Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratnasari Sjamsuddin
"Sistem kelistrikan di Kalimantan saat ini masih terbagi menjadi 3 yaitu Sistem Kalimantan Barat, Sistem Kalimantan Timur dan Sistem Kalimantan Selatan-Kalimantan Tengah. Saat ini sistem-sistem kelistrikan tersebut sudah kekurangan pasokan tenaga listrik yang dinyatakan dengan tingginya nilai indeks keandalan (LOLP). Rencana pengembangan sistem pembangkit oleh PLN sampai dengan tahun 2012 sebesar 865 MW belum dapat memenuhi kriteria keandalan sistem tenaga listrik yang ditetapkan yaitu sebesar 5 hari pertahun.
Tesis ini akan menganalisis besar kapasitas dan optimalisasi biaya pengembangan pembangkit berdasarkan kriteria keandalan pada perencanaan pengembangan pembangkit pada sistem-sistem kelistrikan terbesar di ketiga sistem kelistrikan Kalimantan dalam kurun waktu 2008-2012.
Dari hasil analisis, untuk memenuhi kriteria keandalan sistem tenaga listrik di Kalimantan, diperlukan tambahan kapsitas sebesar 1405 MW dan pengembangan sistem pembangkitan diarahkan pada pembangunan PLTU batubara karena ketersediaan batubara sebagai bahan bakar utama dapat dijamin dengan potensi cadangan batubara yang ada di Kalimantan. Biaya pengembangan pembangkitan yang optimum diperoleh untuk Sistem Kapuas di Kalimantan Barat adalah dengan pengembangan PLTU 55 MW, Sistem Mahakam di Kalimantan Timur dengan PLTU 65 MW dan Sistem Barito di Kalimantan Selatan dengan PLTU 100 MW.

Kalimantans electrical distribution system is currently divided into three major systems which are: West Kalimantan system, East Kalimantan system, and South-Central Kalimantan system. Those systems are now lack of available power which is indicated by high level of electrical unreability (LOLP). Even though The State Owned Utility (PLN) has already planned power generation developments until 2012 as much as 865MW, it is still insufficient to fulfill the reliability criterion of Kalimantan electrical system which is five days per year.
This thesis will analyze the capacity needed and cost optimalization of power generation development plan based on reliability criterion of the future power plants in those three major electrical systems in Kalimantan within 2008-2012.
From the analysis, to fulfill the reliability criterion of Kalimantan electrical systems, an additionals 1405 MW of electrical power is needed. To fulfill this additional power, future powerplants to be developed will be coal fired steam power plants because a continuous supply from abundant reserve of coal in Kalimantan can be guaranteed. Optimum development cost of power plants for Kapuas West Kalimantan electrical system will be of a 55 MW, another 65 MW plant suitable for Mahakam, East Kalimantan electrical system and 100 MW plant for Barito, South Kalimantan electrical system."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24376
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Wijanto
"Munculnya construction waste pada pelaksanaan proyek konstruksi tidak dapat dihindari. Munculnya construction waste pada proyek konstruksi ini tentunya berdampak pada kinerja biaya proyek. Apabila construction waste dalam pelaksanaan proyek konstruksi tidak dikendalikan, maka dapat terjadi pembengkakan biaya proyek. Untuk itu perlu adanya suatu usaha untuk mengendalikan munculnya construction waste ini. Salah satu usaha dalam mengendalikan munculnya construction waste adalah dengan penerapan Waste Management Plan. Dalam kaitannya dengan konsep konstruksi ramping (lean construction), Waste Management Plan diharapkan tidak hanya terfokus pada masalah waste dalam bentuk material saja. Tetapi juga perlu dilihat waste dalam bentuk kehilangan waktu, tenaga kerja yang tidak produktif dan penggunaan peralatan yang tidak efektif dan efisien. Data diperoleh dengan penyebaran kuesioner. Analisis data dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Modeling dengan bantuan program SmartPLS. Hasil dari pengolahan data tersebut berupa matriks dampak ? penyebab dan grafik pola hubungan dampak - penyebab.

