Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sarah Rizka Ardhini
"Ruang terbuka hijau dengan sungai terdegradasi tidak dapat menerapkan fungsinya secara optimal. Tebet Eco Park (TEP) bagian Utara yang merupakan implementasi RTH memiliki saluran air yang menyerupai sungai dengan kondisi terdegradasi dan menimbulkan bau tidak sedap sehingga fungsinya sebagai RTH tidak terpenuhi secara maksimal. Berdasarkan persepsi pengunjung, bau cenderung lebih signifikan pada hari kerja di area terbuka taman. Bau pada TEP Utara tersebut cukup sering timbul dan belum ditindaklanjuti secara efektif oleh pihak pengelola taman. Berdasarkan hasil uji diperoleh bahwa kadar amonia, COD, total coliform, dan angka bau di saluran air TEP Utara cukup tinggi dengan nilai tertinggi sesuai urutan: 18,3 mg/L; 92 mg/L; 4.300.000 MPN/100 mL; dan 200. Terdapat korelasi signifikan negatif pada akhir pekan untuk COD terhadap angka bau. Tidak hanya itu, pada hari kerja juga diperoleh korelasi positif yang signifikan antara COD, total coliform, dan suhu terhadap angka bau sehingga bau dapat disebabkan oleh tingginya bahan organik dan proses dekomposisi di air. Dengan menyesuaikan terhadap kondisi eksisting saluran air TEP Utara, peningkatan kualitas air dapat dilakukan dengan serangkaian pengolahan oleh granular activated carbon (GAC), cascade aerator, horizontal subsurface flow constructed wetland (HSSFCW), dan ecoenzyme.

Green open spaces with degraded rivers are incapable of delivering their role optimally. As an example of implementation of green open space, the Northern area of Tebet Eco Park (TEP) has a waterway resembling a river that has degraded and producing an unpleasant odor, thus failing to fulfill its role effectively. According to visitor’s perceptions, the odor tends to be more pungent on weekdays in the open areas of the park. Pungent odor at North TEP frequently occurs and has not been effectively addressed by the park management. The waterway in the park has a high level of ammonia, COD, total coliform, and odor threshold number, with the highest values for each parameter being: 18,3 mg/L; 92 mg/L; 4.300.000 MPN/100 mL; and 200 as TON. There is a significant negative correlation between COD and odor intensity on the weekend. Additionally, a significant positive correlation was found on weekday between COD, total coliform, and temperature to the odor intensity that indicates that the odor may be caused by high organic matter and decomposition processes. To improve the water quality in the North TEP waterway, a series of treatments using granular activated carbon (GAC), cascade aerator, horizontal subsurface flow constructed wetland (HSSFCW), and ecoenzyme can be implemented."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zenobia Zettira
"Latar belakang: Bau mulut merupakan kondisi yang umum terjadi dan dapat berdampak negatif pada kualitas hidup seseorang. Melalui YouTube, banyak orang dapat mengakses informasi kesehatan gigi dan mulut.
Tujuan: Untuk menganalisis kualitas informasi, kelengkapan konten, dan reliabilitas video YouTube mengenai bau mulut berbahasa Indonesia.
Metode: Studi cross-sectional yang mengikuti petunjuk PRISMA flow diagram. Total terdapat 300 video dengan 3 kata kunci pencarian, yaitu “Bau mulut”, “Bau napas tidak sedap”, dan “Bau mulut busuk”. Semua video dicatat jumlah likes, dislikes, views, hari sejak upload, durasi, interaction index, viewing rate, dan kategori sumber (healthcare professional, pribadi, edukasi, profit companies). Video score digunakan untuk menilaii kualitas informasi, kelengkapan konten dan untuk mengkategorikan video menjadi "poor", “good", dan "excellent". DISCERN digunakan untuk menilai reliabilitas video.
Hasil: Dari 105 video yang dianalisis, sebanyak 68 video (64,8%) diunggah oleh pengguna pribadi. Secara umum, video dikategorikan “buruk” dan realibilitasnya rendah. Video yang bersumber dari healthcare professional menunjukkan kualitas, kelengkapan konten, dan reliabilitas informasi yang paling tinggi. (p<0,05, uji Kruskal Wallis). Tidak ada perbedaan signifikan dalam jumlah views pada video berdurasi kurang dari dan lebih dari 4 menit. Terdapat perbedaan yang signifikan pada jumlah views video kurang dari dan lebih dari 6 menit. (p<0,05, uji Mann Whitney). Semakin lama durasi maka semakin tinggi kualitas dan reliabilitas video, tetapi semakin sedikit ditonton.
