of glutaraldehyde and chitosan was characterized by TGA, FT-IR, SEM, and XRD. Bioplastic films were also added to the antimicrobial and antioxidant properties of Rosemary Essential Oil (REO) to increase the superiority of bioplastics. The results showed that the modification of the cellulose/PVA film crosslinked with glutaraldehyde and the addition of chitosan filler improve the physical and mechanical properties of bioplastic, with the optimum concentration of each variation being 56% (w/w) and 33% (w/w). The addition of Rosemary Essential Oil has been proven can increase the capability of bioplastics because of antimicrobial and antioxidant activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vica Yunar
"Plastik konvensional yang saat ini beredar di Indonesia merupakan plastik yang sulit terurai di alam sehingga dapat menyebabkan permasalahan lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan solusi dengan mengganti plastik konvensional menjadi plastik biodegradable, yang salah satunya adalah plastik biodegradabel berbahan dasar campuran pati dengan polietilen. Pada skripsi ini membahas pendegradasian yang terjadi pada plastik biodegradabel berbahan dasar pati yang di uji dengan menggunakan tiga metode, yaitu metode ASTM G21-09, uji mikroorganisme dan uji lapangan.
Hasil pengujian menggunakan 5 jenis kapang uji berdasarkan metode ASTM G21-09 menunjukkan bahwa pertumbuhan kapang dapat melingkupi 85% permukaan benda uji setelah 2 minggu. Kemudian pengujian mikroorganisme alami menghasilkan berat akhir benda uji setelah 8 minggu pengujian sebesar 71% dengan mikroorganisme air danau, 68% dengan mikroorganisme air sungai dan 56% menggunakan mikroorganisme tanah. Pada pengujian ini tidak menghasilkan perubahan bentuk benda uji. Sedangkan pengujian lapangan menghasilkan berat akhir benda uji setelah 8 minggu pengujian sebesar 0% pada perendaman air sungai dan air danau dan 58% pada penguburan di dalam tanah. Pada pengujian ini terjadi perubahan bentuk benda uji.

Conventional plastics, which are widely used in Indonesia, do not easily decompose in nature and as a result may cause environmental concerns. Therefore a solution is needed to change from conventional plastics to a more biodegradable form of the similar material, one of which is plastic made from a mixture of starch with polyethylene. This thesis discusses the degradation that occurs in starch-based biodegradable plastics as tested using three different methods: the ASTM G21-09 method, microorganism testing, and field testing.
Test results using five types of test mold that are based on the ASTM G21-09 and indicate that the mold growth may cover 85% of the surface of the specimen after two weeks. Afterwards, natural microorganism testing produced a final weight for the specimen after eight weeks of testing. The results were 71% with lake microorganisms, 68% with river microorganisms and 56% using microorganisms from soil. These tests did not produce a change in the shape or form of the specimen. While field testing produced the final weight of the specimen after 8 weeks at 0% after submersion in river and lake water, specimen buried in soil was at 58%. The specimen changed form during this experiment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1349
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Boy Bonatahi Fh
"Peningkatan penggunaan plastik konvensional nondegradabel menyebabkan permasalahan lingkungan dan kesehatan. Pengembangan plastik degradable atau bioplastik menjadi salah satu alternatif penyelesaian masalah tersebut. Selulosa merupakan salah satu bahan bioplastik yang dapat digunakan sebagai pengganti plastik konvensional nondegradable. Namun, penggunaan selulosa sebagai bioplastik memerlukan peningkatan sifat mekaniknya. Pada penelitian ini, memodifikasi film selulosa dengan PVA melalui metode blending yang ditambahkan glutaraldehid sebagai crosslinker dan filler ZnO sebagai penguat untuk meningkatkan sifat mekanik bioplastik. Optimasi sintesis selulosa/PVA dilakukan dengan variasi konsentrasi glutaraldehid sebesar 0%, 30%, 46% dan 56 % (b/b) serta ZnO sebesar 0%, 0,5%, 0,9% dan 1,3% (b/b). Film bioplastik juga ditambahkan minyak kayu manis sebagai antimikroba dan antioksidan. Hasil sintesis bioplastik dikarakterisasi dengan SEM, XRD, FTIR dan TGA serta dianalisa sifat mekanik, ketebalan, swelling, kelarutan, biodegrababilitas, aktivitas anti mikroba dan antioksidan. Berdasarkan data penelitian, diperoleh modifikasi film selulosa/PVA-crosslinked glutaraldehid dan penambahan filler ZnO dapat meningkatkan sifat fisik dan mekanik film bioplastik , dengan konsentrasi optimum variasi glutaraldehid pada 56% dan ZnO pada 1,3% dengan nilai tensile strength masing-masing sebesar 9,75 MPa dan 9,37 MPa. Adanya penambahan minyak kayu manis juga meningkatkan mutu bioplastik sehingga dihasilkan bioplastik yang bersifat antioksidan dan antimikroba.

