Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Duangnate Pipatsatitpong
"ABSTRAK
Giardia duodenalis (G. duodenalis) is an intestinal flagellate protozoan, which infects in humans and animals. It can be causing giardiasis. The symptoms are acute or chronic diarrhea, abdominal pain, weight loss and dehydration. G. duodenalis can be transmitted by eating food or drinking water contaminated with infected stage cysts. Children who live and share facility in an orphanage are the high risk groups for infection. The objective of this paper is to study the prevalence and genotypes of G. duodenalis infection of asymptomatic individual in a child care center. This study was conducted in Mercy Centre orphanage, Klong Toey community. 289 stool samples were collected from children and childcare workers. Stool samples were extracted DNA. Small subunit ribosomal DNA (SSU-rDNA) and glutamate dehydrogenase (gdh) genes were amplified using Nested PCR. PCR products of gdh gene were cut using NlaIV and RsaI restriction enzymes. Genotypes were identified. The results of this study showed the prevalence of giardiasis in an orphanage, Klong Toey community, Thailand was 17.6% (51/289). PCR-RFLP analysis of 19 samples revealed that genotype AII was 63.2% (12/19), genotype BIV was 31.6% (6/19) and genotype BIII was 5.3% (1/19) respectively. Consequently, the study of prevalence and genotypes of G. duodenalis is beneficial for control planning of giardiasis in an orphanage, Klong Toey community."
Pathum Thani: Thammasat University, 2018
607 STA 23:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Surya Pradian Setijono
"Notaris sebagai sebuah profesi, tentunya memiliki sebuah organisasi yang menaunginya yaitu Ikatan Notaris Indonesia. Organisasi ini dibuat dalam bentuk perkumpulan yang berbadan hukum, yang mana diharuskan untuk memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga guna mengatur anggota yang tergabung di dalamnya. Mahkamah Perkumpulan adalah sebuah alat kelengkapan organisasi baru yang dibentuk setelah adanya perubahan terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ikatan Notaris Indonesia yang memiliki fungsi sebagai badan penyelesaian sengketa yang muncul dalam atau sebagai akibat Kongres.

Notary as a proffession, must have an organization that shelter them which is Indonesuan Notary Association. This organization is made in the form of associations as legal entity, which are required to have Statutes and Bylaws to regulate members joined in it. Court Assemblage is a new association's fittings which formed after the revision of the Statutes and Bylaws of the Indonesian Notary Association which has a function as a dispute resolution body that appear in or as a result of Congress.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
T46699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Shabrina
"Kampung kota merupakan salah satu kawasan kota yang menjadi pilihan bertinggal bagi masyarakat dengan kemampuan ekonomi rendah. Fenomena berhuni di kampung kota identik dengan citra kepadatan dan pemukiman kumuh. Namun, masih banyak masyarakat yang memilih untuk tetap tinggal di kawasan ini dan menolak untuk direlokasi. Fenomena ini menjadi isu yang menarik untuk dibahas lebih dalam. Hunian adalah bagian dari rekam jejak kehidupan penghuni yang memiliki makna. Pemahaman terkait makna hunian dapat dilihat melalui tahapan yang telah dilalui penghuni dalam proses berhuni. Proses perlu dilihat jauh ke belakang, karena wujud fisik hunian yang terlihat pada masa kini memiliki keterhubungan dengan tindakan dimasa lalu. Isu ini dapat dianalisis melalui pendekatan assemblage. Bagaimana penghuni menyusun setiap komponen hunian dalam masa pembangunan dan perubahan. Komponen material melewati tahapan pendefinisian territory yang dilakukan melalui proses territorialization dan deterritorialization, sehingga membentuk assemblage hunian. Berdasarkan hasil tinjauan teori dan analisis studi kasus, proses berhuni dalam konteks kampung kota dipengaruhi oleh tindakan penghuni yang memiliki otoritas. Tindakan aktor dilatar balakangi oleh faktor internal dan eksternal, sehingga hunian menjadi sebuah produk dan sebuah proses yang terus berjalan. Faktor internal berupa life-cycle, sedangkan faktor eksternal berupa bencana kebakaran. Dalam merealisasikan tindakan perubahan, aktor dibatasi oleh kemampuan ekonomi yang dimilikinya.