Kesimpulan: Dalam penelitian ini, video mengenai bau mulut yang baik adalah yang diunggah oleh healthcare professional. Secara umum, video YouTube mengenai bau mulut dikategorikan “poor” menurut kualitas dan kelengkapan kontennya. Pengguna YouTube cenderung menyukai video berkualitas rendah dibandingkan berkualitas tinggi yang menggambarkan bahwa penonton tidak dapat membedakan antara konten yang reliabel dan berpotensi bias.

Background: Bad breath is a common condition and can harm the quality of life. Through YouTube, many people can access oral health information.
Objective: To analyze the quality of information, comprehensiveness of the content, and YouTube video’s reliability regarding bad breath in Indonesian.
Methods: A cross-sectional study that following PRISMA flow diagrams. Total of 300 videos were collected based on three search keywords, "Bad breath", "Unpleasant breath", and "Oral malodor". All videos are recorded the number of likes, dislikes, views, duration, interaction index, viewing rate, and source category (healthcare professional, personal, education, and profit companies). Video scores represent the value of information quality, comprehensiveness of content, and to categorize videos as "poor”, “good," and "excellent". DISCERN was used to assess video reliability.
Results: From the 105 videos analyzed, 68 (64.8%) were uploaded by personal users. In general, videos are categorized as "poor" and have low reliability. Videos sourced from healthcare professionals show the highest quality, comprehensiveness of the content, and reliability (p <0.05, Kruskal Wallis test). There’s no significant difference in the number of viewers for video’s duration less than and more than 4 minutes. But, there’s a considerable difference in the number of viewers for video’s duration less than and more than 6 minutes (p <0.05, Mann Whitney test). The longer the duration, the higher the video's quality and reliability, but the less watched.
Conclusion: In this study, videos were categorized as “good” uploaded most by healthcare professionals. In general, YouTube videos about bad breath were categorized as “poor” according to the quality and comprehensiveness of the content. YouTube users tend to like lower quality videos over high quality which illustrates that viewers cannot differentiate between reliable and potentially biased content.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ladifta Arindra Chandra
"Kajian perancangan ini bertujuan memaparkan proses eksplorasi terhadap memori terkait dengan bau (odour-linked memories) untuk mengkonstruksi arsitektur yang puitis melalui sebuah proses reproduksi imaginatif. Kajian ini melihat bahwa bau sebagai pemicu memori berperan kuat sebagai sebuah substansi pembentuk arsitektur yang puitis, bergerak dari arsitektur yang menekankan pada visual. Perancangan ini melihat bagaimana satu pemicu bau bisa menciptakan lintasan bau dan memori yang hadir diantaranya sehingga bisa dilakukan eksplorasi terhadap fragmentasi memori berbasis bau. Operasi pembentukan ruang pada arsitektur ini juga tidak hanya mempertimbangkan karakternya yang puitis, tetapi juga mengambil esensi dari majas puisi yang biasa digunakan dalam merangkai kata-kata. Rangkaian fragmentasi ruang memori yang sudah terkonstruksi disusun berdasarkan majas puisi akan menghasilkan bau yang berbeda dari bau awal sehingga tercipta pengalaman bau yang baru dan puitis. Konsep ini menghadirkan dunia virtual yang bisa dikunjungi dan sistem yang bekerja sebagaimana memori dalam bentuk bau bisa disimpan, dicampur, diekstraksi, dan ditarik kembali. Sistem dari dunia memori bau ini menjadi dasar bagaimana memori bisa disimpan dalam bentuk bau hingga divisualisasikan kembali menjadi bentuk yang puitis. Perancangan ini menunjukkan bahwa arsitektur tidak hanya terbentuk dari lintasan bau sebagai substansi, tetapi juga membentuk lintasan puitis dan sebuah puisi spasial dari sistem dunia memori bau.

