Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rottenberg, Annette T.
New York: St. Martin, 1988
808 ROT e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Keraf, Gorys
Jakarta: Gramedia, 1982
808 KER a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nurusyifa
"Sebagai sebuah wacana persuasi, ceramah motivasi Mario Teguh ?Golden Ways? mengandung persuasi yang ingin disampaikan. Persuasi tersebut berupa pernyataan yang didukung oleh pernyataan pendukung lainnya agar persuasi yang disampaikan dapat diterima. Kesatuan pernyataan-pernyataan itulah yang disebut argumen, yang merupakan bagian dari persuasif. Penelitian ini bertujuan menemukan unsur argumen, pola argumen, teknik argumen, serta pemarkah linguistik dari unsur argumen dan teknik argumen dalam ceramah "Golden Ways". Tema yang dipilih sebagai data, yaitu 1) "Superfriendship", 2) "Happiness Starts from Home", 3) ?Wanitaku Pemuliaku?, dan 4) "Guru Penumbuh Bangsa". Data diambil dari laman Youtube. Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan teori Toulmin untuk membedah unsur argumen. Toulmin mengungkapkan ada enam unsur argumen yaitu Claim, Ground, Warrant, Backing, Qualifier, dan Possible. Sementara itu, penelitian ini juga menggunakan pendapat Renkema untuk menemukan teknik argumen. Rengkema menyatakan ada empat teknik yang dapat digunakan untuk membangun sebuah argumen, yaitu (1) memberikan penjelasan; (2) membuat analogi; (3) memberikan contoh; dan (4) menyebutkan sumber otoritatif. Hasil penelitian menunjukkan ada empat unsur argumen dalam ceramah "Golden Ways", yaitu claim, ground, warrant, backing, sedangkan teknik argumen, yakni teknik menggunakan contoh, teknik menjelaskan, dan teknik analogi. Unsur argumen, teknik argumen, dan pemarkah linguistik baik yang ditemukan atau tidak memberikan gambaran kekhasan Mario Teguh sebagai seorang motivator.

As a persuasion discourse, "Golden Ways" motivational speech by Mario Teguh contains persuasion wanted to be conveyed. Persuasion is a statement supported by other supporting statements for persuasion delivered to be acceptable. Unity of the statements so-called an argument, is part of persuasion. This study aims to find the element of the argument, the pattern of the argument, argument techniques, and linguistic markers in "Golden Ways". The theme chosen as the data are "Superfriendship", "Happiness Starts from Home", "Wanitaku Pemuliaku", and "Guru Penumbuh Bangsa". Data are taken from Youtube page. This study is a qualitative descriptive research. This study used Toulmin's theory to find the elements of the arguments. According to Toulmin's theory there are six elements of argument namely, that Claim, Ground, Warrant, Backing, Qualifier, and Possible. Meanwhile, this study uses Renkema's theory to dissect the argument techniques. Renkema stated four techniques that can be used to build an argument namely, (1) providing explanation, (2) making analogy, (3) providing example, and (4) providing authoritative source,. The results showed there are four elements of the argument in the speeches of "Golden Ways" by Mario Teguh. Those are claim, ground, warrant, and backing. This study also showed there are three techniques of argument used namely, providing example, providing explanation, and making analogy. Thus, the elements of argument, the techniques of argument, and linguistic markers whether they are found or not in the "Golden Ways" speech by Mario Teguh show the uniqueness of Mario Teguh as a motivator."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28370
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Tri Utami
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tindak tutur penolakan argumen dalam sebuah acara debat berjudul Ota Sori yang ditinajau dari strategi kesantunan. Penelitian ini dalah penelitian kuantitatif deskriptif. Hasil penelitian menyatakan bahwa penolakan argumen dalam acara Ota Sori dapat dilakukan dengan empat strategi kesantunan, yaitu secara eksplisit, menggunakan kesantunan positif, kesantunan negatif, dan secara implisit. Faktor-faktor yang mempengaruhi variasi tindak tutur yaitu usia, status sosial, jarak sosial, gender, dan kewarganegaraan.

