Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Stephanie Ong
"Kacip Fatima merupakan tanaman yang berasal dari butan tropis Asia Tenggara,
tennasuk Indonesia. Tanaman dengan nama lain Labisia pumila ini memiliki nilai
fenol sebesar 5.454,301100 gram. Kacip fatima dapat digunakan sebagai pereduksi
dalam pembuatan nanopartikel emas. Nanopartikel emas dapat disentesis dengan
metode green synthesis terbukti Iebih aJnan untuk penggllnaan dan lingkungan.
Kandungan fenol pada tanaman kacip fatima dapat memberi keuntungan lain
sebagai anfiaging. Aging sendiri dapat diatasi dengan penggunaan kosmetik, salah
satunya masker, khususnya masker peel-off .Dilakukan pengujian antiglikasi
untuk menghitung persen inhibisi pembentukan Advance Glycation End Products
(AGEs), dimana AGEs sendiri merupakan Salall satu pemicll proses aging yang
menyebabkan timbulnya tanda penuan dini . Hasil pengujian glikasi dilakllkan
untuk menentukan kadar yang sesuai untuk menghambat pembentukan AGEs.
Digunakan dua sample dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu sediaan masker
peel-off dengan konsentrasi 10% memiliki daya inhibisi terhadap AGEs sebesar
64,432±25,651 % dan sediaan masker peel-off dengan kandungan nanopartikel
emas 20% memiliki daya inhibisi sebesar 94,691±30,444%"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T57590
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syafira Adya Aripin
"ABSTRAK
Penggunaan nanopartikel emas di bidang kosmetik cukup diminati, salah satunya sebagai antipenuaan. Aktivitas antipenuaan dalam suatu zat dapat diuji menggunakan uji efek anti-replikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek anti glikasi nanopartikel emas hasil sintesis ekstrak Kacip Fatimah (Labisia pumila) dan membandingkannya dengan efek anti glikasi ekstrak Kacip Fatimah (Labisia pumila). Metode sintesis nanopartikel emas yang aman bagi manusia dan lingkungan adalah metode sintesis hijau dengan menggunakan ekstrak tumbuhan. Kacip Fatimah (Labisia pumila) merupakan tumbuhan yang dapat digunakan sebagai bahan baku sintesis nanopartikel emas dan telah terbukti memiliki aktivitas antioksidan. Setelah nanopartikel emas disintesis, kemudian nanopartikel emas dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer UV-Vis dan Particle Size Analyzer (PSA). Terakhir dilakukan uji efek anti glikasi secara in vitro pada nanopartikel emas dan ekstrak Kacip Fatimah dengan menghitung% penghambatan pembentukan AGEs, dimana pembentukan AGEs dapat dideteksi dengan melihat intensitas fluoresensi yang terbentuk. Hasil karakterisasi yang diperoleh adalah serapan nanopartikel emas sebesar 0,668 pada panjang gelombang 535,60 nm dan rata-rata ukuran partikel yang terbentuk adalah 65,46 nm dengan nilai indeks polidispersitas (PdI) 0,443 dan nilai potensial zeta -35,1 mV. Hasil uji efek anti glikasi menunjukkan bahwa nanopartikel emas yang disintesis dengan ekstrak Kacip Fatimah (Labisia pumila) 5% memiliki efek anti glikasi yang lebih tinggi dibandingkan ekstrak Kacip Fatimah (Labisia pumila) 5%, dimana% penghambatan nanopartikel emas yang disintesis dengan ekstrak Kacip Fatimah (Labisia pumila) 5% adalah 89,94 ± 6,12% dan% penghambatan ekstrak Kacip Fatimah (Labisia pumila) 5% adalah 64,24 ± 5,63%. Dengan demikian, nanopartikel emas yang disintesis dengan ekstrak Kacip Fatimah (Labisia pumila) telah terbukti memiliki efek anti-glikasi dan dapat digunakan sebagai agen antipenuaan.