This design study aims to explain the process of exploring odour-linked memories to construct poetic architecture through a process of imaginative reproduction. This study sees that smell as a memory trigger plays a strong role as a substance that forms poetic architecture, moving from architecture that emphasises the visual. This design looks at how a single odour trigger can create a path of odours and the memory present between them so that exploration of odour-based memory fragmentation can be carried out. The operation of creating space in this architecture also not only takes into account its poetic character, but also takes the essence of the poetic figures of speech that are usually used in arranging words. The series of fragmentation of the memory space that has been constructed based on the figure of speech of poetry will produce a smell that is different from the initial smell, thereby creating a new and poetic smell experience. This concept presents a virtual world that can be visited and a system that works as memories in the form of smells can be stored, mixed, extracted and recalled. This system of the world of smell memory is the basis for how memories can be stored in the form of smells until they are visualised again into a poetic form. This design shows that architecture is not only formed from the trajectory of smell as a substance, but also forms a poetic trajectory and a spatial poetry from the world system of smell memory."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Irhas Said
"ABSTRAK
Nyeri dan luka merupakan masalah yang sering di alami pasien kanker payudara,
dimana luka ini menimbulkan malodour sehingga menurukan kualitas hidup
pasien. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan nyeri dan malodour dengan
stress pada pasien kanker payudara. Desain penelitian ini study cross-sectional
dengan sampel 92 pasien, diambil di RSKD Jakarta dan RSAM Bandar Lampung.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa nyeri, malodour, jenis analgetik dan jenis
balutan merupakan faktor yang berhubungan dengan stres. Malodour akan
beresiko menyebabkan stres tinggi pada individu yang mengalami luka kanker
sebesar 3.2 kali dari pada yang merasakan kurang bau (95% CI OR 1.04, 9.8)
setelah dikontrol oleh jenis balutan. Penelitian ini merekomendasikan pentingnya
pengkajian aspek psikososial pada pasien dengan luka kanker.

ABSTRACT
Pain and wound are the common problems in breast cancer patients, the wound
would cause malodour that the effect on poor quality of life. This research aimed
to identify the correlation of pain and malodour related to stress in breast cancer
patient. The research design used cross sectional study with 92 samples that
recruting in RSKD Jakarta and RSAM Lampung. The conclusion of the research
were pain, malodour, analgesic type and dressing type that was causing factor
related to higher stress for person who had wound cancer 3.2 times more than who
felt less scent (95% CI OR; 1,04;9.8) after controlled by dressing type. The
research recomended the important of the aspect psichology assesment to person
with wound care."
2012
T30672
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Lisa Indra
"Cairan NaCl 3% pada penelitian sebelumnya terbukti mampu menarik kelebihan eksudat dan mengurangi bau luka karena bersifat hipertonik. Penelitian eksperimen dengan penyamaran ganda dilakukan untuk mengetahui efektivitas perawatan luka dengan cairan NaCl 3% terhadap penurunan jumlah eksudat dan bau ulkus diabetik. Intervensi dilakukan selama 14 hari terhadap 15 sampel yang dibagi menjadi kelompok NaCl 0,9% dan NaCl 3% melalui randomisasi blok.
Tidak terdapat perbedaan signifikan jumlah eksudat setelah intervensi antara kedua kelompok namun terdapat perbedaan signifikan pada skor bau luka. Perawatan ulkus diabetik dengan NaCl 3% tidak lebih efektif dalam menurunkan jumlah eksudat luka dibandingkan NaCl 0,9% namun lebih efektif NaCl 3% dalam menurunkan skor bau.

Previous studies on wound care had proved that NaCl 3% solution able to absorbs the wound exudate and reduces the odor because it is hypertonic. A randomized controlled trial with double blinded technique was conducted to determine the effectiveness of wound care using NaCl 3% solution to decrease amount of exudate and odor of diabetic ulcers. Interventions performed for 14 days on 15 subjects blocked randomly allocated to NaCl 0,9% and NaCl 3% groups.
