Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Evi Sovilawati
"Senyawa Benzodlazepin dalain bidang pengob.atan biasariya digunakan
untuk anti ansietas, hipnotik sedatif, anti konvulsi, dan lain—lain.
Tetapi sering kali obat-obat senyawa mi pemakaiannya disalah gunakan,
mlssinya digunakan dalam takaran yang berlebihan, sehingga menimbulkan
keracunn,, dan kadang—kadang kematian.
*
Karena sering kali terjadl penyalah gunaan obat golongan ml, maka
kami inencoba untuk mencarl cara Isolasi yang terbaik dan sederhana dan
obat dalam unin, dilanjutkan dengan penentuan secara kualitatif dan
kuantitatif, yang dapat rnemberikan hasil yang memuaskan.
Cara—cara isolasi yang dicoba diarnbh1 dari 4 bush pustaka, •dhrnana
tercantum cars isolasi, balk untuk senyawa Benzodiazepin, inaupun untuk
senyawa lain yang sifatnya sama.
Dari percobaan—percobaan yang dilakukan, ternyata cars isolasi
dengan menggunakan alat Extrelut dan cars isolasi dengan menggu.nakan
sedlaan Charcoal dapat digunakan untuk penetapan kualltatif. Untuk penetapan
kuantitatii' beluin dapat dilakukan, karena obat dalam urin pads
percobaan ml tidak terdeteksl pada pemeriksaan secara spektrofotornetri,
sementara pads pexneriksaan senyawa Benzodiazepin yang digunakan sebagal
zat standart, seperti Diazepanmm dan Chiordiazepoxydufli dapat terdeteksi
dengan balk secara spektrofotometri."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1984
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunyun Setiawan
"Latar Belakang: Prevalensi gangguan penggunaan benzodiapin (GPB) di dunia meningkat setiap tahun. Prevalensi GPB di Indonesia pada tahun 2022 adalah sebesar 11,8% dari seluruh jenis zat yang digunakan dan merupakan urutan ke-3 zat yang sering disalahgunakan, terutama pada usia produktif 30-40 tahun. GPB berdampak negatif bagi kehidupan pasien, keluarga dan lingkungan. GPB berhubungan dengan psikopatologi individu dan dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan GPB dan psikopatologi serta faktor sosiodemografi yang memengaruhi pada pasien di RSJ Provinsi Jawa Barat.
Metode: Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan menggunakan metode potong lintang. Pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling pada pasien yang dengan GPB sesuai kriteria DSM-5 dan pemeriksaan psikopatolgi berdasarkan MINI ICD-10 serta pengambilan data faktor sosiodemografi pada pasien yang berobat di RSJ Provinsi Jawa Barat
Hasil penelitian: Dari 96 pasien yang memenuhi krieria inklusi untuk penelitian ini 99% laki-laki, 90,6% usia dewasa, 56,% tidak memiliki pasangan, 63,5% berpendidikan sedang (SLTA sederajat), 57,3% karyawan swasta, berdasarkan tingkat keparahan 93,8% berat, 32,3% memiliki 2 komorbid psikopatologi dan 1 komorbid gangguan cemas menyeluruh 21,9%, 98,96% menggunakan multi zat alprazolam dengan benzodiazepin yang lain, 44,79% menggunakan 2 zat alrazolam dan clonazepam. Terdapat hubungan yang signifikan antara status pasangan dengan tingkat keparahan penggunaan benzodiazepin p=0.044 dengan RR=1.11 dan OR=7.16, kelompok yang tidak berpasangan 11% lebih tinggi untuk mengalami gangguan penggunaan benzodiazepin dan 7 kali lebih mungkin untuk mengalami gangguan penggunaan benzodiazepin. Dosis rata-rata penggunaan benzodiazepin jenis alprazolam 3,7mg/hari. Clonazepam 5,43mg/hari. Lorazepam 3,12mg/hari, nitrazepam 5mg/hari dan diazepam 10mg/hari
Simpulan: Berdasarkan penelitian ini tingkat keparahan gangguan penggunaan benzodiazepin berisiko pada individu yang tidak memiliki pasangan, memiliki komorbid psikiatri dan diperlukan kehati-hatian pada peresepan alprazolam melebihi dosis 3,7mg/hari.

Background: The world’s prevalence of benzodiapine use disorders (BUD) increases every year. The prevalence of BUD in Indonesia in 2022 was 11.8% of all types of substances used and is the third most frequently abused substance, especially in the productive age group of 30-40 years. BUD has a negative impact on the lives of patients, families and the environment. BUD is related to individual psychopathology and is influenced by sociodemographic factors. This study aims to determine the relationship between GPB and psychopathology as well as sociodemographic factors that influence patients at The West Java Mental Hospital.
