Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sujud Swastoko
"Deregulasi di bidang penerbangan tahun |999 menambah persaingan yang semakin berat dalam bisnis penerbangan di Indonesia. Jumlah penumpang pesawat terbang pada saat deregulasi digulirkan sebanyak 6,6 juta orang, pada tahun 2003 telah mencapai 16 juta orang, bahkan tahun 2004 diperkirakan bisa menembus angka 20 juta penumpang.
Sementara itu setelah kebijakan deregulasi penerbangan dilakukan, sudah 37 izin penerbangan dikeluarkan dan yang beroperasi 24 maskapai penerbangan. Dengan semakin banyaknya perusahaan penerbangan yang mengoperasikan pesawat, khususnya untuk angkutan udara niaga berjadwal di dalam negeri, menimbulkan persaingan yang semakin ketat. Agar perusahaan penerbangan nasional dapat bertahan, bahkan bisa melakukan ekspansi usaha dengan baik, mereka harus membuat strategi pemasaran dengan menetapkan segmen pasar yang menjadi target. Oleh karena itu, untuk menjawab kebutuhan tersebut dilakukan penelitian dengan mengambil 131 responden terpilih umuk dianalisis.
Dari hasil segmentasi dengan menggunakan analisis klaster terhadap variabel- variabel psikografi, terbentuk dua segmen pasar penerbangan yaitu "Peduli Harga" dan "Peduli Merck". Hasil analisis diskriminan menunjukkan bahwa variabel demografi pendidikan yang membedakan konsumen dalam memilih segmen tersebut. Sedangkan segmentasi terhadap variabel-variabel perilaku dengan menggunakan analisis klaster terbentuk dua segmen pasar, yaitu "Pelayanan Bagus" dan "Harga Tiket Murah". Dari hasil analisis diskriminan, faktor demografi tidak mempengaruhi perilaku konsumen dalam memilih jenis pesawat terbang. Penciptaan nilai pelanggan untuk setiap segmen dilakukan dengan mengacu pada variabel-variabel psikografil perilaku yang membentuk segmen tersebut dan variabel-variabel demografinya.

Deregulation over aviation section in 1999 has tightened the competition in commercial aviation business in Indonesia. The amount of flight passengers has also increased from only 6.6 millions in 1999 - when the deregulation package was launched - to 16 millions in 2003, and it is predicted to reach 20 millions of passengers in 2004.
Meanwhile, after the implementation of the deregulation package, there have been 37 airline licenses given and 24 airlines start their operation. With the increasing number of commercial aviation company, especially the domestic scheduled-commercial air transportation, the competition is becoming more and more tight. For that reason, in order to be able to survive and even able to expand the business well, national aviation companies have to set certain marketing strategies by defining the targeted market. To answer the needs, a research has been conducted by taking 131 selected respondents to be analyzed.
The result of segmentation using cluster analysis toward psychographics variables has resulted two market segments of flight passenger; those are "Price-Concemed" and "Brand-Concemed". The discriminant analysis showed that the demographic variable "Educational Background" influences consumers in choosing the segments. On the other hand, segmentation toward behavioral variables by using cluster analysis has created two market segments; those are "Good Service? and "Low-Priced Tickets". The discriminant analysis over these segments showed that the demographic factors did not influence the consumer behavior in choosing the plane types. Creating customer value for every segment is conducted regarding to the psychographics, behavioral, and demographic variables that created the segments."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Balitbang Perhubungan Kemenhub RI, 2018
387.7 IND m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Larsen, Paul B.
"The flying public, airlines, and governments will all agree on one date that changed commercial flying: that was September 11, 2001. The first edition of Aviation Law: Cases, Laws and Related Sources, described early consequences of that event, particularly compensation of victims and early tightening of aviation security. Subsequently laws and regulations affecting all aspects of aviation changed so rapidly that it became difficult to set a cut-off date for the second edition. The rapid flow of events made an update urgent. Several gaps in the materials of the first edition became evident as. "
Leiden: Martinus Nijhoff pub., 2012
343.7309 7 LAR a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Raka Perbawa
"Di dalam dunia penerbangan, penggunaan Automatic Dependant Surveillance Broadcast ADS-B sudah mulai menjadi standar. ADS-B memungkinkan penyebaran informasi lalu-lintas penerbangan dengan lebih efektif, biaya lebih rendah serta fleksibel dalam implementasinya. Di sisi lain kemajuan teknologi di bidang komunikasi yang menunjang penyebaran informasi ADS-B juga berkembang pesat. Named Data Networking NDN muncul sebagai alternatif baru untuk menggantikan komunikasi TCP/IP yang sudah jamak dipakai di seluruh dunia. NDN menawarkan fleksibilitas dan komunikasi secara content centric, artinya NDN tidak lagi menyandarkan urusan forwarding data ke lapisan TCP/IP namun ditangani oleh mekanisme pencarian rute menuju konten yang dituju menggunakan penamaan hierarkis yang serupa dengan konsep Uniform Resource Locator URL . Mekanisme ini mengeliminir proses pembacaan sampai lapisan-lapisan bawah saat proses forwarding, dan diharapkan meningkatkan performa transaksi data.