The result showed that there was no significant difference in the amount of exudate between the groups, however there was significant difference in the odor score. Wound care using NaCl 3% is no more effective to reduce the amount of exudate than NaCl 0,9%, however NaCl 3% is effective to reduce the odor score of diabetic ulcer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T44545
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ummi Fatia
"Stereotip merupakan salah satu bentuk prasangka antar etnik/ras. Orang cenderung membuat kategori atas tampilan karakteristik perilaku orang lain berdasarkan kategori, ras, jenis kelamin, kebangsaan, dan tampilan komunikasi verbal maupun non verbal. Dalam stereotip ada pemberian sifat tertentu terhadap seseorang berdasarkan kategori yang bersifat subjektif, hanya karena dia berasal dari kelompok tersebut. Novel Ca-Bau-Kan: Hanya Sebuah Dosa adalah novel yang berisikan bantahan atau perlawanan mengenai wacana stereotip yang memojokkan dan mengeneralisir Tionghoa--bahwa semua Tionghoa adalah sama, yaitu korup, jahat, kolutif, dan tidak nasionalis. Tan Peng Liang merupakan tokoh utama di dalam novel yang menjadi alat pembantah akan stereotip-stereotip Tionghoa yang selama ini beredar di kalangan masyarakat. Perlawanan atas stereotip etnis Tionghoa di dalam Ca-Bau-Kan akan dianalisis dari sudut pandang sosio-kultural.
Stereotyping is one form of prejudice between ethnic racial. People tend to create a category on the display characteristics of the behavior of others based on category, race, gender, nationality, and appearance of verbal an non verbal communication. In stereotypes, there is the provision of certain properties of an individual based categories are subjectives, just because he comes from the group. The novel Ca Bau Kan Hanya Sebuah Dosa is a novel that contains a denial or resistance on the discourse stereotype the Chinese cornered and generalize that all Chinese are the same, corrupt, evil, collusive, and not nationalist. Tan Peng Liang is the main character in the novel that became the tool exceptant of Chinese stereotypes that had been circulating among people. Resistance to Chinese ethnic stereotypes in the novel Ca Bau Kan will be analyzed from the socio cultural 39 s point of view."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Iman Sulaeman
"Rekayasa karpet yang membersihkan sendiri, anti bakteri, dan bebas bau dilakukan dengan melapisi kitosan-titania nanokomposit pada karpet bulu sintetis. Nanokomposit disintesis dengan menambahkan kitosan ke TiO2 dengan menggunakan metode impregnasi basah. Nanokomposit kemudian ditandai dengan FTIR untuk menentukan ikatan yang terjadi, UV-Vis DRS untuk menentukan celah pita energi, dan SEM-EDX untuk menganalisis morfologi dan komposisi.
Tes disinfeksi koloni E. coli dilakukan dengan menggunakan nanokomposit yang disintesis di bawah fotoreaktor akrilik untuk menganalisis kemampuan disinfektan. Setelah mendapatkan komposisi nanokomposit paling optimal berdasarkan tes, nanokomposit terbaik kemudian dilapisi di atas karpet. Serangkaian tes dilakukan pada karpet, termasuk uji pembersihan sendiri dengan mencelupkan karpet ke suspensi lumpur, uji fotodegradasi metilen biru, dan uji degradasi amonia.
Hasil karakterisasi FTIR menunjukkan bahwa sejumlah ikatan terjadi antara kitosan dan TiO2, sementara UV-Vis DRS menunjukkan bahwa nanokomposit yang disintesis memiliki nilai celah pita 3,11 eV. Tes desinfeksi E-coli menunjukkan bahwa komposisi nanokomposit terbaik adalah konsentrasi kitosan 3wt%, sedangkan pembersihan sendiri, fotodegradasi metilen biru, dan uji degradasi amonia menunjukkan bahwa penambahan 0,67v% tetraetil ortosilikat adalah penambahan paling optimal dalam pelapisan nanokomposit pada permukaan karpet.

A self-cleaning, anti bacterial, and odor free carpet engineering is conducted by coating chitosan-titania nanocomposite on a synthetic fur carpet. The nanocomposite is synthesized by adding chitosan to TiO2 by means of wet impregnation method. The nanocomposite is then characterized by FTIR to determine the bonds that occur, UV-Vis DRS to determine the energy bandgap, and SEM-EDX to analyze the morphology and composition.