Method: This research is an analytical observational study using a cross-sectional method. Sampling used consecutive sampling on patients with BUD according to DSM-5 criteria and psychopathology examination based on MINI ICD-10 as well as data collection on sociodemographic factors on patients seeking treatment at The West Java Mental Hospital.
Result: Of the 96 patients who met the inclusion criteria for this study, 99% were men, 90.6% were adults, 56.% did not have a partner, 63.5% had moderate education (high school equivalent), 57.3% were private employees , based on severity level 93.8% severe, 32.3% had 2 comorbid psychopathology and 1 comorbid generalized anxiety disorder 21.9%, 98.96% used multi-substance alprazolam with other benzodiazepines, 44.79% used 2 alrazolam substances and clonazepam. There was a significant relationship between partner status and the severity of benzodiazepine use p=0.044 with RR=1.11 and OR=7.16, the non-partnered group was 11% more likely to experience benzodiazepine use disorders and 7 times more likely to experience benzodiazepine use disorders. The average dose of benzodiazepine alprazolam is 3.7mg/day. Clonazepam 5.43mg/day. Lorazepam 3.12mg/day, nitrazepam 5mg/day and diazepam 10mg/day.
Conclusion: Based on this study, the severity of benzodiazepine use disorders is a risk in individuals who do not have a partner, have psychiatric comorbidities and caution is needed when prescribing alprazolam exceeding a dose of 3.7 mg/day.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Edenia Saumi
"Diazepam, yang merupakan golongan benzodiazepin, merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan di seluruh dunia. Obat ini juga termasuk salah satu obat yang banyak digunakan di rumah sakit. Meskipun demikian, diazepam masih merupakan obat dengan potensi gangguan penggunaan yang tinggi, terkait dengan efek sampingnya. Selain itu, obat ini bersifat sangat adiktif dan dapat menimbulkan efek penarikan (withdrawal syndrome) dengan penggunaan yang teratur, sehingga ketergantungan dan penyalahgunaan adalah suatu tantangan yang mengakibatkan otoritas kesehatan memberlakukan peraturan khusus terkait dengan peresepan benzodiazepin, termasuk di antaranya diazepam. Oleh karena itu, tenaga kesehatan, termasuk farmasis, harus dapat mengidentifikasi indikasi yang tepat untuk peresepan diazepam. Dalam rangka untuk mengidentifikasi indikasi yang tepat dalam peresepan diazepam, rumah sakit dapat melakukan pemantauan terapi obat (PTO), atau dapat melakukan penilaian kesesuaian indikasi obat. Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan penilaian kesesuaian indikasi penggunaan diazepam pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Penulisan tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui indikasi pemberian diazepam pada pasien berdasarkan literatur, serta melakukan penilaian kesesuaian indikasi diazepam pada pasien rawat inap di Rumah Sakit Universitas Indonesia periode 1 Januari – 23 Februari 2023. Penulisan ini dilakukan dengan melakukan studi literatur, melakukan pengumpulan data penggunaan diazepam di Rumah Sakit Universitas Indonesia melalui website Afya, dan melakukan penyusunan laporan. Berdasarkan pengamatan, didapat kesimpulan bahwa pada periode 1 Januari – 23 Februari 2023, terdapat 10 pasien rawat inap yang menerima diazepam, di mana terdapat 1 pasien rawat inap penerima diazepam yang diagnosis atau indikasinya belum dapat disimpulkan kesesuaiannya dengan indikasi pemberian diazepam karena membutuhkan data lebih lanjut.

Diazepam, which belongs to the benzodiazepine drug group, is one of the drugs that is widely used in hospitals. Despite this, this drug is highly addictive and can cause withdrawal syndrome with regular use, so dependence and abuse are challenges that have resulted in health authorities enforcing special regulations regarding the prescription of benzodiazepines, including diazepam. Therefore, health workers, including pharmacists, must be able to identify the appropriate indications for prescribing diazepam. In order to identify appropriate indications for prescribing drugs, hospitals can carry out drug therapy monitoring or assess the conformity of drug indications. Therefore, it is necessary to carry out monitoring in the form of assessing the conformity of indications for the use of diazepam in inpatients at the University of Indonesia Hospital. The aim of writing this special assignment report is to determine the indications for administering diazepam to patients based on the literature, as well as assess the suitability of the indications for diazepam in inpatients at the University of Indonesia Hospital. This writing was carried out by conducting a literature study, collecting data on the use of diazepam at the University of Indonesia Hospital via the Afya website, and preparing reports. Based on observations, it was concluded that in the period January 1st –February 23rd 2023, there were 10 inpatients receiving diazepam, of which there was 1 inpatient receiving diazepam whose diagnosis or indication could not be concluded as to its conformity for the indication for giving diazepam because further data was needed."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library