Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
Panggabean, Ronald
"Telah dilakukan penelitian pada bahan lembaran baja karbon rendah hasil Cold Rolling Mill (canal dingin). Salah satu proses yang cukup menentukan kualitas akhir bahan adalah proses anil. Pengaturan temperatur dan waktu anil akan mempengaruhi sifat mekanik, parameter mampu bentuk, struktur mikro dan tekstur dari bahan. Pada penelitian ini diambil variasi temperatur anil 650°C, 670°C, 690°C dan 710°C, sedangkan waktu anil dipilih 15, 30, 45 dan 60 menit. Dengan meningkatnya temperatur dan waktu tahan anti, maka kuat tarik dan kekerasan cenderung menurun. Sedangkan parameter mampu bentuk, yang diwakili oleh nilai r dan nilai n serta harga elongasi dari bahan menunjukan peningkatan. Strukur mikro dari bahan menunjukan semakin besarnya ukuran butir dengan semakin naiknya temperatur dan waktu tahan anil. Tekstur dari bahan menunjukkan bahwa bidang-bidang (111)(1T2), (111)(213), (112)(T10) dan (112)(351) yang terbentuk. sebagai hasil canal dingin tetap muncul pada variasi temperatur dan waktu tahan anil. Dengan semakin naiknya intensitas bidang (111)[:1T21 dan (111)[213], maka nilai r akan semakin naik pula. Dari penelitian ini teriihat juga bahwa faktor temperatur lebih dominan pengaruhnya dibandingkan faktor waktu."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Gilang Prabowo
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh deformasi dan temperatur deformasi terhadap besar butir ferit dan persentase fasa ferit pada Baja HSLA A572 Grade 50 hasil proses canai panas. Benda uji berupa baja paduan rendah kekuatan tinggi (HSLA) dengan kandungan 0.028% Nb, 0,0085%C dan sejumlah kecil paduan lainnya yang di reheating pada temperatur sekitar 1150°C kemudian dilakukan canai panas pada temperatur 850°C dan 950°C dengan besar reduksi 0,1; 0,2; 0,3 kemudian dilakukan pendinginan udara. Perhitungan besar butir menggunakan metode intercept (ASTM E112). Dari hasil penelitian didapat dengan bertambahnya deformasi maka besar butir ferit akan semakin mengecil dan semakin besar laju pendinginan maka persentase fasa ferit yang dihasilkan akan semakin kecil.
The main purpose of this research is to study the effect of deformation and temperature deformation to the ferrite grain size and percentage of ferrite phase at HSLA A572 Grade 50 steel as a hot rolling process product. The specimen is High Strength Low Alloy Steel with 0,0285Nb, 0,0085%C content and other low alloy that reheated at 1150°C temperature and then hot rolled at 850°C and 950°C with deformation 0,1; 0,2 and 0,3 then air cooled. The measurement of ferrite grain use interceipt method (ASTM E112). The experiment results show that the increasing of percent deformation will cause a smaller ferrite grain size and the increasing cooling rate will cause smaller percentage of ferrite phase."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52030
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Reski Taufik Wastiyanto
"Masalah utama industri pelat kuningan di Indonesia adalah penguasaan teknologi rolling. Ada banyak faktor yang menentukan dalam teknologi ini, salah satu faktor terpenting adalah proses anil rekristalisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan karakteristik pelat kuningan 70/30 dengan kandungan Al < 1% yang sesuai dengan standar industri. Beberapa pengujian telah dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Pengujian awal (kekerasan dan besar butir) dilakukan untuk menentukan temperatur dan waktu tahan yang optimal. Setelah mendapatkan variabel optimal, dilakukan uji tarik anisotropi, SEM, kekasaran permukaan dan difraksi sinar x.
Hasil pengujian awal didapatkan proses anil optimal dengan variabel temperatur 600°C dan waktu tahan 3 menit dengan nilai kekerasan 89 HVN dan besar butir 55 _m. Dari pengujian Tarik diperoleh nilai koefisien pengerasan regang (n = 0,5), anisotropi normal (r = 1,7), dan anisotropi planar (?r = 0,05). Kekasaran permukaan menurun dari 0,42 _m menjadi 0,32 _m setelah anil. Hasil difraksi tidak menunjukkan perubahan bidang proyeksi akan tetapi ada perbedaan sudut pada puncak intensitas tertingginya. Dari semua hasil pengujian disimpulkan bahwa setelah dilakukan proses anil rekristalisasi temperatur 600°C dan waktu tahan 3 menit pada pelat kuningan 70/30 dengan kandungan Al < 1% untuk aplikasi selongsong peluru memenuhi standar yang ditentukan oleh industri.
