Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Cornelia Magdalena
"Wilayah Sulawesi Utara mengalami deformasi aktif akibat aktivitas lempenglempeng tektonik di bawah permukaan, sehingga menciptakan zona subduksi serta sesar-sesar aktif. Menjadikan Sulawesi Utara memiliki potensi risiko gempa yang signifikan. Sehingga mengetahui keakuratan hiposenter gempa merupakan langkah awal dalam upaya memahami risiko seismik serta mengimplementasikan tindakan pencegahan yang sesuai. Relokasi hiposenter dilakukan dengan memanfaatkan data katalog arrival time gelombang P dan S dari International Seismological Center (ISC) pada tahun 2012-2022, dengan total 8.058 kejadian. Algoritma relokasi yang digunakan adalah Double Difference yang berfokus pada perbandingan jarak antara 2 hiposenter. Model kecepatan yang digunakan adalah model kecepatan 1D lokal di stasiun SMSI. Hasil pengolahan menunjukkan terdapat 4,456 kejadian yang berhasil terelokasi. Melalui analisis distribusi hiposenter diindikasikan bahwa distribusi kejadian menjadi lebih teratur dan terlihat pola klasterisasinya dibandingkan sebelum direlokasi. Gempa lebih memadat di daerah sekitar Patahan Gorontalo. Distribusi gempa yang tadinya ada di sebelah utara dari Trench Sulawesi Utara cenderung memadat ke arah selatan. melalui uji validasi dengan residual waktu tempuh mendekati 0 yang meningkat. Dengan demikian, metode double-difference diasumsikan mampu memberikan pola kegempaan yang lebih jelas dalam analisis gempa.
The region of North Sulawesi undergoes active deformation due to the tectonic plate activities beneath its surface. This plate movement creates subduction zones and active faults, making North Sulawesi significantly at risk for earthquakes. Thus, understanding the accuracy of earthquake hypocenters is a fundamental step in comprehending seismic risk and implementing appropriate preventive measures. Hypocenter relocation was carried out using the arrival time catalogue data of P and S waves from the International Seismological Center (ISC) between 2012-2022, totalling 8,058 events. The relocation algorithm used is the Double Difference method, which focuses on comparing the distances between two hypocenters. The velocity model is a local 1D velocity model at the SMSI station. The processing results indicate that 4,456 events were successfully relocated. Analyzing the hypocenter distribution shows that the events’ distribution became tidier and cluster patterns were more evident than before relocation. Earthquakes became denser around the Gorontalo Fault. The distribution of earthquakes, previously north of the North Sulawesi Trench, tends to shift southward, as validated by travel time residuals approaching 0, which increased. Therefore, the double-difference method is assumed to provide a more precise seismic pattern in earthquake analysis."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Felix Andrean
"Lombok merupakan sebuah daerah di Indonesia yang berbatasan langsung dengan zona subduksi antara lempeng Eurasia dengan lempeng Indo-Australia di bagian selatan. Subduksi ini menimbulkan sesar naik sepanjang utara Lombok hingga Flores yang diketahui sebagai Sesar Flores. Sesar tersebut merupakan sumber dari aktivitas seismik pada daerah Lombok dan sekitarnya. Keberadaan sesar pada suatu lokasi dapat ditentukan dari lokasi hiposenter gempa bumi yang dihasilkan serta dapat ditingkatkan akurasinya dengan data hiposenter yang telah direlokasi. Metode relokasi double difference sering digunakan untuk mengurangi galat akibat ketidaksesuaian waktu tempuh. Namun demikian, galat akibat nilai ketidakpastian hiposenter saat penentuan awal masih tetap mempengaruhi akurasi data. Metode collapsing diterapkan untuk menanggulangi hal tersebut sehingga dapat meningkatkan akurasi penentuan hiposenter gempa bumi. Penerapan metode collapsing terhadap data gempa bumi Lombok menunjukkan kemiringan sesar Flores sebesar 7.25º yang disebabkan oleh dorongan subduksi lempeng Indo-Australia secara horizontal sehingga membentuk decollement serta keberadaan splay fault dengan kemiringan sebesar 20-45º. Analisis kluster gempa bumi terhadap periode gempa menunjukkan indikasi keberadaan microblock Flores dan Sumbawa yang terpisah dari Bali dan sekitarnya.
Lombok is part of an area in Indonesia which borders with subduction zone between Eurasian plate and Indo-Australian plate at the southern part, causing formation of thrust fault from north of Lombok to Flores, known as Flores Fault. The fault is the source of seismic activity in Lombok Area. Location of faults can be determined by earthquake hypocenters data, its accuracy improved by relocation method. Double difference method is widely used to reduce errors caused by travel time mismatch. However, errors by earthquake location uncertainty during initial determination remain uncorrected. Therefore, collapsing method can be utilized to decrease such errors to increase accuracy of the data. The method was applied to Lombok earthquake data. The result was the determination of structure resembling a decollement with the dip of 7.25º and a splay fault at 20-45º. Cluster analysis plotted by occurence period indicates presence of Flores-Sumbawa microblock."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library