Kampung kota is one of the urban areas, which is chosen by the people with low economic income to live in. The phenomenon of the housing process in kampung kota is identical with the image of density and slums. However, there are people who still choose to live in this area and refuse to be relocated. This phenomenon is an interesting issue to discussed. House is part of the occupants life record, that has meaning for its inhabitants. We cannot judge a house as it is seems today. The present is always related to the past. This issue can be analyzed through an assemblage approach. How residents make every component of the house during the period of housing development. Through the process of coding, territory is being defined by the arranggement  of material components, which are carried out through the process of territorialization and deterritorialization. This process formed a house assemblage. Based on the results of a theoretical review and case study analysis, the housing process in the kampung kota is influenced by the actions of residents who have authority. Actors act based on the internal and external factors, therefore house becomes a product and also a process at the same time. Internal factors in the form of life-cycle, while external factors in the form of a conflagration. In the attempt of house assembling, the actor is limited by his economic capabilities. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ary Nurmalasari
"ABSTRAK
Giardia duodenalis (G. duodenalis) adalah protozoa usus yang termasuk ke dalam Kelas Flagelata penyebab diare, yang sering menimbulkan masalah pada anak. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi G. duodenalis disebut giardiasis. Giardia menginfeksi manusia maupun hewan dengan spesies G. duodenalis umumnya ditemukan pada manusia. Prevalensi giardiasis di negara berkembang dilaporkan sekitar 10-50%.
Riset epidemiologi molekuler di berbagai negara melaporkan pada saat ini berdasarkan kelompok genetik ada 8 assemblage Giardia (assemblage A-H) yang sudah diketahui dan untuk isolat G. duodenalis dari daerah geografis yang berbeda, hanya assemblage A dan B yang menyebabkan infeksi pada manusia. Sementara assemblage C dan D ditemukan pada anjing, kucing, serigala; assemblage E ditemukan pada hewan peliharaan, domba, kambing, babi, kerbau dan muflons; assemblage F pada kucing, assemblage G pada tikus dan assemblage H pada anjing laut dan burung camar. Karakteristik genotipe dari G. duodenalis adalah host-spesific sehingga dapat digunakan untuk melihat kemungkinan transmisi dan sumber infeksi.
Penelitian ini merupakan laporan pertama terhadap identifikasi genotip G. duodenalis isolat Indonesia, dengan sampel dari anak sekolah dasar. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah potong lintang (cross sectional). Sampel feses dikoleksi dari 140 anak-anak Sekolah Dasar di Kampung Melayu, Jakarta Timur, kemudian diperiksa secara mikroskopis untuk mendapatkan sampel yang positif mengandung Giardia. Sampel yang positif Giardia tersebut lalu dilanjutkan dengan pemeriksaan PCR dengan target gen triose phosphate isomerase (TPI) dan Restriction Fragmen Length Polimorphism (RFLP) untuk menentukan subtipe (assemblage) Giardia.
Hasil penelitian menunjukkan angka kejadian giardiasis secara mikroskopis pada anak usia sekolah di Kampung Melayu sebesar 10.7%. Dari sampel yang positif secara mikroskopis tersebut hanya 3 yang menunjukkan hasil positif dengan PCR-RFLP yaitu 1 sampel assemblage A dan 2 sampel assemblage B. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber infeksi Giardia kemungkinan berasal dari manusia dan mamalia.