An E. coli colony disincfection test is done using the synthesized nanocomposite under an acrylic photoreactor to analyze its disinfectant ability. After obtaning the most optimum nanocomposite composition based on the test, the best nanocomposite is then coated on the carpet. A series of tests is done to the carpet, including the self-cleaning test by dipping the carpet to mud suspension, methylene blue photodegradation test, and amonia degradation test.
The FTIR characterization result shows that a number of bonds occured between chitosan and TiO2, while UV-Vis DRS shows that the synthesized nanocomposite has a bandgap value of 3.11 eV. The E-coli disinfection test shows that the best nanocomposite composition is of the 3wt% chitosan concentration, while the self-cleaning, methylen blue photodegradation, and amonia degradation test shows that addition of 0.67v% tetraethyl orthosilicate is the most optimum addition in the nanocomposite coating on the carpet surface.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruth Kartika Purnasasmita
"Tesis ini mengeksplorasi metode perancangan arsitektur berbasis pemahaman bau yang dapat membentuk lintasan dalam proses navigasi ruang arsitektur. Studi ini diawali dengan argumen bahwa arsitektur cenderung untuk menghilangkan atau menimpa kehadiran bau yang ada. Hal ini mendiskriminasi kehadiran bau dalam ruang dan menjadikannya hanya dilihat sebagai rangsangan dari matter. Tesis ini kemudian mengangkat pentingnya pergeseran perspektif bau dalam ruang dimana yang dilihat melalui pemahaman akan lintasan bau. Hal ini menunjukkan bahwa bau menghadirkan kondisi dinamis dalam ruang. Penelusuran lintasan bau dapat mengungkap lapisan-lapisan bau dalam ruang dimana tesis ini melihat lapisan tersebut dalam komposisi foreground-background. Tesis ini melihat lintasan bau berdasarkan pergerakan bau dalam ruang, pergerakan manusia, dan susunan lapisan tersebut.
Fragmentasi kemudian dilihat sebagai metode yang dapat mengungkap dan mengintervensi lintasan bau. Kajian fragmentasi diawali dengan penelusuran makro melalui proses smellwalking pada konteks urban untuk melihat susunan lapisan dalam lintasan yang menghasilkan navigasi dinamis dalam ruang. Studi tersebut dilanjutkan dengan penelusuran mikro yaitu mengeksplorasi ragam perlakuan bau dan medium perantara dimana berfokus pada bau rempah-rempah tradisional Indonesia. Temuan dari studi ini menghasilkan rancangan arsitektur lintasan bau untuk navigasi dengan menyoroti makna temporalitas oleh bau dalam membentuk dan menembus waktu. Rancangan yang dihasilkan berupa skenario lintasan yang terdiri atas susunan lapisan foreground-background dan navigasi dinamis berupa wayfinding serta koreografi respons tubuh manusia dengan bau. Hal ini mempertimbangkan temporalitas serta hubungan aktif bau, tubuh manusia, elemen spasial (medium perantara bau), dan waktu.

This thesis explores the trajectory of smell as the basis of architectural design method development in navigating space. It argues that architecture often removes or overwrites smell based on its stimulating existence created from matter. However, it tends to discriminate the presence of smell in space. This thesis then highlights the importance of understanding smell through the idea of trajectory, enabling the dynamic condition in space. The investigation of the trajectory of smell reveals layers of smell in space which can be seen in the form of foreground-background compositions. Furthermore, the trajectories of smell in this study are driven by the distribution of smell in space, human movement, and the existing layers within the space.
Fragmentation is seen as an architectural design method that reveals and intervenes the trajectory of smell. The study began with a macro investigation by conducting the process of smellwalking in urban context. It reveals the compositions of foreground-background enabling dynamic navigations in space. Further micro investigations are done through various explorations of the smells’ treatment and mediums by focusing on the smell of traditional Indonesian herbs and spices. These findings then suggest possible architectural programming in navigating space by developing various scenarios of trajectory. It highlights the notion of temporality of smell in making and passing through time. The scenarios consist of foreground-background layers and dynamic navigation in the form of wayfinding and various choreographies of bodily response towards the smell. This thesis then higlights the notion of temporality and the active relations between smell, human body, spatial elements (mediums), and time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Wilayah pesisir dengan topografi yang relatif datar merupakan tempat
yang menarik untuk dijadikan permukiman. Pada perkembangan selanjutnya
wilayah ini memiliki laju pemanfaatan lahan yang cukup pesat salah satunya
adalah permukiman. Hal ini menyebabkan tingginya tingkat kepadatan
penduduk sekaligus terjadinya peningkatan akan kebutuhan permukiman.