ABSTRACT
The use of gold nanoparticles in the cosmetic sector is quite attractive, one of which is as antiaging. Antiaging activity in a substance can be tested using an anti-replication effect test. This study aims to determine the anti-glycation effect of the gold nanoparticles synthesized from Kacip Fatimah (Labisia pumila) extract and compare it with the anti-glycation effect of Kacip Fatimah (Labisia pumila) extract. The gold nanoparticle synthesis method that is safe for humans and the environment is a green synthesis method using plant extracts. Kacip Fatimah (Labisia pumila) is a plant that can be used as raw material for the synthesis of gold nanoparticles and has been shown to have antioxidant activity. After the gold nanoparticles were synthesized, the gold nanoparticles were characterized using a UV-Vis spectrophotometer and Particle Size Analyzer (PSA). Finally, an in vitro anti-glycation effect test was carried out on gold nanoparticles and Kacip Fatimah extract by calculating the% inhibition of AGEs formation, where the formation of AGEs can be detected by looking at the intensity of fluorescence formed. The characterization results obtained were gold nanoparticle absorption of 0.668 at a wavelength of 535.60 nm and the average particle size formed was 65.46 nm with a polydispersity index (PdI) 0.443 and a zeta potential value of -35.1 mV. The results of the anti-glycation effect test showed that gold nanoparticles synthesized with 5% Kacip Fatimah (Labisia pumila) extract had a higher anti-glycation effect than 5% Kacip Fatimah (Labisia pumila) extract, where% inhibition of gold nanoparticles synthesized with Kacip Fatimah extract (Labisia pumila) 5% was 89.94 ± 6.12% and the% inhibition of Kacip Fatimah extract (Labisia pumila) 5% was 64.24 ± 5.63%. Thus, gold nanoparticles synthesized with Kacip Fatimah (Labisia pumila) extract have been shown to have anti-glycation effects and can be used as an antiaging agent."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Viona Rezika
"Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan sediaan emulsi antiaging berbahan aktif lilin propolis. Pengujian dilakukan terhadap lilin propolis meliputi penentuan kadar flavonoid total, penentuan kadar polifenol total, dan pengujian aktivitas antioksidan. Kadar flavonoid total diuji menggunakan reagen AlCl3 dan CH3COOK dengan kuersetin sebagai larutan standar. Penentuan kadar polifenol total dilakukan menggunakan metode Folin-Ciocalteu dengan asam galat sebagai larutan standar. Aktivitas antioksidan diukur dengan menggunakan reagen DPPH. Lilin propolis selanjutnya digunakan sebagai bahan aktif antiaging dalam formulasi sediaan emulsi. Selain lilin propolis, bahan yang digunakan dalam formulasi ini meliputi aquades, gliserin, EDTA, xanthan gum, ammonium acryloyldimethyltaurate/VP copolymer, phenoxyethanol, chlorphenesin, arachidyl alcohol, behenyl alcohol, arachidyl glucoside, cetyl alcohol, dan isopropyl myristate. Emulsi yang dihasilkan dievaluasi berdasarkan stabilitasnya pada berbagai kondisi, meliputi kondisi suhu ruang, suhu 45oC, 4oC, jemur, dan siklus. Adapun parameter yang diukur adalah organoleptis, pH, dan viskositas. Untuk mengetahui performa antiaging emulsi, dilakukan uji aktivitas antiglikasi dengan Bovine Serum Albumine (BSA) dan fruktosa sebagai reagen. Berdasarkan hasil pengujian, lilin propolis memiliki kadar flavonoid total sebesar 41,01 ± 1,62 mg QE/g lilin propolis, kadar polifenol total sebesar 53,51 ± 35,11 mg GAE/g lilin propolis, dan nilai IC50 aktivitas antioksidan sebesar 413,91 ppm. Sediaan emulsi stabil pada berbagai kondisi, ditunjukkan dari parameter homogenitas, pH, dan viskositas yang masih dalam memenuhi standar SNI 16-4399-1996 tentang Sediaan Tabir Surya. Pengujian aktivitas antiglikasi dilakukan pada lilin propolis dan emulsi antiaging untuk mengetahui kemampuan inhibisi pembentukan Advanced Glycation End Products (AGEs) sebagai parameter kemampuan antiaging. Hasil pengujian menunjukkan lilin propolis mampu menginhibisi pembentukan AGEs sebesar 86,54%. Sementara itu, sediaan emulsi memiliki kemampuan inhibisi reaksi glikasi sebesar 29,25% untuk konsentrasi 5,0% lilin propolis, dan 51,94% untuk konsentrasi 8,5% lilin propolis. Persentase inhibisi AGEs emulsi dengan konsentrasi 2,5% lilin propolis tidak dapat ditentukan karena data yang diperoleh tidak valid.

This study aimed to develop an anti-aging emulsion by incorporating propolis wax as an active ingredient. Propolis wax underwent tests to determine its total flavonoid and polyphenol content, as well as its antioxidant activity. Total flavonoid content was measured using AlCl3 and CH3COOK reagents, with quercetin as the standard solution. Total polyphenol content was determined using the Folin-Ciocalteu method with gallic acid as the standard solution. Antioxidant activity was evaluated using DPPH as reagent. Propolis wax was then used in the emulsion formulation, along with other ingredients such as distilled water, glycerin, EDTA, and xanthan gum. The stability of the resulting emulsion was assessed under different conditions, including room temperature, 45oC, 4oC, sun exposure, and cycling. Organoleptic properties, pH, and viscosity were measured as parameters. The emulsion's anti-aging performance was evaluated using an antiglycation activity assay with Bovine Serum Albumin (BSA) and fructose. Test results revealed that propolis wax had a total flavonoid content of 41.01 ± 1.62 mg QE/g, a total polyphenol content of 53.51 ± 35.11 mg GAE/g, and an antioxidant activity IC50 value of 413.91 ppm. The emulsion demonstrated stability, meeting the standards of SNI 16-4399-1996 in terms of homogeneity, pH, and viscosity. The antiglycation activity assay showed that propolis wax inhibited AGEs formation by 86.54%. The emulsion exhibited glycation reaction inhibition percentages of 29.25% and 51.94% at concentrations of 5.0% and 8.5% propolis wax, respectively. However, the AGEs inhibition percentage for the emulsion with 2.5% propolis wax concentration could not be determined due to invalid data."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library