Construction waste in the construction project can not be avoided. This condition is certainly has an impact to the project cost performance. If construction waste are not controlled, they can make cost overrun. Therefore, there needs to be an effort to control construction waste during the proses of construction. Waste Management Plan is one of the way to control the construction waste. In relation to the concept of lean construction, Waste Management Plan is expected to not only focus on the problem of material waste, but also needs to be seen in time loses, labour productivity and equipment that's not effective and efficient. Quesionner used to collect the data from the responden. Data analysis uses Structural Equation Modeling with tool SmartPLS. The result is shown by the matrix of impact-causes and pattern graphic of impact-causes relation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41882
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qutratu Ainnur Maksum
"Anak-anak sangat rentan terhadap bencana alam, membutuhkan nutrisi yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangannya. ECCNE (Early Childhood Care and Nutrition Education), program unggulan SEAMEO RECFON, berkolaborasi dengan pemerintah Lombok Timur untuk mengimplementasikan tanggap darurat pasca gempa bumi tahun 2018. Program ini berfokus pada pemulihan gizi pasca bencana yang terintegrasi di pusat-pusat pendidikan anak usia dini, yang menargetkan penguatan pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini. Untuk memastikan keberlanjutan program, bukti hasil yang positif sangat penting. Studi ini mengevaluasi efektivitas biaya dari kegiatan ECCNE dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak balita selama masa darurat. Keberhasilan diukur dengan menggunakan indikator pertumbuhan seperti kenaikan berat badan, pertumbuhan tinggi badan, dan kenaikan skor HAZ, serta perkembangan kognitif, bahasa, dan keterampilan motorik. Sampel penelitian ini terdiri dari 200 anak dalam kelompok intervensi dan 215 anak dalam kelompok kontrol. Data biaya diperoleh dari laporan internal, catatan keuangan pemerintah, dan peraturan. Sebuah studi kualitatif yang menggunakan pendekatan nilai bersama mengeksplorasi pengalaman dan manfaat lokal, dengan informan yang terdiri dari 26 peserta dari kelompok ibu/pengasuh, guru PAUD, dan pemerintah daerah. Total biaya program adalah Rp 52.756.270, dengan biaya terbesar untuk produk makanan pendamping ASI dan kelas pengasuhan anak, dengan total Rp 41.428.850. Biaya rata-rata per anak per bulan adalah Rp 1.981,78. Studi ini menemukan biaya berikut per anak tambahan yang mencapai hasil tertentu: kenaikan berat badan (Rp 532.516), kenaikan tinggi badan (Rp 325.937), peningkatan skor HAZ (Rp 1.219.634), perkembangan kognitif yang normal (Rp 227.588), perkembangan bahasa yang normal (Rp 183.723), dan perkembangan motorik yang normal (Rp 192.139). Program ini hemat biaya dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita pascagempa. Temuan kualitatif menyoroti penerimaan program, peningkatan gizi dan kesehatan anak, peningkatan kemampuan akademis, peningkatan kapasitas guru, dukungan pemerintah, dan tantangan implementasi. Investasi berkelanjutan dalam program pendidikan untuk guru dan orang tua direkomendasikan untuk mempertahankan dan meningkatkan efektivitas intervensi. Keterlibatan masyarakat sangat penting untuk keberhasilan yang berkelanjutan.

Children are especially vulnerable to natural disasters, requiring optimal nutrition for growth and development. The ECCNE (Early Childhood Care, Nutrition and Education), a flagship program of SEAMEO RECFON, collaborated with the East Lombok government to implement an emergency response following the 2018 earthquake. This program focused on integrated post-disaster nutrition recovery in early childhood education centers, targeting the strengthening of early childhood growth and development. To ensure program sustainability, evidence of positive results is essential. This study evaluates the cost-effectiveness of ECCNE activities in improving the growth and development of children under five during emergencies. Success was measured using growth indicators such as weight gain, height growth, and HAZ score gain, as well as cognitive, language, and motor skill development. The sample included 200 children in the intervention group and 215 in the control group. Cost data was obtained from internal reports, government financial records, and regulations. A qualitative study using a shared-value approach explored local experiences and benefits, with informants including 26 participants from mother/caregiver groups, ECE teachers, and local government. The program's total cost was IDR 52,756,270, with the largest expenses for complementary feeding products and parenting classes, totaling IDR 41,428,850. The average cost per child per month was IDR 1,981.78. The study found the following costs per additional child achieving specific outcomes: weight gain (IDR 532,516), height gain (IDR 325,937), HAZ score increase (IDR 1,219,634), normal cognitive development (IDR 227,588), normal language development (IDR 183,723), and normal motor development (IDR 192,139). The program was cost- effective in supporting the growth and development of children under five post- earthquake. Qualitative findings highlighted the program's acceptance, improved child nutrition and health, enhanced academic skills, increased teacher capacity, government support, and implementation challenges. Ongoing investment in educational programs for teachers and parents is recommended to maintain and enhance the intervention's effectiveness. Community engagement is crucial for continued success."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library