Pesisir Kota Bau-Bau merupakan pusat dari berbagai aktivitas penduduk
diantaranya yang paling menonjol adalah kegiatan perdagangan dan jasa.
Terkonsentrasinya kegiatan-kegiatan tersebut termasuk permukiman yang
berada di pusat kota di kawasan pesisir menyebabkan terjadinya penurunan
kualitas lingkungan permukiman. Penilaian kualitas permukiman dalam
penelitian ini meliputi variabel jenis bangunan, adanya genangan banjir,
kepadatan bangunan, tingkat pelayanan listrik, air bersih, ketersediaan TPS
dan tingkat kepemilikan IMB, serta menghubungkan persebaran kualitas
permukiman tersebut dengan jarak ke CBD, wilayah ketinggian, dan jarak
dari garis pantai. Dari hasil penelitian, permukiman dengan kualitas baik
berada di Kelurahan Batulo, Bone-Bone, Bukit Wolio Indah, Kadolomoko,
Lipu, Wangkanapi dan Tarafu. Permukiman dengan kualitas sedang berada
di Kelurahan Bataraguru, Kadolokatapi, Kaisabu Baru, Lamangga, Lanto,
Ngangana Umala, Wajo, Wale dan Wameo. Sedangkan permukiman dengan
kualitas buruk berada di Kelurahan Baadia, Kaobula, Katobengke, Melai,
Tanganapada, dan Tomba. Hubungan antara jarak ke CBD, ketinggian dari
permukaan laut, dan jarak dari garis pantai terhadap persebaran kualitas
permukiman tersebut adalah semakin jauh jarak permukiman ke CBD,
semakin tinggi letak permukiman dan semakin jauh jarak permukiman dari
garis pantai maka permukiman tersebut cenderung menunjukkan kualitas
permukiman yang buruk.
Kata kunci : wilayah pesisir Kota Bau-Bau, kualitas permukiman, jarak
ke CBD, wilayah ketinggian, jarak dari garis pantai.
ix+82 hlm.; 16 tabel; 9 gambar; 7 lamp; 14 peta
Bibliografi : 42 (1977-2006)"
Universitas Indonesia, 2007
S33932
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abrijanto Soen Bing
"[Bau mulut (Halitosis) merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang dikeluhkan sebagian besar masyarakat. Komponen utama pada bau mulut adalah volatile sulfur compounds (VSCs), yaitu hidrogen sulfida (H2S), metil merkaptan (CH3SH), dan dimetilsulfida ((CH3)2S). Salah satu bahan alami yang secara tradisional digunakan untuk mengurangi bau mulut adalah buah burahol (Stelechocarpus burahol). Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi efek sediaan tablet hisap yang mengandung buah kepel dalam mengontrol bau mulut. Tiga puluh orang subyek sehat dibagi secara acak menjadi 2 kelompok, yaitu
kelompok tablet hisap eksrak buah kepel dan kelompok permen karet xilitol. Subyek menggunakan tablet hisap pada pagi setelah makan pagi dan siang setelah makan siang. Pemeriksaan bau mulut dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu segera setelah bangun tidur, setelah makan pagi, dan siang hari sesudah makan siang. Variabel pemeriksaan bau mulut yang diukur adalah skor organoleptik, kadar H2S,
kadar CH3SH, dan kadar (CH3)2S. Efek tablet hisap ekstrak buah burahol sebanding dengan permen karet xilitol dalam menurunkan kadar H2S, CH3SH, (CH3)2S dan skor organoleptik bau mulut pada subyek. Tablet hisap yang mengandung ekstrak buah burahol (Stelechocarpus burahol) efektif dalam mengontrol bau mulut sehingga dapat digunakan untuk pengobatan bau mulut (halitosis).;

Oral malodour (Haitosis) as an oral problem that most people complain. In all cases, bad breath is caused by the presence of volatile organic compounds originating from the mouth or the expired air. The aim of this study is know of the effect of lozenges containing kepel fruit (Stelechocarpus burahol) in controlling oral malodour in normal subjects. Thirty normal subjects were divided into two groups
randomly, one groups received lozenges containing kepel fruits and the other groups received lozenges containing xilitol. Subjects receiving as much two tablets lozenges each day during one day, ie morning after breakfast and after lunch. Oral malodour examination performed three times, ie immediately after waking, after breakfast, and afternoon after lunch. Variable oral malodour is measured levels of H2S, CH3SH, (CH3)2S. The result were shown that lozenges containing kepel fruits (Stelechocarpus burahol) did not differ with lozenges containing xilitol in reducing the levels of H2S, CH3SH, (CH3)2S and organoleptics oral malodour in normal subjects. Lozenges containing kepel fruits (Stelechocarpus burahol) is effective in controlling oral malodour so it can be used for the treatment of oral malodour (Halitosis).;Oral malodour (Haitosis) as an oral problem that most people complain. In all cases,