Pada penelitian ini dilakukan transmisi data yang dihasilkan oleh sebuah source ADS-B melalui sebuah mock-up jaringan yang sudah diimplementasikan NDN di dalamnya. Kinerja sistem lalu dievaluasi melalui parameter round-trip-time dan packet loss untuk melihat apakah sudah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh otoritas penerbangan agar layak diimplementasi dalam kegiatan operasional dibandingkan dengan sistem yang menggunakan IP. Hasil evaluasi menunjukan bahwa ada penurunan performansi round-trip-time sebesar 34 dan packet-loss mencapai 7 dalam kondisi lalu-lintas jaringan idle.

In the aviation world, the use of Automatic Dependent Surveillance Broadcast ADS B has started to become a standard. ADS B allows the dissemination of flight traffic information more effectively, in lower costs and flexible implementation. On the other hand advances in technology in the field of communication that support the dissemination of information ADS B is also growing rapidly. Named Data Networking NDN emerged as a new alternative to replace the commonly used TCP IP communications around the world. NDN offers flexibility and content centric communication, meaning that NDN no longer relies on forwarding data to TCP IP layers but is handled by a route search mechanism toward the intended content using hierarchical naming similar to the Uniform Resource Locator URL concept. This mechanism eliminates the reading process to the lower layers during the forwarding process, and is expected to improve the performance of data transactions.
In this research, data transmission is generated by an ADS B source through a mock up network that already implemented NDN in it. System performance is then evaluated through round trip time and packet loss parameters to see if it meets the standards set by the aviation authority to be feasible to implement in operational activities compared to systems using IP. Evaluation results show that there is a 34 decrease of round trip time performance and packet loss reaches 7 in idle network traffic conditions.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50644
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridzeki Akbar
"Di antara banyak industri yang terkena dampak pandemi COVID-19, pariwisata dan perjalanan adalah salah satu yang paling terpengaruh oleh situasi pandemi. Industri penerbangan, khususnya angkutan penumpang sebagai salah satu industri utama di bidang pariwisata dan perjalanan menghadapi tantangan dalam pemulihan dari situasi pandemi dengan berkurangnya orang yang terbang karena risiko yang ditimbulkan oleh virus COVID-19. Teori utama dari kerangka penelitian ini adalah menggunakan Theory of Planned Behavior (TPB) untuk memprediksi kesediaan konsumen penerbangan untuk terbang. Dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) berbasis Partial Least Square (PLS), penelitian ini akan menganalisis hubungan antara pemahaman dan persepsi konsumen tentang pandemi COVID-19 dengan kesediaan mereka untuk terbang selama situasi pandemi COVID-19.

Amongst many industries impacted by the COVID-19 pandemic, tourism and travel has been one of the most affected by the pandemic situation. Aviation industry, specifically passenger carriers as one of the key industries in the tourism and travel is facing a challenge in recovering from the pandemic situation with less people flying due to risks imposed by the virus. The main theory of the research framework is using Theory of Planned Behavior (TPB) to predict aviation consumer’s willingness to fly. Using Structural Equation Modeling (SEM) based on Partial Least Square (PLS), this research will analyze the correlation between consumer’s understanding and perception of the COVID-19 pandemic and their willingness to fly during the COVID-19 pandemic situation."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shidiki Iribian
"Sejalan dengan perkembangan pesat teknologi informasi dunia saat ini, telah memberi dampak terhadap semakin meningkatnya transaksi-transaksi penjualan yang dilakukan melalui kegiatan bisnis direct marketing. Bisnis ini telah dikembangkan oleh berbagai jenis industri sebagai suatu strategi untuk melakukan pemasaran yang terintegrasi. Dengan mengkombinasikan beberapa aktifitas pemasaran dan aktivitas penjualan, serta penggunaan teknologi informasi sebagai sarana untuk memasarkan secara langsung produk/jasa yang dihasilkan perusahaan maka suatu umpan balik berupa respon langsung dapat dengan mudah diperoleh sehingga efektifitas kegiatan pemasaran yang dilakukan dapat dengan mudah pula untuk diukur. Manfaat lain yang dapat diperoleh perusahaan dengan menerapkan program ini adalah sebagai alat untuk berkomunikasi langsung antara perusahaan dengan para pelanggannya tanpa adanya hambatan?hambatan geografis yang berarti.
