Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farmedia, 2001
616.5 ANT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Vizzi Alvi Fitrah
"Penyakit yang disebabkan oleh infeksi merupakan penyebab kematian tertinggi nomor dua di Indonesia. Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah salah satu patogen tersering yang dapat menyebabkan penyakit infeksi. Resistensi terhadap antibiotik untuk mengobati S. aureus adalah masalah yang perlu dicari solusinya. Salah satu alternatif yang digunakan sebagai pengobatan adalah ekstrak Nigella sativa Linn. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antimikroba dari ekstrak Nigella sativa Linn.terhadap bakteri S. aureus. Ekstrak Nigella sativa Linn. diekstrak dari bijinya menggunakan pelarut metanol di Laboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dan kemudian disiapkan dalam lima konsentrasi berbeda, yaitu 1000 mg/mL, 500 mg/mL, 250 mg/mL, 125 mg/mL, dan 62,5 mg/mL. Masing-masing ekstrak kemudian diuji secara in vitro dengan cara sumuran dan dibandingkan dengan kontrol positif antibiotik siprofloksasin 1 mg/mL dan kontrol negatif akuades. Pengujian dilakukan sebanyak dua kali dengan pengulangan masing-masing sebanyak empat kali di Laboratorium Mikrobiologi Klinik FKUI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak Nigella sativa Linn. tidak memiliki efek antibakteri terhadap S. aureus. Faktor yang dapat memengaruhi hasil penelitian diantaranya adalah sifat bahan dasar, pelarut ekstrak, serta pemilihan metode uji.

Infectious disease is the second cause of death in Indonesia. Staphylococcus aureus (S. aureus) is one of the most pathogen that can cause those diseases. The resistance of antibiotic to treat S. aureus is a problem that needs to be resolved. The alternative treatment which can be used is Nigella sativa Linn.’s extract. This research aimed to find out the antimicrobial effect of Nigella sativa Linn.’s extract against S. aureus. Nigella sativa Linn.’s extract was extracted from the seeds using methanol in the Pharmacy Laboratory of Faculty of Medicine Universitas Indonesia (FMUI). The extract then prepared in five different concentrations : 1000 mg/mL, 500 mg/mL, 250 mg/mL, 125 mg/mL, and 62,5 mg/mL. Each extract was tested in vitro using agar well plate method and compared with ciprofloxacin 1 mg/mL as positive control and aquadest as negative control. The experiment was done twice with each repetition as much as four times in Clinical Microbiology Laboratory of FMUI. The result showed that Nigella sativa Linn.’s extract does not have antimicrobial effect against S. aureus. Some factors that may affected the result were characteristic of the seeds, solvent extract, and the test method."
2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Springer, 2015
MK-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Endofit adalah organisme yang membentuk koloni dalam jaringan
tanaman tanpa menimbulkan gejala negatif pada inangnya. Kapang adalah
salah satu bentuk organisme endofit yang paling banyak ditemukan.
Beberapa kapang endofit dilaporkan mampu menghasilkan metabolit
sekunder yang memiliki aktivitas antimikroba. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengisolasi kapang endofit dari tanaman Garcinia fruticosa
Lauterb, Garcinia lateriflora Blume, Garcinia cowa Roxb dan menyeleksi
kapang endofit yang memiliki aktivitas antimikroba. Delapan kapang endofit
yang telah berhasil diisolasi dari ketiga tanaman tersebut difermentasi dalam
media cair Potato Dextrose Yeast. Supernatan, ekstrak metanol, etil asetat,
dan butanol dari hasil fermentasi digunakan untuk skrining aktivitas
antimikroba. Skrining aktivitas antimikroba dari ekstrak fermentasi kapang
endofit dilakukan dengan metode difusi cakram terhadap Bacillus subtilis,
Escherichia coli, Salmonella typhosa, Staphylococcus aureus, Pseudomonas
aeruginosa, Candida albicans, dan Aspergillus niger. Lima isolat kapang
menghasilkan zat yang memiliki aktivitas antimikroba terhadap Bacillus
subtilis, Escherichia coli, Salmonella typhosa, Staphylococcus aureus, dan
Pseudomonas aeruginosa. Ekstrak fermentasi kedelapan isolat kapang
endofit tidak ada yang menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap Candida
albicans dan Aspergillus niger."