bad breath is caused by the presence of volatile organic compounds originating
from the mouth or the expired air. The aim of this study is know of the effect of
lozenges containing kepel fruit (Stelechocarpus burahol) in controlling oral
malodour in normal subjects. Thirty normal subjects were divided into two groups
randomly, one groups received lozenges containing kepel fruits and the other
groups received lozenges containing xilitol. Subjects receiving as much two
tablets lozenges each day during one day, ie morning after breakfast and after
lunch. Oral malodour examination performed three times, ie immediately after
waking, after breakfast, and afternoon after lunch. Variable oral malodour is
measured levels of H2S, CH3SH, (CH3)2S. The result were shown that lozenges
containing kepel fruits (Stelechocarpus burahol) did not differ with lozenges
containing xilitol in reducing the levels of H2S, CH3SH, (CH3)2S and
organoleptics oral malodour in normal subjects.
Lozenges containing kepel fruits (Stelechocarpus burahol) is effective in
controlling oral malodour so it can be used for the treatment of oral malodour
(Halitosis).;Oral malodour (Haitosis) as an oral problem that most people complain. In all cases,
bad breath is caused by the presence of volatile organic compounds originating
from the mouth or the expired air. The aim of this study is know of the effect of
lozenges containing kepel fruit (Stelechocarpus burahol) in controlling oral
malodour in normal subjects. Thirty normal subjects were divided into two groups
randomly, one groups received lozenges containing kepel fruits and the other
groups received lozenges containing xilitol. Subjects receiving as much two
tablets lozenges each day during one day, ie morning after breakfast and after
lunch. Oral malodour examination performed three times, ie immediately after
waking, after breakfast, and afternoon after lunch. Variable oral malodour is
measured levels of H2S, CH3SH, (CH3)2S. The result were shown that lozenges
containing kepel fruits (Stelechocarpus burahol) did not differ with lozenges
containing xilitol in reducing the levels of H2S, CH3SH, (CH3)2S and
organoleptics oral malodour in normal subjects.
Lozenges containing kepel fruits (Stelechocarpus burahol) is effective in
controlling oral malodour so it can be used for the treatment of oral malodour
(Halitosis)., Oral malodour (Haitosis) as an oral problem that most people complain. In all cases,
bad breath is caused by the presence of volatile organic compounds originating
from the mouth or the expired air. The aim of this study is know of the effect of
lozenges containing kepel fruit (Stelechocarpus burahol) in controlling oral
malodour in normal subjects. Thirty normal subjects were divided into two groups
randomly, one groups received lozenges containing kepel fruits and the other
groups received lozenges containing xilitol. Subjects receiving as much two
tablets lozenges each day during one day, ie morning after breakfast and after
lunch. Oral malodour examination performed three times, ie immediately after
waking, after breakfast, and afternoon after lunch. Variable oral malodour is
measured levels of H2S, CH3SH, (CH3)2S. The result were shown that lozenges
containing kepel fruits (Stelechocarpus burahol) did not differ with lozenges
containing xilitol in reducing the levels of H2S, CH3SH, (CH3)2S and
organoleptics oral malodour in normal subjects.
Lozenges containing kepel fruits (Stelechocarpus burahol) is effective in
controlling oral malodour so it can be used for the treatment of oral malodour
(Halitosis).]
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>