Main problem of brass plate industry in Indonesia is the controlling of rolling technology. There are many factors that determine in this technology, one of the important factors is anneal recrystallization process. The purpose of this study is to obtain characteristic of 70/30 brass plate containing aluminium less than 1% which is suitable with industrial standard. Several testings were conducted to reach this purpose. The initial testings (hardness and grain size) are done to determine optimal temperature and holding time. After getting a optimum variables, then applied anisotropy tensile, SEM, surface roughness and X-ray diffraction testing.The initial testing result is obtained optimal anneal process with variable temperature 600°C and holding time 3 minute with value of hardness 89 HVN and grain size _55 _m. From tensile testing is obtained strain hardening exponent (n = 0,5), normal anisotropy (r = 1,7) and planar anisotropy coefficient (?r = 0,05). Surface roughness is decreased from 0,42 _m to 0,32 _m after annealed process. X-ray diffraction result did not show change in projection plane but there is a different angle of peak intensity. From all testing results were concluded that after anneal recrystalization process temperature 600°C and holding time 3 minute on 70/30 brass plate containing Al less than 1% for cartridge case application was satisfied with industrial standard."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51665
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Dean Agasa Ardian
"Penelitian dalam studi ketahanan hydrogen embrittlement dan pengaruh variasi suhu canai hangat terhadap ukuran butir ferit pada stainless steel AISI 430 diawali dengan melakukan pemanasan ulang pada sampel AISI 430 dengan temperatur reheating sebesar 1100oC untuk mendapatkan fasa fully ferittic pada struktur mikro sampel. Selanjutnya material mengalami singlepass dengan besaran deformasi 55% pada 3 variabel suhu dalam rangkaian proses canai hangat (warm rolling) untuk mengetahui pengaruhnya terhadap ukuran butir ferit yang dihasilkan pada proses TMCP. Langkah berikutnya adalah melakukan hydrogen charging test pada sampel yang belum mengalami deformasi dan sudah mengalami deformasi dari proses canai hangat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh proses canai hangat terhadap peningkatan sifat mekanis baja AISI 430 stainless steel dan pengaruh dari besar butir akibat dari deformasi yang dilakukan terhadap ketahanan dari Hydrogen Embrittlement.
Research in study of hydrogen embrittlement resistance and effect of several temperature for ferrite grain size of AISI 430 Stainless Steel is initiated by reheating the sample of AISI 430 at temperature of 1100oC to obtain fully ferritic phase in microstructure. Furthermore, the material is 55% deformed in 3 temperature variables in series of warm rolling process to know the effect of warm rolling for the ferrite grain size of the material. The next step is doing hydrogen charging test on the both of sample which are not deformed and deformed from warm rolling process. This research objective is analyzing the effect of the warm rolling process on mechanical properties of AISI 430 Stainless Steel. The second objective of this research is analyzing the effect of ferrite grain size on hydrogen embrittlement resistance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1752
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Gevanda Demasyarafina Andika Priyady
"Penggunaan baja tahan karat austenitik 316L pada bidang industri semakin meningkat. Baja tahan karat austenitik 316L banyak digunakan karena memiliki sifat mekanik, seperti kekerasan dan ketahanan korosi yang baik. Faktor yang dapat mempengaruhi sifat mekanis dari baja tahan karat 316L adalah perlakuan panas yang dapat berpengaruh pada ukuran butir sehingga penting untuk mengontrol pertumbuhan butir pada baja. Pengujian ini dilakukan pada baja tahan karat yang telah dicanai dingin dengan reduksi sebesar 22%. Kemudian dilakukan proses pemanasan pada temperatur 900, 1000, dan 1100 °C dengan kondisi isotermal dengan waktu tahan yang digunakan adalah 0, 420, dan 840 detik untuk masing-masing temperatur. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian metalografi untuk melihat dan mengetahui struktur mikro serta ukuran diameter butir dan pengujian kekerasan menggunakan metode mikro Vickers. Hasil pengujian yang didapatkan adalah kekerasan material yang menurun seiring meningkatnya temperatur dan waktu tahan yang disebabkan oleh butir yang semakin membesar. Pemodelan empiris persamaan butir juga diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut untuk pertumbuhan butir pada temperatur 900 ºC memenuhi persamaan empiris berikut: D
4,5– D
04,5 = 4 x 10
17 t
0,669 exp (−3,2 ð¥ 105/ðð) & D
3,5– D
03,5 = 2 x 10
16 t
0,669 exp (−3,2 ð¥ 105/ðð) dan untuk temperatur 1000, 1100 ºC memenuhi persamaan berikut: D
4,5– D
04,5 = 2 x 10
16 t
0,669 exp (−3,2 ð¥ 105/ðð)
The usage of austenitic stainless steel 316L in the industry is increasing. Austenitic stainless steels 316L are widely used because of their good mechanical properties, such as hardness and corrosion resistance. One factor affecting the mechanical properties of stainless steel 316L is a heat treatment that can affect grain size, so it is important to control grain growth in steel. This test uses cold-rolled stainless steel with a reduction of 22%. Then heat treatment was carried out at temperatures of 900, 1000, and 1100 °C under isothermal conditions, holding times 0, 420, and 840 seconds for each temperature. The tests were a metallographic test to see and determine the microstructure and grain size and a hardness test using the micro Vickers method. The test results are that more temperature and holding time given can be caused the grains to get bigger, so the hardness decreases. It also obtained the empirical modeling equation for grain growth at temperature 900 ºC refer to: D4,5– D04,5 = 4 x 1017 t0,669 exp (−3,2 ð¥ 105/ð) & D3,5– D03,5 = 2 x 1016 t0,669 exp (−3,2 ð¥ 105/ð) and for temperature 1000, 1100 ºC refer to: D4,5– D04,5 = 2 x 1016 t0,669 exp (−3,2 ð¥ 105/ðð)"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library