Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mhd. Alfahjri Sukri
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas tentang kegagalan kudeta militer faksi Gulenis di Turki pada 15 Juli 2016. Adapun permasalahan yang dilihat adalah pertama, apa faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan kudeta militer faksi Gulenis di Turki 15 Juli 2016? dan kedua, bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi gagalnya kudeta militer faksi Gulenis di Turki 15 Juli 2016?. Dalam mengalisis kasus di atas, peneliti menggunakan teori kudeta Edward Luttwak yang berbicara mengenai tahapan-tahapan suatu kudeta agar kudeta tersebut berhasil. Gagalnya kudeta dalam menjalankan tahapan tersebut akan menyebabkan gagalnya kudeta. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Adapun data-data dalam penelitian ini peneliti dapatkan melalui telaah dokumen dan literatur ilmiah serta juga melakukan wawancara. Temuan dari penelitian ini adalah, pertama, gagalnya kudeta militer faksi Gulenis ini disebabkan oleh gagalnya kelompok kudeta menangkap aktor kunci seperti Presiden Erdogan dan Perdana Menteri Binali Yildirim sehingga kedua tokoh tersebut berhasil memobilisasi massa untuk menolak kudeta. Kedua, adanya penolakan dari berbagai lapisan masyarakat Turki sehingga kelompok kudeta gagal dalam mendapatkan dukungan masyarakat atas kudeta yang dilakukan. Kedua faktor ini kemudian mempengaruhi gagalnya kudeta. Penelitian ini juga melihat adanya peran penting kemajuan teknologi seperti FaceTime dan media sosial yang mempengaruhi gagalnya kudeta karena FaceTime dan media sosial seperti Facebook dan Twitter dijadikan alat oleh Erdogan dan Binali Yildirim untuk berkomunikasi dan mengajak masyarakat menolak upaya kudeta. Media sosial juga dijadikan oleh masyarakat Turki sebagai sumber informasi tentang kudeta dan alat untuk menyebarkan aksi penolakan terhadap kudeta. Secara umum, penelitian ini menegaskan bahwa pentingnya menangkap aktor kunci seperti aktor pemerintahan dan militer dalam suatu kudeta disamping juga menguasai tempat-tempat strategis serta kelompok kudeta juga harus mendapatkan dukungan masyarakat atau tidak ada penolakan dari masyarakat agar suatu kudeta berhasil dijalankan. Di sini juga penelitian ini menegaskan pentingnya menguasi perkembangan teknologi dan media sosial untuk mempengaruhi persepsi masyarakat tentang kudeta yang dijalankan.

ABSTRACT
This study discusses about the failure of military coup of Gulenist faction in Turkey on July 15, 2016. The observed problems are what factors that led to the failure of the military coup of Gulenist faction in Turkey were and how these factors affect the collapse of the Gulenist military coup did. The researcher uses Edward Luttwak 39 s coup theory which speaks about the stages of a coup in order for the coup to succeed to analyze this case. Furthermore, a case study approaches with qualitative research methods are used in this study. The data in this study research were done by literature reviews and interviews. The result showed that the failure of the Gulenist military coup d 39 etat was caused by the failure of the coup group to arrest the key actor such as President Erdogan and Prime Minister Binali Yildirim so that the two figures succeeded in mobilizing the mass to decline the coup. Moreover, there was some refusal from various Turkish society so that the coup group failed to gain public support. Technological advances such as FaceTime and social media also have an important role that affected the failure of the coup. FaceTime and social media such as Facebook and Twitter were used as tools by Erdogan and Binali Yildirim to communicate and invite people to decline the coup attempt. Social media was also used by Turkish society as a source of information and a tool to spread action against the coup d 39 etat. In conclusion, this study confirms that the importance of arresting key actor such as government and military actors in a coup while dominates the strategic places. The coup group must also have public support to get a successful coup. The study also emphasizes the importance of technology and social media to influence society about the coup."
