Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratnaesih Maulana
"Permasalahan yang menjadi pokok bahasan timbul karena langkanya penelitian seni arca yang berkesinanbungan, yang dimulai dari masa prasejarah hingga masa Hindu-Buddha di Indonesia. Kenyataan tersebut menimbulkan suatu pertanyaan 1. "Bagaimana corak atau ciri-ciri seni arca masa prasejarah itu", 2. Bagaimana pula corak atau ciri-ciri seni arca masa Hin- du-Buddha", 3."Adakah kaitan antara keduanya". Kenyataan tersebut menimbulkan suatu pertanyaan "bagaimanakah perkenbangan seni arca di Indonesia".
Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian-penelitian terdahulu, 'Perwujudan Siva di Indonesia (OPP 1991/1992), ' Ciri Area Durgimahisisuramardini ? (OPP 1992/1993), 'Data Ikonologis Dalam Prasasti Jawa Kuna' (OPF 1994/1995), 'Kaitan Area Dan Pura Di Bali' (OPF 1995/1996), serta penelitian-penelitian sebelumnya yang ada kaitannya dengan seni area di Indonesia. Salah satu cara yang dilakukan untuk memecahkan permasalahan dalam penelitian ini, adalah melalui tahapan-tahapan penelitian yang terdiri dari 1. pengumpulan data, baik data lapangan maupun data tertulis, 2. membuat klasifikasi, 3. menganalisa, 4 tahap interpektasi, yaitu usaha menarik kesinpulan.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa area-area dewa agama Hindu dan Buddha sebenarnya awal atau akarnya telah ada sejak masa prasejarah. Area-arca dewa Hindu dan Buddha merupakan arca-arca hasil adaptasi dan seleksi yang telah disesuaikan dengan budaya yang telah dimiliki bangsa Indonesia ketika itu. Melalui seleksi dan penyesuaian muncul arca-area dewa Hindu dan Buddha dalam bentuknya yang baru melalui penyesuaian di Indonesia, khususnya mencapai puncaknya di Jawa Tengah. Area-area Hindu dan Buddha Jawa Tengah merupakan area- arca klasik masa Hindu-Buddha di Indonesia. Bentuknya lebih dinamis bila dibandingkan dengan bentuk area-area nenek moyang yang merupakan area-arca masa prasejarah, yang mengganbarkan orang yang telah meninggal. Sebaliknya area-area dewa agama Hindu dan agama buddha sesuai dengan mitologinya nerupakan dewa-dewa yang hidup sebagaimana layaknya manusia. Pengaruh kebudayaan India umumnya hanya memberikan "muka baru", berupa polesan terhadap budaya yang sudah ada sebelumnya. Hal ini dibuktikan oleh area-arca dari Jawa Timur yang terlihat kaku, seakan melambangkan orang yang telah meninggal."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP.pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Hilmiya Dinda S.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S11569
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Sedyawati, 1938-
Jakarta : Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1983
571.73 EDI m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Sedyawati, 1938-
"Buku ini mengenai model deskripsi terhadap arca dilihat dari tipe tokoh. Arca dewa tipe tokoh ditandai oleh penonjolan yang sangat menyolok dari dewa yang merupakan tokoh utama dalam penggambaran yang bersangkutan. Berbeda halnya dengan arca dewa tipe adegan. Arca tipe adegan menggambarkan dewa dalam suatu adegan yang sedang berlangsung.
Adapun yang tidak tercakup dalam buku Model Deskripsi ini adalah penunjukan akan formulasi-formulasi tertentu dalam penggamabaran komponen-komponen arca. Khususnya adalah formulasi yang menyangkut penggarapan artistik ..."
Jakarta: Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 1983
K 732.4 EDI m
Buku Klasik  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Ekawati
"Kata Buddha sebenarnya merupakan sebutan yang nenunjukkan tingkatan spiritual bagi seseorang yang telah sepenuhnya memeperoleh penerangan mengenai sifat sadar dan arti perihal kehidupan (Soekmono1973:18; Hadiwijono1975:62). Agama Buddha mengajarkan kepada umatnya tentang bagaimana agar manusia dapat melepaskan diri dari penderitaannya (samsara) dan mencapai Nirwana. Dalam ajarannya disebutkan bahwa hidup ini adalah penderitaan, yang disebabkan oleh keinginan hidup yang dikaitkan dengan keduniawian. Keinginan tersebut yang menyebabkan penderitaan sebagai akibat dari ketidaktahuan. Agar manusia dapat lepas dari sarrt.samsara, maka ia harus menjalankan aturan-aturan yang disebu astamarga. Astamarga atau delapan jalan yang benar itu adalah pikiran benar, pandangan benar, ucapan benar, percaya yang benar, perbuatan yang benar, usaha yang benar, ingatan yang benar dan samadhi yang benar (Soekmono 1973: 20 - 21). Pada jaman Asoka agama Buddha telah berkembang hingga..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T39947
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aderina Febriana
"Penelitian yang dilakukan adalah melakukan identifikasi terhadap beberapa arca koleksi Musium Nasional yang tidak dapat dikenal. Data yang digunakan 34 arca yang terbuat dari batu dan berasal dari Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Dari hasil penelitian 17 arca tidak dapat dikenali dan dimasukkan di dalam kelompok 3,8 arca tidak dapat dikenali secara pasti namun dapat dikenali atribut yang di bawa, dan 9 arca merupakan arca yang dapat dikenali."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1996
S11438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zulham Farobi
"

Skripsi ini membahas arca-arca dewa dari Jawa Timur yang tidak sesuai dengan ketentuan ikonografi. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi wujud arca yang tidak sesuai dengan aturan ikonografi Hindu, serta faktor-faktor penyebab munculnya arca tersebut. Melalui metode deskripsi dan komparasi, maka hasil penggambaran dan perbandingan tiap arca secara keseluruhan maupun partikular dapat diperoleh secara rinci. Setiap arca, dalam penelitian ini memang tidak sesuai dengan aturan ikonografi karena faktor penafsiran yang berbeda terhadap ketentuan ikonografi, dan kebebasan seniman pemahat arca.