ABSTRACT
G. duodenalis is one of the intestinal parasites that belong to the class of flagellates protozoa that cause diarrhea. Diseases caused by G. duodenalis infection called giardiasis. As one species of intestinal parasites, G. duodenalis commonly found in humans. Giardiasis in developing countries are reported to have a prevalence of 10-50%.
At this time based on genetic group there are 8 assemblage G. duodenalis (assemblage A-H) is already known. From the results of molecular studies with PCR method for G. duodenalis isolates from different geographic areas, only assemblages A and B which stated the cause infections in humans. While assemblage C and D are found in dogs, cats, wolves; E assemblage found in pets, sheep, goats, pigs, buffalo and muflons; assemblage F in cats, assemblage G in mice and assemblage H in seals and gulls. Genotipe characteristics of G. duodenalis are host-specific and can be used to look at the possibility of transmission and sources of infection.
In this study, cros-sectional was used as a research design. Fecal samples were collected from 140 primary school children in Kampung Melayu of East Jakarta and examined directly by microscope to get positive Giardia samples. The positive samples were examined by PCR with triose phosphate isomerase (TPI) as the target gene and followed by Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) to determine the Giardia subtype (assemblage).
The results showed that the percentage of giardiasis microscopically at school-age children in Kampung Melayu is 10.7%. However, among those positive microscopically samples, only 3 samples can be amplified with PCR and identified by RFLP. Assemblage found are 1 sample of assemblage A and 2 samples of assemblage B. From these findings it can be concluded that the possible source of transmission of giardiasis are humans and mammals.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabilla Dara Shaleha
"Skripsi ini bertujuan memahami peran ruang sirkulasi pada kampung kota sebagai tempat (place) aktivitas sosial dan ekonomi. Interaksi sosial dan aktivitas ekonomi pada ruang dan tempat dianalisis berdasarkan teori ‘plase as asemblage’ yang melihat place sebagai sebuah kesatuan yang muncul dari keterkaitan elemen-elemen di dalamnya. Studi kasus dilakukan di Kampung Susun Akuarium di mana bentuk ruang sirkulasi berbeda dari kampung kota landed. Hasil analisis dari observasi dan wawancara menunjukkan bahwa terjadi proses transformasi pada ruang sirkulasi Kampung Susun Akuarium yang bersifat temporer dan rutin, mengubahnya menjadi tempat (place) spesifik untuk melakukan aktivitas sosial dan aktivitas ekonomi. Transformasi tersebut tidak menghilangkan fungsi utama ruang sirkulasi.

This thesis aims to understand the role of circulation space in kampung kota as a place for social and economic activities. Social interactions and economic activities happening in a certain place are analyzed based on the theory of ‘place as assemblage’, which views place as an entity that emerges from the interactions of its elements. A case study was conducted in Kampung Susun Akuarium where the circulation space differs physically from landed kampung kota. Analysis done from observations and interviews indicate that a transformation process occurs in the circulation space of the Kampung Susun Akuarium, which is temporary and happens repeteadly, turning it into a specific place for social and economic activities. This transformation does not eliminate the main function of circulation space."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zul Fiqri
"Sambungmacan memiliki banyak temuan fosil organisme, seperti manusia purba (Homo erectus) dan fauna vertebrata. Fosil – fosil ini banyak ditemukan di tepi Bengawan Solo yang termasuk dari Kabupaten Sragen. Fosil vertebrata tersebut dapat memberikan informasi lingkungan purbanya berdasarkan faunal assemblage dan ekomorfologinya. Ekomorfologi merupakan adaptasi yang terkait dengan parameter ekologi atau habitat tertentu yang mempengaruhi morfologi fungsional pada tulang organisme semasa mereka hidup, sehingga pendekatan ini dapat digunakan untuk merekonstruksi habitat mereka. Ekomorfologi pada hewan vertebrata menggunakan komponen tulang yang berhubungan dengan pergerakan, yaitu femur, metapodial, astragalus, dan phalanges (tulang jari). Sedangkan faunal assemblage merupakan kumpulan seluruh hewan atau fauna yang dulunya hidup pada lapisan atau formasi tersebut. Berdasarkan komposisi fauna yang terkandung pada sebuah lapisan/formasi, maka kumpulan organisme tersebut dapat merefleksikan kondisi dan komposisi lingkungan hidup pada zaman itu. Penelitian ini menunjukkan bahwa daerah Sambungmacan berumur Pleistosen Tengah ini dulunya merupakan lingkungan alam yang cenderung terbuka dengan perairan air tawar dan tutupan hutan di sebagian tempat.