Abstract
This study discusses speech acts used to object an argument in a debate programme entitled ?ta S?ri, through the use of politeness strategy. This is a qualitative and descriptive research. This study argues that objecting arguments in ?ta S?ri can be done through four politeness strategies: explicitly; through positive politeness; through negative politeness; and implicitly. Factors which affect speech act variations are age, social status, social gap, gender, and nationality."
2010
S13455
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Luthfi
"Penelitian ini membahas kelengkapan unsur argumen dalam Debat Cawapres Pilpres 2019, terhadap kalimat-kalimat argumentasi yang diujarkan calon wakil presiden nomor urut 01, Makruf Amin, dan calon wakil presiden nomor urut dua, Sandiaga Salahudin Uno. Penelitian ini mengkaji kecenderungan argumen kedua cawapres tersebut berdasarkan kelengkapan unsur argumen. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui kecenderungan argumentasi yang diujarkan oleh kedua cawapres menggunakan Teori Argumentasi Stephen Toulmin (1979) sebagai kerangka referensi untuk menentukan indikator dalam analisis kelengkapan unsur argumen. Berdasarkan 6 unsur argumen dalam wacana argumentatif yang ditemukan oleh Toulmin, terdapat 3 unsur argumen yang wajib hadir dalam wacana argumentatif, yaitu claim, ground, dan warrant. Pada data Debat Cawapres Pilpres 2019 dianalisis apakah argumentasi yang dilancarkan oleh kedua cawapres menghadirkan ketiga unsur argumen wajib itu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Sumber data yang ditranskipsi berasal dari video yang terdapat di YouTube. Video tersebut diunggah oleh Channel Resmi Kompas TV pada 17 Maret 2019. Hasil penelitian menunjukkan Sandiaga Uno paling banyak mengucapkan kalimat yang hanya merupakan claim saja, sebanyak 16 kali, sedangkan Makruf Amin sebanyak 9 kali. Berdasarkan kelengkapan struktur argumen Toulmin, Makruf Amin adalah yang paling lengkap memenuhi semua klasifikasi. Sementara itu, Sandiaga Uno paling banyak mengutarakan kalimat yang merupakan claim.
This study discusses the completeness of the argument elements in the 2019 Presidential Election Debate Debate, against the sentences of the arguments that are spoken by vice presidential candidate number 01, Makruf Amin, and vice presidential candidate number two, Sandiaga Salahudin Uno. This study examines the tendency of the two vice presidential arguments based on the completeness of the argument elements. The purpose of this study is to determine the tendency of the arguments put forward by the two running mates using Stephen Toulmin`s Argumentation Theory (1979) as a reference frame for determining indicators in the analysis of the completeness of the argument element. Based on the 6 elements of argument in argumentative discourse found by Toulmin, there are 3 elements of argument that must be present in argumentative discourse, namely claim, ground, and warrant. In the 2019 Presidential Election Debate Debate data it is analyzed whether the arguments made by the two vice presidents present the three elements of compulsory arguments. The method used in this research is qualitative method. The source of the transcribed data comes from videos found on YouTube. The video was uploaded by the Kompas TV Official Channel on March 17, 2019. The results showed that Sandiaga Uno said the most sentences which were only claims, as many as 16 times, while Makruf Amin was 9 times. Based on the complete structure of Toulmin`s argument, Makruf Amin is the most complete fulfilling all classifications. Meanwhile, Sandiaga Uno said the most claims."