The increasing use of non-degradable conventional plastics have caused environmental and health problems. The development of degradable plastics or bioplastics is an alternative solution to this problem. Cellulose is one of bio-based plastic material, commonly known as bioplastic that can be used as a substite for conventional non-degradable plastics. However, the use of cellulose as a bioplastic requires improvement in its mechanical properties. In this study, cellulose/PVA was modified with glutaraldehyde as a crosslinker and reinforced by ZnO as a filler in order to improve bioplastic mechanical properties. Optimization of cellulose / PVA synthesis was carried out with variations in glutaraldehyde concentrations which were 0%, 30%, 46% and 56% (w / w) and ZnO of 0%, 0.5%, 0.9% and 1.3% (w / w). The bioplastic film was also added with cinnamon oil as an antimicrobial and antioxidant agent. The results of bioplastic film synthesis were evaluated for SEM, XRD, FTIR and TGA and were analyzed for their mechanical properties, thickness, swelling, solubility, biodegradability, anti-microbial and antioxidant activity. Based on the research data, Modified crosslinked Cellulose/PVA with glutaraldehyde and reinforced with ZnO improved the physical and mechanical properties of the bioplastic film, with the optimum concentration of variations of glutaraldehyde of 20% and ZnO aof 1.3%. The addition of cinnamon oil also increased bioplastic properties which had antioxidant and antimicrobial bioactivity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Mamluatus Sa`adah
"Peningkatan kebutuhan dan produksi plastik konvensional menimbulkan masalah lingkungan. Biodegradable plastic berbahan dasar pati dapat digunakan sebagai alternatif pengganti plastik konvensional, karena ramah lingkungan, mudah didapat dan mudah terdegradasi. Namun, penggunaan pati sebagai bahan dasar bioplastik diperlukan modifikasi fisika atau kimia untuk meningkatkan sifat fisik dan mekaniknya. Pada penelitian ini, peningkatan sifat fisik dan mekanik bioplastik berbahan dasar pati dilakukan dengan grafting asam laktat dan menambahkan polivinil alkohol, crosslinker asam sitrat (0-25%) serta filler selulosa tongkol jagung 2-8% (b/b pati-g-PLA dan PVA). Film bioplastik juga ditambahkan senyawa aktif antioksidan dan antimikroba daun sirih untuk meningkatkan keunggulan bioplastik. Hasil penelitian menunjukkan modifikasi film Pati-g-PLA/PVA-crosslinked asam sitrat dan penambahan filler selulosa dapat meningkatkan sifat fisik dan mekanik bioplastik, dengan konsentrasi optimum masing-masing variasi adalah 5% (b/b) dan 6% (b/b). Penambahan ekstrak metanol daun sirih juga terbukti dapat meningkatkan keunggulan bioplastik karena memiliki aktivitas antioksidan.

The increasing production of conventional plastics raises environmental problems. Starch-based biodegradable plastics can be used as an alternative to conventional plastics, because they are environmentally friendly, renewable and easily degraded. However, the use of starch as a bioplastic base material requires physical or chemical modifications to improve its physical and mechanical properties. In this study, the improvement of the physical and mechanical properties of starch-based bioplastics was carried out by grafting lactic acid and adding polyvinyl alcohol, citric acid crosslinker (0-25%) and corncob cellulose filler (2-8%, w/w starch-g-PLA and PVA). Bioplastic films are also added with active antioxidant and antimicrobial compounds of betel leaf to increase the advantages of bioplastics. The results showed that modification of the starch-g-PLA/PVA-crosslinked citric acid film and the addition of cellulose fillers could improve the physical and mechanical properties of the bioplastic, with the optimum concentrations of each variation being 5% (w/w) and 6% (w/w). ). The addition of betel leaf methanol extract has also been shown to increase the advantages of bioplastics because it has antioxidant activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library