Sambungmacan has many fossil findings of living creatures, such as early humans (Homo erectus) and vertebrate fauna. Many of these fossils are found on the banks of the Bengawan Solo, which belongs to Sragen Regency. These vertebrate fossils can provide information on their ancient environment based on ecomorphological principles and their faunal assemblages. Ecomorphology is an adaptation related to certain ecological or habitat parameters that affect the functional morphology of the bones of organisms while they are alive, so this approach can be used to reconstruct their habitat. Ecomorphology in vertebrate animals uses bone components related to movement, namely the femur, metapodial, astragalus, and phalanges. Meanwhile, the faunal assemblage is a collection of all animals or fauna that used to live in that layer or formation. This research shows that the Middle Pleistocene Sambungmacan area used to be a natural environment that tended to be open environment with freshwater waters and forest cover in some places."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indrawan Prasetyo
"Lanskap adalah assemblage dari komunitas-komunitas berbeda yang membentuknya. Komunitas-komunitas itu terbangun dari manusia maupun selain-dari-manusia. Studi ini melihat bagaimana komunitas-komunitas itu saling berinteraksi dalam relasi-relasi multispesies dan bagaimana mereka membentuk lanskapnya. Dengan menggunakan teknik pengumpulan data berupa pengamatan terlibat, wawancara mendalam, dan penelusuran pada sejarah komodifikasi di pesisir Sawai, studi ini mencoba untuk melacak jejak-jejak itu. Skripsi ini mengkritik pendekatan-pendekatan yang melihat antroposen dan kapitalisme sebagai fenomena singular dan linier. Dalam skripsi ini, Saya berargumen bahwa kapitalisme sebagai pengaturan ekonomi tidak bisa dipisahkan dari transformasi lanskap. Sebabnya, kategori-kategori sosial dan biologis berada dalam kelindan-kelindan dan assemblage yang saling bertumpuk dan mewujud dalam lanskap. Lanskap dengan itu tersusun dari bentuk-bentuk praktik sosial yang terdiri dari berbagai dunia yang berbeda; kapitalisme yang plural, modernitas yang plural, dan sejarah lanskap yang plural. Praktik penerjemahan dan mediasi atas pluralitas itu yang kemudian menghasilkan komoditas dan kekerasan kapitalis dan kekerasan lingkungan.