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rojali
"Penelitian yang berjudul Debat Capres Pemilu 2019: Analisis Kelengkapan Unsur Argumen dalam Wacana Argumentatif berisi analisis kelengkapan unsur argumen dalam segmen visimisi dan debat inspiratif dalam Debat Capres Kedua Pemilu 2019. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memaparkan kelengkapan unsur argumen dalam setiap ujaran masing masing capres dalam debat capres kedua Pemilu 2019. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data analisis bersumber dari tayangan Debat Capres Kedua yang disiarkan oleh Kompas TV secara daring sebagai data penelitian. Kemudian, penulis membuat transkripsi ortografis untuk dijadikan bahan analisis. Setiap argumen dianalisis dengan
menggunakan teori unsur argumen yang dikemukakan oleh Toulmin (2003) dan Renkema (2004). Hasil analisis menunjukkan bahwa baik Prabowo maupun Jokowi telah menyampaikan argumen yang sahih dan tidak sahih di dalam visi-misinya. Dalam segmen debat inspiratif, Jokowi menyampaikan satu argumen yang sahih dan satu argumen yang tidak sahih, sedangkan
Prabowo menyampaikan satu argumen yang sahih. Kesahihan argumen kedua capres ditandai oleh kehadiran tiga unsur utama, yakni klaim, data, dan landasan. Adapun unsur besar-kecil klaim hampir selalu hadir dalam argumen kedua calon. Sementara itu, ketidaksahihan argumen
kedua calon ditandai oleh ketidakhadiran unsur data dalam mendukung klaim dan landasan yang diungkapkan.

ABSTRACT
Research entitled "The 2019 Presidential Election Debate: Analysis of Argument Elements
Completeness in Argumentative Discourse" contains an analysis of the elements completeness
of the argument in the vision-mission segment and inspirational debate in the Second Election
Presidential Election 2019. This research aims to analyze and describe the completeness of the
elements of the argument in each statement of each candidate in the second 2019 presidential
election debate. This study uses descriptive qualitative methods. Analysis data sourced from
the Second Presidential Debate program broadcast by Kompas TV online as research data.
Then, the authors make orthographic transcriptions to be used as material for analysis. Each
argument is analyzed using the elemental argument theory proposed by Toulmin (2003) and
Renkema (2004). The analysis showed that both Prabowo and Jokowi had made valid and
invalid arguments in their vision. In the inspirational debate segment, Jokowi delivered one
valid argument and one invalid argument, while Prabowo made a valid argument. The validity
of the two candidates arguments is marked by the presence of three main elements, namely
claim, data, and warrant. Qualifier elements of the claim are almost always present in the arguments of both candidates. Meanwhile, the invalidity of the arguments of the two candidates was marked by the absence of data element in support of the claim and warrant that were disclosed."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sri Kusumah Winahyu
"Penelitian ini membahas argumen dalam teks opini Majalah TEMPO tahun 2010 dengan topik Presiden ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Teori argumen Toulmin yang dimodifikasi oleh Ramage dan Bean diterapkan sebagai alat analisis utama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penulis opini menggunakan elemen-elemen argumen dengan lengkap, yaitu claim, ground, warrant, backing, rebuttal, dan qualifier. Elemen-elemen tersebut saling berhubungan dan membentuk pola argumen. Hubungan itu terlihat dari adanya kohesi antartopik-komen dalam elemen-elemen argumen. Dengan demikian, terjadi kesatuan argumen yang menampakkan inti pikiran penulis tentang topik tulisan. Di samping itu, dari hasil penelitian dapat diketahui pula bahwa delapan teks opini Majalah TEMPO yang digunakan sebagai data penelitian ini merupakan teks argumentatif. Hal itu ditunjukkan dengan adanya ciri-ciri teks argumentatif, seperti pembuka, isi, dan penutup; penggunaan penalaran deduktif dan induktif; serta adanya usaha penulis mengarahkan pembaca untuk 'menyetujui' pikirannya tentang topik tulisan melalui argumen-argumen yang disampaikannya itu.