Berdasarkan analisis internal dan eksternal yang dilakukan terhadap PT. Garuda Tridonesia diperoleh gambaran bahwa adanya peluang yang besar bagi Garuda untuk mengembangkan bisnis direct marketing ini dengan rnelihat kepada potensi sumber daya dan fasilitas sistem perusahaan yang dimiliki saat ini. Sedangkan dari analisa permasalahan dan temuan serta rancangan penerapan direct marketing pada PT. Garuda Indonesia diperoleh kesimpulan bahwa adanya ketergantungan yang tinggi pada harga dan agen sebagai metode distribusi yang utama, sementara lemahnya pengawasan khusus kepada para agen karena umumnya agen bertindak bukan hanya pada satu perusahaan akan tetapi atas nama sejumlah besar perusahaan penerbangan. Kondisi ¡ni akan dapat menyebabkan lemahnya daya saing Garuda terutama dalam memasuki era pasar bebas (open sky) nanti. OIeh karena itu dengan strategi direct marketing yang tepat dan didukung oleh penawaran produk produk pelayanan yang berkualitas kepada pelanggan-pelanggan potensial Garuda, maka perusahaan sekaligus akan dapat mengurangi tingkat ketergantungan yang tinggi pada harga sebagai satu-satunya alat bersaing dan mampu menekan besarnva komisi agen dan pembebanan ASPE (Additional Sale's Promotion Expense) di luar komisi yang cukup tinggi bagi Garuda (rata-rata 20% dan target pendapatan pertahun).
Perkembangan direct marketing dalam dunia penerbangan diawali dengan pengembangan program loyalitas pelanggan melalui frequent flyer program sebagai suatu cara-cara yang menyeluruh dan berfokus kepada pelanggan. Frequent flyer program ini kemudian dapat menjadì alat untuk mengembangkan database marketing perusahaan. Oleh karena itu efektifitas program direct marketing yang dibentuk perusahaan sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kapasitas database marketing yang hanya dimungkinkan melaIui implementasi frequent flyer program pada Garuda, sehingga dapat disimpulkan bahwa adanya satu rantaian nilai (value chain) antara frequent flyer program, database marketing dan direct marketing yang saling menunjang dan melengkapi.
Bentuk pelaksanaan program penerapan direct marketing pada PT. Garuda Indonesia dapat dilakukan melalui cara kontrak dengan direct marketing company selama beberapa tahun, sementara Garuda dalam hal ini melaksanakan fungsi manajemen perencanaan dan pengawasan yang akan dilakukan oleh Dinas Marketing Planning and Development. Sedangkan dalam pengorganisasian kegiatan direct marketing dapat dilakukan oleh bagian/ unit tersendiri yang setingkat dengan bagian promosi.
Pembentukan database marketing yang merupakan kunci kesuksesan kegiatan direct marketing dapat dilakukan dengan cara:
Dibangun dan dihasilkan oleh Garuda sendiri melalui data-data pelanggan Frequent Flyer Bonus Program.
Diperoleh dan pihak luar seperti : List Brokerage, program Cross
Participation.
Berbagai media yang dapat direkomendasikan untuk digunakan dalam melakukan penawaran produk-produk perusahaan melalui program direct marketing, adalah : Direct mail, Telemarketing, Newsletter, Advertising/infomercial, dan Internet."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
hapus4
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
N.A.A. Titie Budi S.
"Tesis ini menganalisis dampak kebijakan pengaturan ijin usaha, pengaturan rute penerbangan dan pengaturan tarif yang dilakukan oleh pemerintah di industri penerbangan domestik berjadwal, pada periode sebelum dan setelah tahun 1999 dengan menggunakan dasar-dasar teori organisasi industri dan kebijakan persaingan yang berlaku di Indonesia. Tahun 1999 digunakan sebagai batas periode karena pada tahun tersebut menjadi momentum hadirnya Low Cost Carrier pertama pada industri penerbangan di Indonesia yang memicu terjadinya persaingan tarif yang sangat ketat diantara maskapai penerbangan.
Penelitian dilakukan terhadap Departemen Perhubungan sebagai regulator dan beberapa maskapai penerbangan sebagai perwakilan dari produsen, serta mengumpulkan data-data terkait dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) sebagai perwakilan dari konsumen.
Pendekatan Stuktur, Conduct dan Performance bertujuan untuk mengetahui konsentrasi pasar dan hambatan masuk yang dilakukan oleh pemerintah, prilaku para maskapai penerbangan dalam melakukan persaingan dan hasil produksi penerbangan yang mencerminkan kinerja dari industri tersebut.