Landscape is an assemblage of plural communities. These communities consist of both human and more-than-human. This study sees how those communities interact within multispecies relations and how they form their landscape. Using participant observation, in-depth interview, and historical tracing of commodification in Sawai, this study aims to trace landscape formation. This study argues against the singular and linear anthropocene and capitalism. In this thesis I propose that capitalism as economic system cannot be separated from landscape transformation since both nature and culture consists of mutual entanglement within overlapping assemblages that are observable in landscape formation. Landscape then, consists of worlds: plural capitalism, plural modernity, plural histories of landscape. Capitalist commodity and both capitalist and environmental violence then, are the results of translation and mediation of those plural practices. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferro Yudistira
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang nilai kontekstual dari arsitektur ephemeral. Ephemeral diposisikan sebagai konsep yang bisa menjelaskan dinamika hubungan antara lingkung-bangun dan ruang arsitektural. Pertanyaan penelitian adalah bagaimana suatu ruang arsitektural bisa muncul dan menghilang di lingkung-bangun yang tidak sesuai. Penekanan dari pertanyaan ini terletak pada dua hal, yaitu: 1) keterkaitan antara kondisi tertentu dari lingkung-bangun dengan ruang arsitektural yang muncul-menghilang di dalamnya; 2) proses muncul-menghilangnya ruang arsitektural di suatu lingkung-bangun, serta pelbagai komponen yang terlibat di dalam proses tersebut. Meminjam konsep morfogenesis dan assemblage, penelitian ini menginvestigasi kehadiran kumpulan ruang pedagang di pelataran masjid Sunda Kelapa melalui pendekatan Straussian grounded theory. Penelitian menemukan bahwa ephemeralitas ruang arsitektural yang hadir di suatu lingkung-bangun bisa dijelaskan dengan konsep in-compatibility. In-compatibility merupakan kompatibilitas antara lingkung-bangun dan ruang arsitektural yang terjadi secara sementara di kerangka waktu tertentu. Suatu ruang arsitektural menjadi ephemeral karena kompatibilitas yang membuat ruang tersebut bisa hadir di lingkung-bangun hanya terjadi secara sementara. In-compatibility terbagi menjadi dua bagian yang berkaitan erat satu sama lain, yaitu keadaan potensial (potential circumstance) dan spatial assemblage. Keadaan potensial adalah kondisi khusus dari lingkung-bangun yang hadir melalui perpotongan antara berbagai lapisan pengkondisian. Spatial assemblage adalah proses pembentukan-pembongkaran ruang arsitektural yang dilakukan dengan berdasarkan pada keadaan potensial. Inti yang menghubungkan keadaan potensial dan spatial assemblage di dalam konsep in-compatibility adalah ketersediaan sumber daya (resources) dan batasan (constraint).

ABSTRACT
This study discusses the contextual value of ephemeral architecture. Ephemeral architecture positioned as a concept that can explain the dynamism between the built environment and architectural space. The research question is how architectural space can appear dan disappear in an incompatible built environment. The question emphasizes on: 1) first, the connectedness between the particular condition of the built environment and architectural space that appear-disappear inside it; 2) second, the appear-disappear process of architectural space in the built environment, along with various components that involved in the process. Using Straussian grounded theory approach, and morphogenesis and assemblage as a theoretical lens, this study investigates the occurrence of a cluster of trader space in Sunda Kelapa mosque courtyard. This study proposed in-compatibility as the central concept to explain the ephemerality of architectural space that occurs in a certain built environment. In-compatibility is compatibility between the built environment and architectural space that occurs in a particular time frame. Architectural space becomes ephemeral because of the compatibility that allows the space to occur in the built environment only happen temporarily. In-compatibility consists of two parts that closely connected each other, which is: potential circumstance and spatial assemblage. Potential circumstance is a particular condition of a built environment that occur through the intersection between several layers of conditioning. Spatial assemblage is an assembly-disassembly process of architectural space that performed based on the potential circumstance. The core that links the potential circumstance and spatial assemblage within the concept of in-compatibility is the availability of resources and constraint.

"
2019
D2754
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Alifindira
"Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan pertanggungjawaban perusahaan terhadap masyarakat, yang mulanya dicetuskan karena kecaman publik terhadap pelanggaran hak asasi manusia dan kerusakan lingkungan di tempat perusahaan beroperasi. Namun, tidak jarang CSR hanya digunakan sebagai citra perusahaan dan tidak benar-benar menyelesaikan masalah yang ada di masyarakat. Tidak adanya hukum yang jelas mengenai CSR juga menyebabkan praktik CSR yang berbeda-beda. Melalui praktik CSR yang berbeda dapat dilihat cara-cara masyarakat penerima bantuan mengkontekstualisasikannya secara lokal, Penelitian ini dilakukan di Pangkahkulon, Gresik, Jawa Timur. Di Pangkahkulon terdapat perusahaan minyak gas negara yang beroperasi dan melakukan ko-habitasi dengan nelayan setempat. Nelayan-nelayan tersebut banyak menjalankan strategi dan negosiasi kepentingannya dengan perusahaan, menjadi aktor-aktor penerima bantuan yang aktif. Melalui mining encounters, friksi antara dua pihak tersebut dapat ditelaah secara lebih nuanced dan kompleks. Relasi yang heterogen dan dinamika kepentingan yang bekerja juga dapat dilihat melalui praktik-praktik assemblages.