This study discusses the argument in the opinion texts of TEMPO in 2010 with the topic of the 6th President of the Republic of Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. Toulmin argument theory which are modified by Ramage and Bean is applied as the main analytical tool. The results of this study show that the writers of opinions use complete elements of an argument, which are claim, ground, warrant, backing, qualifier, and rebuttal. These elements are interconnected to form a pattern of an argument. Relationships are seen from the cohesion between topic-comment in the elements of the argumen. Thereby, these elements occurred the unity argument, which reveal the author's core ideas about the topic of writing. In addition, this research can also show that the eight opinion texts of TEMPO which are used as research data are argumentative texts. This was indicated by the characteristics of argumentative texts, such as introduction, contents, and conclusion; the use of deductive and inductive reasoning; and writers effort to influence the reader to 'accept' his thoughts about the subject through the arguments which it conveys."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
T28933
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Makyun Subuki
"Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan struktur dan kualitas argumentasi fatwa dari Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) sejak 1975 hingga 2011 yang telah dibukukan dalam Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975. Penelitian ini merupakan kajian analisis wacana yang menggunakan teori argumentasi dalam menganalisis data. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, ditemukan dua hal. Pertama, penanda bagi premis (data dan atau backing) dari argumentasi dalam fatwa MUI adalah ungkapan seperti Membaca, Menimbang, Memperhatikan, dan juga Dasar Penetapan Hukum. Premis-premis dalam fatwa saling berhubungan dengan kompleksitas yang berbeda-beda dalam membangun simpulan, sehingga terbentuk jenis hubungan tertentu seperti serial argument, convergent argument, link argument, dan kombinasi dari jenis hubungan tersebut. Penanda simpulan (claim atau conclusion) dalam fatwa MUI adalah kata seperti Memutuskan, Menetapkan, Memfatwakan, dan juga Ketentuan Hukum. Kedua, kualitas argumentasi dari fatwa tergantung kepada ketersediaan sumber hukum dalam teks fatwa yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan kritis yang digunakan dalam mengevaluasi skema argumentasi. Analisis terhadap kualitas argumentasi menunjukkan bahwa sebagian besar fatwa memiliki bukti tekstual yang memadai untuk menjawab pertanyaan kritis yang diajukan untuk mengevaluasi skema argumentasi, dan pada sebagian kecil fatwa diperlukan verifikasi ke luar teks fatwa untuk menjawab pertanyaan tersebut.

The aim of this research is to describe the structure and quality of fatwa argumentation of Majelis Ulama Indonesia (MUI) since 1975 until 2011 which had been compiled in Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia Sejak 1975. The research is a discourse analysis research using argumentation theory for data analyzing. Based on the analysis, there are two findings in this research. First, the premise in the argumentation of MUI fatwa, including data or backing, expressed by expressions such as Membaca, Menimbang, Memperhatikan, and also Dasar Penetapan Hukum. Those premises are interrelated each other in supporting conclusion with different degrees of complexity. And this interrelation of premises form certain premises relation such as serial argument, convergent argument, link argument, and other complex relations combined from those relations. The conclusion, or claim, expressed by expressions such as Memutuskan, Menetapkan, Memfatwakan, and Ketentuan Hukum. Second, the argument quality of fatwa is depended on the availability of references in the body text of fatwa those can be used to answer the critical question proposed for evaluating argument scheme. The analysis of the quality of argument showed that most of the MUI fatwa have adequate textual evidence in responding critical question proposed for evaluating argumentation scheme. The verification to the textual reference out of the fatwa is required only in a few numbers of MUI fatwa in responding those critical questions."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seli Muna Ardiani