Universitas Indonesia, 2007
S32596
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hoboken, New Jersey : Wiley, 2012
668.4 ANT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Atna Permana
"Ruang Lingkup dan Cara penelitian :
Kecenderungan peningkatan resistensi kuman terhadap antibiotik tertentu telah menjadi masalah kesehatan yang perlu dicermati. Masalah tersebut menyebabkan pengobatan menjadi mahal dan tidak efektif Dalam upaya untuk mencari antibiotik yang efektif, salah satu alternatif adalah dengan melakukan kombinasi dua antibiotik, Selaras dengan itu dilakukan penelitian untuk mengetahui efek kombinasi dua antibiotik dalam hal ini antibiotik fosfomisin dan sulbaktam-sefoperazon. Pengujian dibagi dalam beberapa strategi yaitu : (1). Penentuan KHM masing-masing antibiotik dengan metode tube dilution, (2). Penentuan KHM kombinasi dua antibiotik dengan metode checkerboard titration. (3). Penentuan time kill curve. (4). Penentuan postantibiotic effect (PAE).
Hasil dan Kesimpulan :
Isolat klinik yang digunakan untuk uji kombinasi adalah Pseudomonas aeruginosa (30 galur), Enterobacter aerogenes (30 galur), Escherichia coil (30 galur) dan Staphylococcus aureus (30 galur). Berdasarkan penentuan KEM obat tunggal, ditemukan banyak kuman yang resisten terhadap antibiotik uji, yaitu Pseudomonas aeruginosa 86,7% resisten terhadap fosfomisin dan 33,3% resisten terhadap sulbaktam-sefoperazon; Enterobacter aerogenes 80% resisten terhadap fosfomisin sedangkan Escherichia coil dan Staphylococcus aureus masingmasing 13,3% dan 33,3 % resisten terhadap fosfomisin. Kadar Hambatan Minimum (KHM) kedua antibiotik terhadap isolat klinik yang diperoleh pads penelitian ini adalah Pseudomonas aeruginosa berkisar 0,25 - 2048 tg/ml, 66,7% menunjukkan sinergis; Enterobacter aerogenes berkisar 0,125 - 2048 pg/ml , 66,7% menunjukkan sinergis; Escherichia coil berkisar 0,125 - 1024 gg/ml, 66,7% menunjukkan sinergis; dan Staphylococcus aureus berkisar 0,06 - 512 µg/ml, 56,7 % menunjukkan sinergis. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya efek antagonis. Kombinasi fosfomisin dan sulbaktam-sefoperazon mampu menurunkan KHM masing-masing obat, Sedangkan basil PAE yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai PAE antibiotik kombinasi memberikan basil yang lebih lama jika dibandingkan dengan antibiotik tunggal."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13632
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iceu Agustinisari
"

Eugenol merupakan bahan pengawet makanan alami karena memiliki aktivitas antimikroba dengan spektrum yang luas. Penggunaannya dalam produk pangan terkendala pada beberapa sifatnya yang lipofilik, volatil, toksik, dan aroma yang mengurangi penerimaan organoleptik. Berbagai penelitian enkapsulasi telah dilakukan untuk mendapatkan produk enkapsulasi yang stabil dan berfungsi sebagai antimikroba. Akan tetapi, area penelitian mengenai penggunaan biopolimer protein dan polisakarida sebagai emulsifier alami sekaligus sebagai bahan pengkapsul masih jarang dilakukan. Hal ini merupakan area yang menarik karena kombinasi protein dan polisakarida akan berpengaruh terhadap stabilitas emulsi, kapasitas pemuatan dan efisiensi enkapsulasi yang akan menentukan kualitas produk enkapsulasi tersebut. Tujuan penelitian secara umum adalah mendapatkan mikrokapsul eugenol yang memiliki aktivitas antimikroba melalui proses enkapsulasi eugenol metode lapis ganda menggunakan konjugat protein-polisakarida sebagai pengemulsi dan pelapis pertama serta kitosan sebagai pelapis ke dua. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konjugat protein whey-maltodekstrin dengan rasio massa 1:2 merupakan konjugat protein-polisakarida terpilih berdasarkan karakteristiknya, yaitu mampu menurunkan tegangan permukaan hingga 47,1 dyne/cm2, mampu menghasilkan emulsi dengan ukuran droplet kecil (256 nm) dan memiliki stabilitas emulsi yang cukup baik berdasarkan nilai potensial zeta (24,6 mV). Konsentrasi eugenol dan kitosan berpengaruh terhadap ukuran partikel, nilai potensial zeta emulsi, persentase kapasitas pemuatan dan efisiensi enkapsulasi. Mikrokapsul eugenol dengan formulasi konsentrasi eugenol 2% dan kitosan 0,33% merupakan produk enkapsulasi terbaik karena memiliki persentase kapasitas pemuatan dan efisiensi enkapsulasi tertinggi, yaitu 16,8% dan 47%. Perbedaan tingkat konsentrasi larutan kitosan tidak memberikan pengaruh terhadap sifat termal mikrokapsul eugenol, namun keberadaan kitosan dapat mencegah dekomposisi mikrokapsul eugenol. Konsentrasi kitosan berpengaruh dalam memperlambat pelepasan eugenol.  