Corporate Social Responsibility (CSR) is an act of responsibility from a company towards the people who lived in the area where the company operates. CSR initially founded due to public’s outrage regarding cases of human rights’ violations and environmental degradations from the company. However, these days companies used CSR for maintaining public image without addressing the real societal. Few laws with detailed regulations also caused different practices for CSR. Through these differing practices, we can see how the receiving community locally contextualizing CSR. This research was conducted at Pangkahkulon, Gresik, Jawa Timur where stated-owned gas and oil company operates and cohabit with the local fishermen. These fishermen were strategizing and negotiating their purposes and agendas with the company, becoming active receivers of CSR. Through mining encounters, friction between parties can be traced in a more complex and nuanced ways by following actors in negotiating their desires. These heterogeneous and dynamic relations will be analysed through practices of assemblages."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salman Hafizh
"Tulisan ini membahas mengenai perilaku struktur jembatan busur kereta api dua jalur yang di konstruksi dengan metode peluncuran. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi perilaku struktur di setiap tahapan konstruksi jembatan. Adapun hasil yang diperoleh berupa analisa terhadap kondisi service dan terhadap kondisi ultimate. Pada kondisi service hasil yang didapat berupa gaya dalam pada gelagar dan busur segmen pinggir dan tengah, lendutan yang terjadi pada gelagar, dan tegangan pada gelagar dan busur segmen pinggir dan tengah. Sedangkan pada kondisi ultimate hasil yang didapat berupa diagram interaksi dari penampang busur. Proses desain jembatan menggunakan metode LRFD. Nilai yang didapat pada kondisi service yaitu berupa lendutan sebesar 80 mm, masih dibawah lendutan izin sebesar 163 mm. Sedangkan nilai yang didapat pada kondisi ultimate berupa rasio yang terdapat pada busur segmen pinggir saat kereta berada pada sisi kiri atau kanan jembatan. Rasio yang didapatkan sebesar 0,667 masih dibawah batas maksimum rasio sebesar 1. Proses konstruksi jembatan menggunakan metode forward assemblage analysis. Hasil yang didapatkan berupa gaya tarik dan tegangan pada kabel serta lengkung camber. Tegangan pada kabel yang terjadi masih dibawah tegangan izin sehingga pembangunan jembatan dalam kondisi aman.

This paper discusses the behavior of arc bridge structures the two-lane train that was constructed by the launch method. This research was conducted to evaluate the structure behavior in each stages of bridge construction. The results obtained are in the form of analysis of service conditions and the ultimate conditions. On service conditions the results obtained are in the style of the girder and edge and middle arc segment, deflection that occurs in the girder, and the tension in the girder and arc of the edge and center segments. Whereas in the ultimate condition the results obtained in the form of a diagram interaction of cross section. Bridge design process using LRFD method. The value obtained in the service condition is in the form of deflection of 80 mm, still below the permit deflection of 163 mm. While the value obtained in the ultimate condition is in the form of a ratio found on the edge segment arc when the train is on the left side or right bridge. The ratio obtained is 0.667 still below maximum ratio ratio of 1. Bridge construction process using the forward assemblage analysis method. The results obtained in the form of tensile force and stress on the cable and curvature camber. The voltage on the cable that occurs is still below the permission voltage so that the construction of the bridge is in safe condition."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S65676
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>