"Kekerasan seksual selama ini banyak dipahami dalam definisi subjektif. Maknanya bergantung pada pengetahuan dan batasan subjek penahu. Untuk memecahkan masalah ini, Superson mewakili model feminis analitik, mencoba merumuskan suatu kerangka definisi objektif yang melepaskan kondisi-kondisi: 1) subjek A tidak mengetahui apa itu kekerasan seksual, 2) subjek A tidak mendefinisikan bahwa tindakan B terhadapnya adalah kekerasan seksual, 3) subjek A mengetahui bahwa B melakukan kekerasan seksual terhadapnya namun enggan untuk mengartikulasikan. Studi ini merupakan bentuk dukungan terhadap gagasan objektivitas di dalam kekerasan seksual sekaligus koreksi dengan mempertimbangkan diskusi yang berkembang di dalam teori feminisme. Secara khusus, proses pertimbangan dan kritik yang saya lakukan menggunakan kerangka realisme konstruksi sosial Sally Haslanger. Sehingga, rekonseptualisasi atas definisi objektif saya formulasikan melalui kekuatan konstruksi sosial konstitutif. Amatan ini juga ditujukan pada implikasi argumen objektivitas di dalam kebijakan kekerasan seksual di Indonesia yang saya khususkan yakni UU TPKS (Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual No 12 Tahun 2022). Permasalahan tersebut saya urai dalam dua rumusan pertanyaan: 1) Bagaimana argumen objektivitas di dalam kekerasan seksual: 1.a) Bagaimana problem pendefinisian kekerasan seksual? 1.b) Bagaimana pemeriksaan argumen objektif dan sumbangsihnya dalam perdebatan teori feminisme mengenai kekerasan seksual?, 2) Apa implikasi teoretik argumen objektivitas bagi kebijakan kekerasan seksual? Kesimpulannya, argumen objektivitas memberikan sumbangan bagi perdebatan teori feminisme, yakni melalui pemeriksaan realisme konstruksi sosial kausal dan konstitutif. Dua model ini mampu menunjukkan mana argumen lemah dan kuat dalam tiga perspektif feminisme mengenai kekerasan seksual (natural-biologi, sosiokultural, dan liberal). Pembedaan tersebut setidaknya berguna dalam melihat keluasan tindakan kekerasan seksual di dalam UU TPKS. Kendati demikian, keluasan permasalahan yang ada dalam UU TPKS tidak sepenuhnya mampu ditangkap oleh model ini. Oleh karenanya, saya memberikan catatan tambahan yang menyangkut dimensi korban kekerasan seksual dan tindakan yang belum diakomodir di dalam UU TPKS.

Sexual violence has been widely understood in terms of subjective definitions. Its meaning depends on the knowledge and limitations of the knowing subject. To solve this problem, Superson represents the analytic feminist model, trying to formulate an objective definitional framework that releases the conditions: 1) subject A does not know what sexual violence is, 2) subject A does not define that B's actions against him are sexual violence, 3) subject A knew that B had sexually assaulted her but was reluctant to articulate it. This study is a form of support for the idea of objectivity in sexual violence as well as a correction by considering the discussions that developed in feminism theory. In particular, the process of consideration and criticism that I carried out used the framework of Sally Haslanger's social construction realism. Thus, I have formulated a reconceptualization of the objective definition through the power of constitutive social construction. This observation is also aimed at the implications of objectivity arguments in the policy of sexual violence in Indonesia, which I specifically focus on, namely the UU TPKS (Law on the Crime of Sexual Violence No. 12, 2022). I will describe the problem in two questions: 1) What is the argument for objectivity in sexual violence: 1.a) How is the problem of defining sexual violence? 1.b) How is the objective argument examined and its contribution to the feminist theory debate on sexual violence? 2) What are the theoretical implications of the objectivity argument for sexual violence policy? In conclusion, the objectivity argument contributes to the debate on feminism theory, namely through an examination of the realism of causal and constitutive social constructions. These two models are able to show which arguments are weak and strong in the three feminist perspectives regarding sexual violence (natural-biological, sociocultural, and liberal). This distinction is at least useful in looking at the breadth of acts of sexual violence in the UU TPKS. However, the breadth of the problems contained in the UU TPKS cannot be fully captured by this model. Therefore, I provide additional notes concerning the dimensions of victims of sexual violence and acts that have not been accommodated in the UU TPKS."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>