Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ellyna Chairani
"Kopi luwak dikenal sebagai kopi spesialti Indonesia karena aromanya yang lebih harum dan rasa yang unik. Produksinya menggunakan Coffea arabica yang membutuhkan syarat tumbuh ketinggian dan iklim tropis; serta luwak (Paradoxurus hermaphroditus) yang hidup di wilayah tropis. Mayoritas lahan kopi nasional adalah perkebunan rakyat yang produktivitasnya rendah karena kopi ditanam pada kelas kesesuaian lahan yang kurang tepat. Hal ini mengakibatkan petani sulit mencapai keberlanjutan produksi. Hal lain adalah dalam pengelolaan kopi luwak selama ini lebih fokus pada pendekatan sektoral dan kurang menyeluruh dalam memadukan kesepakatan stakeholders untuk pengelolaan produksi dengan konservasi lingkungan.
Tujuan umum riset adalah melakukan sintesis keberlanjutan pengelolaan kopi luwak di lanskap riset. Sedangkan tujuan khusus meliputi  analisis kesesuaian lahan untuk kopi, habitat luwak dan pengelolaan kopi luwak Arabika; serta menilai dampak aspek lingkungan, sosial dan ekonomi untuk menentukan keberlanjutan dari 6 model pengelolaan kopi luwak di 3 kabupaten (Bandung, Bandung Barat dan Bangli).
Metodologi riset meliputi analisis multi-kriteria dan pemetaan tumpang susun dengan sistem informasi geografis untuk menentukan sebaran kesesuaian lahan; serta metode Life Cycle Analysis (LCA), Life Cycle Costing (LCC), Social Life Cycle Analysis (SLCA) dan Life Cycle Sustainability Assessment (LCSA) untuk menilai keberlanjutannya.
Hasil riset kesesuaian lahan kopi luwak Arabika tertinggi ditemukan di Bandung (75,24%), sedangkan terkecil di Bangli (40,39%). Pada permasalahan lingkungan berdasarkan kriteria pemanasan global, pengelolaan kopi luwak melalui penangkaran memberikan dampak yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengelolaan secara liar. Aspek keekonomian produksi kopi luwak liar lebih menguntungkan dibanding dengan pengelolaan secara kandang atau tangkar. Sedangkan hasil riset aspek sosial tidak dibedakan karena semuanya memberikan kontribusi terhadap masyarakat lokal dan konsumen. Secara umum tingkat keberlanjutan model luwak liar lebih baik dibandingkan dengan model luwak yang dikandangkan. Walaupun demikian, Model Kandang Bangli-3 memiliki tingkat keberlanjutan paling tinggi diantara 6 model pengelolaan yang diriset.

Civet Arabica coffee (kopi luwak) is an Indonesian prominent specialty coffee for its aroma and unique taste. The coffee production involves Coffea arabica that requiring growing conditions of altitude and tropical climate; and civet (Paradoxurus hermaphroditus) that lives in the tropical belts. The majority of the Country coffee plantation is owned by smallholder farmers. The issue of low productivity leads to the difficulty in achieving coffee production sustainability. Moreover, the management of civet coffee has been more focused on sectoral approach and less comprehensive in integrating stakeholder agreements on productivity and environmental conservation.
The research aims to synthesis the sustainability of civet coffee management in the landscape of research. Furthermore, the objectives include analyzing land suitability of Coffea Arabica, civet habitat, and civet Arabica coffee; and to assess its impact on environment, economic, and social/community.
The research employed the methods of multi-criteria analysis, and combined with weighted overlaying techniques for mapping land suitability; and Life Cycle Assessment (LCA), Life Cycle Costing (LCC), Social Life Cycle (SLCA), and Life Cycle Sustainability Assessment (SLCA) of 6 management models in 3 districts (Bandung, West Bandung and Bangli).
The research results reveal that Bandung area has the highest suitability for kopi luwak Arabica (75.24%) and the smallest is in Bangli (40.39%). On the environmental impact, caged models produce higher global warming than that of wild models. The economic aspect of wild models earned bigger profit than caged system. On the social impact, the entire models positively contribute to local community and consumer. It is, however, Model of caged Bangli-3 is the most sustainable among the others.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asfirmanto W.A.
"Kopi Arabika merupakan tanaman yang menjadi komoditas pada Dataran Tinggi Kintamani dan Gayo. Tanaman tersebut memiliki kondisi fisik wilayah tertentu dan budidaya petani yang tepat untuk dapat tumbuh secara optimal dan menghasilkan buah kopi yang berkualitas. Kondisi fisik wilayah yang berpengaruh adalah ketinggian, lereng, curah hujan, dan jenis tanah, sedangkan budidaya yang berpengaruh adalah jenis pupuk, waktu panen, dan jenis pengolahan pasca panen.
Karakteristik kondisi fisik wilayah dan budidaya yang berbeda akan memengaruhi kualitas kopi yang dihasilkan. Penelitian ini akan melihat perbedaan dari kondisi fisik wilayah dan budidaya dalam menghasilkan kopi di Kintamani dan Gayo, yang selanjutnya akan dilihat pengaruhnya terhadap kopi.
Penelitian ini menggunakan pendekatan keruangan (spasial) untuk menganalisis perbedaan kondisi fisik dan budidaya pada dua tempat yang samasama menghasilkan kopi dengan kualitas tingkat 1. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan pada kondisi fisik dan budidaya di dua tempat sehingga berpengaruh terhadap kopi yang dihasilkan, yaitu curah hujan pengolahan masa panen.