The research discusses about the statues of the Gods from East Java that have not properly with the iconography. This study is to identify the form of statues that are not properly with the Hindi‘s iconography and to identify the factors that cause the appearance of the statue. Through the method of description and comparison, the results of this research of each statue as a whole or particular can be obtained in detail. Each statue, in this study is not properly with the order of iconography due to lack of the difference interpretation of iconography, and the independence of sculpture artists.

"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifin Anwar
"Mengikuti serangkaian penelitian dan pengamatan yang pernah dilakukan oleh para sarjana terhadap area-area Bodhi_sattva di Indonesia, ternyata masih ada area Bodhisattva yang belum seluruhnya dibahas secara khusus dan terperinci. Area Bodhisattva yang kami maksud di sini ialah Manjusri.
Di Indonesia area-area Manjusri ditemukan pada beberapa daerah dan candi, baik di Jawa Tengah maupun Jawa Timur. Beberapa dari area Manjusri yang pernah ditemukan, kini men_jadi koleksi area Museum Nasional Jakarta. Diantara area-area Manjusri koleksi Museum Nasional, ada yang belum diketahui asal daerah maupun candinya dan ini dikenal dengan istilah area tak diketahui asal usulnya atau area lepas. (Edi Sedyawati, 1977 : 212). Oleh karena itu perlu dilaku_kan penelitian untuk mengetahui dan menentukan daerah asal area tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1984
S11536
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soewaji Sjafei
"Kira-kira djarak 21/2 Km dari Kawedanan Prambanan menudju kearah timur laut, terletaklah pertjandian Plaosaa. Pertjandian ini adalah pertjandian agama Buddha. Tidak djauh disebelah barat dari pertjandian Plaosaa ini, terdapat pula pert jaadian agama Buddha jang lebih besar ialah pertjandian Sewu. Tjandi-tjandi agama Buddha lainnja jang berdiri disekitar atau didekat pertjandian Plaosan, antara lain ialah jandi Bubrah dan Tjandi Lumbung jang terletak disebelah selatan Tjandi Sewu. Disebelah barat Tjandi Sewu terdapat Tjandi Kulon, disebelah utara terdapat Tjandi Lor dan disebelah Timur terdapat Tjandi Asu. Agak djauh disebalah selatan dari pertjandian Plaosan, kira-kira djarak 33 km. terdapatlah Tjandi Sadjiwan dan Tjandi Kalongan. Keduanja ini ter_letak disebelah selatan dari djalan besar antara Djokjakarta dan Surakarta. Kiranja tidak perlu kami sebutkan semuanja disini. Pertjandian Plaosan terletak dibatas lapangan terbuka ditengah-tengah sawah didekat desa Plaosan. Desa ini termasuk daerah Kelurahan Bugisan, Katjamatan dan Kawedanan Prambanan, Kabupaten Klaten dan Daerah istimewa Surakarta. Pada waktu baru diketemukan kelompok pertjandian Plaosan ini merupakan suatu runtuhan dari bangunan-bangunan batu jang bertumpuk-tumpuk dengan disana-sini ditumbuhi oleh pohon ilalang_"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1961
S12077
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiandini Widiarti
"Penelitian terhadap Arca Ganesha di Jawa pernah dilakukan dan terbukti bahwa Ganesha diarcakan berbeda-beda sesuai dengan kalangan masyarakat pendukungnya. Berdasarkan penelitian Ganesha di Jawa ini, maka kiranya perlu juga meneliti Ganesha di Bali, khususnya di Bedulu dan Pejeng, sebagai tempat berkembangnya Hinduisme dan Buddhisme pada masa Bali klasik. Objek yang diteliti sebanyak 25 arca Ganesha yang masih dapat diamati, yang tersebar di pura-pura sekitar Bedulu dan Pejeng. Penelitian ini sendiri dilakukan untuk melihat persamaan dan perbedaan antara pengarcaan Ganesha di Jawa dengan Di Bedulu dan Pejeng.
Dalam upaya memperoleh data, metode yang digunakan ialah metode deskriptif. Metode ini dilakukan dengan tahap awal berupa pengamatan terhadap ciri umum arca yang meliputi : Perincian teknik penggarapan, terdiri atas : Penggarapan permukaan, Penggarapan perhiasan, cara penggarapan perhiasan dan gerak garis. Perincian tokoh, terdiri atas : sikap badan, bentuk badan, bentuk mata. Perincian benda yang dipakai, meliputi : bentuk mahkota, perhiasan mahkota, bentuk upavita, dan bentuk dasar gelang tangan. Perincian benda yang dipegang, meliputi : benda yang di tangan kiri belakang, di tangan kanan belakang. Di tangan kiri depan, dan di tangan kanan depan. Perincian benda yang melengkapi, meliputi : bentuk stela, sisi-sisi stela, bentuk sirasckara, dan puncak sirascakra. Hasil deskripsi ini digunakan untuk membuat klasifikasi taksonomi dan perbandingan kesemua arca tersebut. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini ialah agar arca Ganesha tersebut diduga dibuat sebelum masa Singasari."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S12082
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>