Pengujian dinamika aktivitas antimikroba menunjukkan bahwa mikrokapsul dengan konsentrasi eugenol 0,25 mg/mL mampu menghambat pertumbuhan E. coli dan S. aureus masing-masing 5,0 log CFU/mL dan 6,7 log CFU/mL. Mikrokapsul eugenol berfungsi lebih baik daripada eugenol tak terenkapsulasi dalam mempertahankan mutu mikrobiologis sosis selama penyimpanan. Produk enkapsulasi eugenol ini berpotensi untuk diaplikasikan sebagai bahan antimikroba dalam produk pangan.


Eugenol is a natural food preservative because it has antimicrobial activity with a broad spectrum. Its use in food products is constrained by some of its lipophilic, volatile, toxic and aroma properties which reduce organoleptic reception. Various encapsulation studies have been carried out to obtain encapsulation products that are stable and function as antimicrobials. However, research areas regarding the use of protein and polysaccharides as natural emulsifiers as well as capsule materials are still rare. This is an interesting area because the combination of protein and polysaccharide will affect the stability of the emulsion, loading capacity and efficiency of the encapsulation which will determine the quality of the encapsulation product. The aim of the study in general was to obtain eugenol microcapsules that had antimicrobial activity through the double layer encapsulation method using protein-polysaccharide conjugates as emulsifiers and the first layer and chitosan as the second layer. The results showed that the whey protein-maltodextrin conjugate with mass ratio 1: 2 was a protein-polysaccharide conjugate selected based on its characteristics, which was able to reduce surface tension to 47.1 dyne / cm2, to produce an emulsion with a small droplet size (256.6 nm) and have a good emulsion stability based on zeta potential value (24.6 mV). Concentrations of eugenol and chitosan affect particle size, zeta emulsion potential value, percentage loading capacity and encapsulation efficiency. Eugenol microcapsule with a formulation of 2.0 % eugenol and 0.33% chitosan solution was the best formulations with the highest loading capacity percentage, 16.8%. The difference in the level of chitosan concentration did not affect the thermal properties of eugenol microcapsules, however, chitosan 0.33% as the second layer prevents the decomposition of eugenol microcapsules. Chitosan concentration had an effect in slowing the release of eugenol. The antimicrobial activity testing showed that microcapsules with eugenol concentrations of 0.25 mg / mL were able to inhibit the growth of E. coli and S. aureus at 5.0 log CFU/mL and 6.7 log CFU/mL, respectively. Eugenol microcapsules function better than unencapsulated eugenol in maintaining the microbiological quality of sausages during storage. This encapsulation product of eugenol has the potential to be applied as an antimicrobial ingredient in food products.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Helicobacter pylori is a globally significant pathogen that infects half of the population of the world. Its recognition enabled the development of new therapeutic and preventative strategies for serious health conditions such as gastric cancer, of which it is the major causative agent. Providing a broad overview of the current understanding of this pathogen and emphasizing its world health impacts, this book explores a range of topics including virulence factors, vaccine development and obstacles, epidemiology, antibiotic resistance and the role of Nod receptors, with a foreword by Barry Marshall, the Nobel Laureate and co-discoverer of H. pylori. It is an essential resource for researchers, students and medics in infectious and Helicobacter-associated diseases."
Cambridge: CABI, 2010
616.3 HEL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8   >>