Arabica coffee is one of the plants that become commodities in Kintamani and Gayo Highlands. The plant has a certain physical condition and farmer's cultivation to be able to grow optimally and produce good quality of coffee. The physical condition that influence is altitude, slope, rainfall, and soil type, while influence in cultivation is the type of fertilizer, harvest, post-harvest and processing types.
Characteristics of the physical conditions and different aquaculture will affect the quality of the coffee produced. This study will look at the difference of physical conditions and cultivation of the coffee produced in Kintamani and Gayo, who will next be seen influenceon the coffee.
This study uses a spatial approach to analyze the differences in the physical conditions and cultivation in two places where equally produce coffee with quality level 1. Results of this study indicate there are differences in physical condition and cultivation in two places so that resulting effect on the coffee, the rainfall and harvest processing.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47782
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reynal Maong
"Produk kecantikan yang tengah beredar di pasar Indonesia adalah yang berbasis bahan alam yang mengandung antioksidan tinggi. Ada banyak limbah pengolahan hasil bumi yang belum dimanfaatkan dengan optimal. Salah satunya adalah kulit buah kopi arabika yang dapat berpotensi sebagai antioksidan dalam krim body scrub. Selulosa tandan kosong kelapa sawit dan beras ketan putih juga ditambahkan ke dalam krim body scrub. Penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu pembuatan selulosa, ekstraksi kulit buah kopi arabika, dan pembuatan krim body scrub. Tahap pembuatan selulosa dilakukan dengan mengekstraksi tandan kosong kelapa sawit melalui proses delignifikasi dengan NaOH 12%, bleaching H2O2 10%, pengeringan di dalam oven pada suhu 105 , dan pengayakan menggunakan mesh 40 dan 60. Tahap kedua adalah ekstraksi kulit buah kopi arabika. Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi dengan perendaman selama 4 x 24 jam menggunakan pelarut etanol 70%. Ekstrak yang diperoleh digunakan untuk menganalisis kandungan beta karoten dan antioksidan di dalam kulit buah kopi arabika. Tahap terakhir yaitu pembuatan krim body scrub dengan mencampurkan fase minyak dan fase air. Setelah kedua fase tercampur, selulosa tandan kosong kelapa sawit, tepung beras ketan putih, dan berbagai konsentrasi ekstrak kulit buah kopi arabika ditambahkan kemudian dilakukan uji stabilitas dipercepat dengan metode uji mekanik (sentrifugasi). Pengujian dilakukan terhadap krim body scrub meliputi uji homogenitas, uji tipe emulsi, uji pH, organoleptik, uji iritasi, uji viskositas, uji angka lempeng total, uji antioksidan, uji ukuran droplet, indeks creaming dan scanning electron microscope. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak kulit kopi arabika tergolong antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 sebesar 8,136 µg/ml. Dari penelitian juga diperoleh kandungan aktivitas antioksidan dari formula krim scrub tanpa ekstrak kulit kopi arabika yang tergolong antioksidan lemah dan formula dengan ekstrak 4, 6, 8% yang tergolong antioksidan kuat dengan nilai IC50 berturut-turut sebesar 154,042; 82,281; 67,255; dan 55,191µg/ml. Selain itu, melalui pengujian uji stabilitas dipercepat, uji indeks creaming, dan uji ukuran droplet semua formula krim body scrub dapat dikatakan cukup stabil.

Beauty products currently circulating in the Indonesian market are those based on natural ingredients that contain high antioxidants. There are many agricultural product processing wastes that have not been used optimally. One of them is the peel of the arabica coffee fruit which has the potential as an antioxidant in body scrub creams. Cellulose of oil palm empty fruit bunches and white glutinous rice are also added to the body scrub cream. This research was divided into three stages, namely making cellulose, extracting arabica coffee fruit peel, and making body scrub cream. The process of making cellulose is carried out by extracting empty palm fruit bunches through a delignification process with 12% NaOH, bleaching 10% H2O2, drying in the oven at 105℃, and sieving using mesh 40 and 60. The second step is extracting the peel of arabica coffee fruit. The extraction method used is the maceration method by soaking for 4 x 24 hours using 70% ethanol solvent. The extract obtained was used to analyze the content of beta carotene and antioxidants in the arabica coffee fruit peel. The last stage is making a body scrub cream by mixing the oil phase and the water phase. After the two phases were mixed, the cellulose of empty palm fruit bunches, white glutinous rice flour, and various concentrations of arabica coffee fruit peel extract were added, then an accelerated stability test was carried out using the mechanical test method (centrifugation). Tests were carried out on body scrub creams including homogeneity test, emulsion type test, pH test, organoleptic test, irritation test, viscosity test, total plate number test, antioxidant test, droplet size test, creaming index and scanning electron microscope. The results showed that Arabica coffee peel extract was classified as a very strong antioxidant with an IC50 value of 8,136 µg/ml. The study also obtained the antioxidant activity content of the scrub cream formula without Arabica coffee peel extract which was classified as a weak antioxidant and the formula with 4; 6; and 8% extract which was classified as a strong antioxidant with IC50 values of 154.042; 82.281; 67.55; and 55.191µg/ml respectively. In addition, through accelerated stability testing, creaming index test, and droplet size test, all body scrub cream formulas can be said to be quite stable."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library