2018
T51239
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Yunia Pratama
"Ancaman siber saat ini dapat terjadi sebagai akibat dari penyalahgunaan TIK yang dapat dilakukan oleh aktor negara sesuai dengan kepentingan nasionalnya, akan tetapi dapat juga dilakukan oleh aktor nonnegara sesuai kepentingannya masing-masing. Begitu luasnya jangkauan ruang siber maka potensi ancamannya pun juga semakin besar, salah satunya adalah penyalahgunaan jaringan sosial online. Penyalahgunaan media sosial seperti adanya unsur provokasi dapat menimbulkan terjadinya misinformasi dan disinformasi di kalangan masyarakat dan lebih parah mengarah pada terciptanya instabilitas keamanan nasional dan terganggunya keutuhan negara. Salah satunya adalah penyalahgunaan media sosial untuk menyebarkan pesan propaganda Papua merdeka. Menjadi penting bagi pemerintah Indonesia untuk dapat membaca peta polarisasi dan narasi pesan propaganda Papua merdeka yang disebar melalui jaringan sosial. Salah satunya dengan mengetahui jaringan kelompok dan aktor kunci pada jaringan tersebut. Pada penelitian ini, penulis meneliti jaringan kelompok dan aktor kunci propaganda Papua merdeka dengan pendekatan social network analysis pada jaringan sosial Twitter. Eksperimen yang digunakan adalah pemanfaatan kombinasi berbagai kata kunci berupa frasa sebagai masukan awal pada proses crawling data Twitter dengan tool NodeXL. Penggunaan kata kunci frasa bertujuan memfokuskan ruang lingkup pencarian kelompok dan aktor agar lebih akurat dengan topik propaganda Papua merdeka dibandingkan penggunaan satu atau lebih kata kunci berupa kata tunggal. Berdasarkan hasil pengukuran nilai community dan centrality, penggunaan berbagai kata kunci frasa berpengaruh pada pembentukan kelompok dan aktor yang dihasilkan. Dengan ditentukan threshold>2 kata kunci, terbentuk lima aktor kunci berpengaruh kuat pada jaringan yaitu aktor_051, aktor_001, aktor_042, aktor_059, dan aktor_040. Hasil juga menunjukkan sebesar 80% dari kelima aktor kunci tersebut tervalidasi sebagai aktor yang memiliki peran pro Papua merdeka di jaringan sosial Twitter. Aktor aktor_051 merupakan aktor pro Papua merdeka yang menjadi aktor kunci paling berpengaruh kuat dalam jaringan dengan rentang 4 kata kunci yaitu ‘papua freedom’, ‘papua independence’, ‘papua merdeka’, dan ‘west papua’ atau berpengaruh sebesar 40% terhadap keseluruhan kata kunci frasa yang diproses pada penelitian ini. Selain itu juga diketahui bahwa kata kunci ‘papua merdeka’ dan ‘tolak otsus’ menjadi area kata kunci yang 100% dipengaruhi oleh aktor-aktor pro Papua merdeka.

Current cyber threats can occur due to misuse of ICTs that state actors can carry out by their national interests, but can also be carried out by non-state actors according to their respective interests. As wide as cyberspace's reach is, the potential threats are also getting bigger, one of which is the abuse of online social networks. Misuse of social media, such as an element of provocation, can lead to misinformation and disinformation among the public and worse, lead to national security instability and disruption of the state's integrity. One of them is the misuse of social media to spread the propaganda message of an independent Papua. The Indonesian government needs to read polarizing maps and the narrative of an independent Papua's propaganda message disseminated through social networks. One of them is by knowing the network of groups and key actors in the network. In this study, the authors examined the networks of groups and key actors of Free Papua propaganda using a social network analysis approach to the Twitter social network. The experiment used various keywords in the form of phrases as initial input in the Twitter data crawling process with the NodeXL tool. The use of keyword phrases aims to focus the scope of the search for groups and actors to be more accurate on the topic of Free Papua propaganda compared to using one or more keywords in the form of a single word. Based on measuring the value of community and centrality various keyword phrases affect the formation of the resulting groups and actors. By determining the threshold > 2 keywords, five key actors strongly influence the network, namely actor_051, actor_001, actor_042, actor_059, and actor_040. The results also show that 80% of the five key actors are validated as actors who have a pro-independence role on the Twitter social network. Actor actor_051 is a pro-Free Papuan actor who is the most influential key actor in the network with a range of 4 keywords, namely 'papua freedom', 'papua independence', 'papua merdeka', and 'west papua' or has an influence of 40% on all words key phrases that were processed in this study. Besides, it is also known that the keywords 'papua merdeka' and 'tolak otsus' are the keyword areas 100% influenced by pro-Free Papuan actors."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library