Berdasarkan hasil interview dan data-data terkait, diperoleh kesimpulan bahwa sejak dikeluarkan deregulasi penerbangan terjadi peningkatan jumlah operator penerbangan dan persaingan harga yang ketat dengan ditetapkannya KM No. 9/2001 sebagai Batas Atas Tarif, dan SKEP 35/IV/2003 sebagai angka referensi. Namun, angka referensi menimbulkan distorsi harga karena masih banyak operator penerbangan yang menetapkan tarif di bawah angka referensi dan tidak dikenakan sanksi oleh regulator. Persaingan tarif tersebut menimbulkan kekhawatiran konsumen atas tidak diindahkannya prinsip keamanan dan keselamatan terbang oleh para operator dengan melihat masih tingginya jumlah kecelakaan pesawat terbang.
Sehingga pemerintah diharapkan mendorong dilakukannya transparansi dari segi operasional operator penerbangan berupa audit keuangan dan audit teknis terhadap standar operating prosedur yang dilakukan oleh maskapai penerbangan dan menambah jumlah inspektur di Iingkup Direktorat Sertifikasi Kelaikan Udara (DSKU) di Departemen Perhubungan guna meningkatkan pengawasan dan menjamin dipatuhinya standar keamanan dan keselamatan terbang yang telah ditetapkan. Selain itu melakukan transparansi atas metode penghitungan angka batas atas dan batas bawah (referensi) yang ditetapkan pemerintah serta mendorong tumbuhnya perusahaan yang bergerak dibidang perawatan pesawat guna mendukung kinerja industri penerbangan domestic di Indonesia. Serta memberikan iklim usaha yang kondusif bagi terciptanya persaingan yang sehat yang dapat bersinergi dengan moda transportasi nasional lainnya guna menghadapi persaingan global dimasa yang akan datang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15313
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farchan Fachrurrezy
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang kepentingan nasional Singapura terhadap penguasaan ruang udara Kep.Riau yang ingin diambil alih kembali oleh Indonesia. Ruang udara Kep.Riau masuk ke dalam bagian dari FIR Singapura sejak tahun 1946. Indonesia sudah bertahun-tahun berusaha untuk mengambil alih ruang udara tersebut namun Singapura tetap tidak memberikan dengan alasan Indonesia belum siap. Pada tahun 2015, Presiden Joko Widodo menginginkan pemerintahannya mempercepat pengambilalihan ruang udara Kep. Riau tersebut menjadi tahun 2019, dari seharusnya akan dievaluasi pada tahun 2024. Penulis memfokuskan tulisan ini pada alasan atau faktor kepentingan nasional apa yang mendasari Singapura tidak memberikan otoritas ruang udara tersebut kepada Indonesia. Penulis akan membahas mengenai FIR Indonesia secara singkat, teknologi radar navigasi yang Indonesia miliki dan kesiapan dari Indonesia untuk mengambil alih. Selain itu penulis juga akan mengupas dari sisi Singapura, penulis akan membahas tentang FIR Singapura, posisi Bandara Changi sebagai Global-Hub dan melihat keuntungan yang didapatkan Singapura dari sektor penerbangannya. Dari hasil penelitian ini, penulis mendapati bahwa Singapura memiliki kepentingan ekonomi yang kuat berdasarkan keuntungan yang didapatkannya melalui sektor penerbangan. Sehingga Singapura merasa perlu untuk menguasai ruang udara tersebut dan memiliki keraguan akan kapabilitas Indonesia apabila Indonesia menguasai ruang udara tersebut.

ABSTRACT
This research discusses the national interest of Singapore in the control of the Kep. Riau airspace that Indonesia wants to take over. Kep. Riau's airspace has been part of the Singapore FIR since 1946. Indonesia has been trying for years to take over the airspace, but Singapore still does not giving the authority to Indonesia because Indonesia is not ready yet. In 2015, President Joko Widodo wanted his government to speed up the takeover of Kep. Riau in 2019, of which it should be evaluated in 2024. The author focuses on this article on the reasons or factors of national interest that underlie Singapore not to give the airspace authority to Indonesia. The author will briefly discuss the Indonesian FIR, the navigation radar technology that Indonesia has and the readiness of Indonesia to take over. In addition, the author will also review from the Singapore side, the author will discuss the Singapore FIR, the position of Changi Airport as a Global-Hub and see the benefits Singapore gets from its aviation sector. From the results of this study, the authors found that Singapore had strong economic interests based on the benefits it gained through the aviation sector. So Singapore feels the need to control the airspace and also Singapore has doubts about Indonesia's capability if Indonesia controls the airspace.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>