Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hinds, William C.
New York: John Wiley , 1982
628.53 HIN a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Mulyadi
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T39959
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Anggit Puruitaningrum
"Sejak tahun 1970 polusi di Indonesia mulai naik, karena industri mulai berkembang. Aerosol adalah salah satu pencemar yang mempunyai konsentrasi tinggi. Untuk mengetahui kondisi dak karakteristik aerosol diatas Indonesia akan dianalisa indek aerosol dari data satelit Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS). MODIS hadir menyusul beberapa sistem sensor satelit yang telah lebih dahulu mengudara.
MODIS adalah salah satu instrument utama yang dibawa Earth Observing System (EOS) Terra/Aqua satellite, yang merupakan bagian dari program antariksa Amerika Serikat, National Aeronautics and Space Administration (NASA). Program ini merupakan program jangka panjang untuk mengamati, meneliti dan menganalisa lahan, lautan, atmosfer bumi dan interaksi antara faktor-faktor ini.

Since 1970 pollution in Indonesia began to rise, as the industry began to flourish. Aerosol is one of the pollutants that have a high concentration. To know the condition of the above Indonesian no aerosol characteristics will be analyzed and the aerosol index from satellite data and the Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS). MODIS present following several satellite sensor system that had previously aired.
MODIS is one of the main instruments which brought Earth Observing System (EOS) Terra / Aqua satellite, which is part of the United States space program, the National Aeronautics and Space Administration (NASA). This program is a long term program to observe, examine and analyze the land, oceans, atmosphere and interaction between these factors.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51337
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Analysis of alfa emitted radionuclide deposition at respiratory tract via inhalation process under difference air-ventilation system at radiometallurgy intallation..."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Harrison Alim
"Saat ini, kualitas udara ruangan menjadi salah satu ancaman kesehatan bagi masyarakat modern. Penelitian oleh Kleipes et.al, 2001 menujukan bahwa manusia modern menghabiskan hampir 90% waktunya dalam ruangan. Kualitas udara ruang dipengaruhi oleh berbagai macam polutan yang terdiri dari CO2, CO, VOC, Radon dan partikulat. .
Thermal Precipitator adalah salah satu alat yang dapat gunakan untuk membersihkan udara dan bekerja berdasarkan prinsip thermophoresis, yaitu gaya yang bekerja akibat adanya gradien temperatur. Untuk memahami karakteristik efek thermophoresis pada suatu thermal precipitator dengan ukuran partikel dan temperatur yang divariasikan, dilakukan suatu simulasi berdasarkan prinsip computational fluid dynamics, perpindahan kalor dan particle tracing. Variasi beda temperatur yang dilakukan adalah sebesar 30, 40, 50, 60, 70, 80 dengan ukuran partikel 0.05, 0.1, 0.25, 0.5, 0.75, 1,1.5, 2 dan 2.5 µm Simulasi tersebut dilakukan pada perangkat lunak COMSOL Multiphysics 5.4.
Hasil yang didapat berbentuk distribusi partikel, jarak tempuh partikel dan kebutuhan energi precipitator. Terdapat perbedaan yang besar yang diakibatkan perbedaan posisi plat panas dan dingin. Selain itu, pada rentang partikel 0.05-0.25 µm, thermophoresis menjadi driving force pergerakan partikel. Sedangkan efisiensi pada seluruh ukuran partikel sebesar 100% didapat pada beda temperatur diatas 50K untuk plat panas diletakan pada bagian atas dan 70K pada kasus plat panas diletakan pada bagian bawah. Sehingga, thermal precipitator berpotensi untuk menangkap partikel – partikel berukuran kecil untuk meningkatkan kualitas udara ruang. Kebutuhan energi precipitator adalah sebesar 150506.70 J/ m3 untuk beda temperatur 80 K dan 53044 J/m3 untuk beda temperatur 30 K. =
Indoor air quality has been raised as one of the most pressing health issues facing the urban society. According to Klepeis et.al, 2001 Modern human spends nearly 90% of their time in enclosed spaces or in commuting spaces. IAQ(Indoor Air Quality) is affected by various factors with pollutants ranging from CO2, CO, Radon and particulate matter.
One of the available technologies in air cleaning is thermal precipitators that works by utilizing thermophoresis effect. Thermophoresis effects is a force due a temperature gradient existing around a particle. To understand the characteristic and feasibility of the aforementioned technology for indoor air cleaning, a simulation based on the principle of computational fluid dynamics, heat transfer and particle tracing was done on COMSOL 5.4 Software. The parameters concerning the thermal precipitators were varied with temperature difference of 30, 40, 50, 60, 70, 80 K with particle diameter of 0.05, 0.1, 0.25, 0.5, 0.75, 1,1.5, 2 dan 2.5 µm. The simulation results in data regarding particle displacement, particle deposition count and heat transfer.
A large difference in precipitator performance was observed, due to heated plate position. Furthermore, Thermophoresis was observed as the driving force for particles ranging between 0.05 to 0.25 µm in size. An efficiency number of 100% across all particle sizes was achieved with a temperature difference of 50 K with the heated plate place above the colder plate while a temperature difference of 70K was required in order to achieve same effect when the heated plate is below the colder plate. Due to the high precipitation efficiency, themal precipitator possesses a high potential to collect fine particulate matter in order to improve indoor air quality. In addition, energy consumption was simulated, peaking at 150506 J/m3 of air cleaned with a temperature difference of 80K and 50344 J/m3 with a temperature difference of 30K"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Djoko Goenawan
"ABSTRAK
Telah diukur spektrum diameter aerosol [<0.4,0.4,0.7,1.1,2.1, 3.3,4.7,9 &
>9.0 μ] dengan Impaktor-Anderson dan distribusi (wt%) di Gunung Mas = 0.4(8)-
5.8μ(21) dengan konsentrasi 0.57 μg/m3 & di Teluk Naga = 0.4(13), 0.7(21),1.1
(16), 2.1(9), 3.3 (13), 4.7(21) s.d. >9.0 (1wt%), dengan mode-bimodial (0.7&4.7μ)
dan konsentrasi 0.085 μg/m3 pada periode Maret 2006. Sementara periode
Agustus-September di Gunung Mas = <0.4(0.3), 0.4(22), 0.7(27),1.1(13) s.d.
>9.0(4) dengan konsentrasi 0.207 μg/m3 & di Teluk Naga adalah <0.4(0.1),
0.4(22) s.d. >9.0 (2wt%) dengan konsentarsi 0.09 μg/m3. Konsentrasimaksimum
dengan Portacount [0.01-1μ] sebesar 2.9x104 partikel cm-3 di Teluk
Naga dan 1.6x104 partikel cm-3 di Gunung Mas. Konsentrasi-minimum=3.2x 103
partikel cm-3 di Teluk Naga dan 6x103 partikel cm-3 di Gunung Mas.
Ditemukan diameter kristis (optimum dan efektif) sebagai diameter Köhler
yaitu [0.5μ] dengan pengukuran Impaktor-Anderson pada rentang [0.4-0.7μ]
dengan konsentrasi maksimum (total) 48 wt% di Gunung Mas dan 43wt% di
Teluk Naga.
Tingkat-higroskopis aerosol (bruto) pada RH=83-87% dan T=29.7°C dan
kapasitas-higroskopis = 6.5x10-5gr menit-1. Tingkat-kondensasi pada rentang
T=30.9-26.2°C&RH=20%, T=24.6-23.3°C&RH=21% dan T=18.6-10.6°C&24-27%
serta kapasitas-kondensasi = 20.9x10-5gr menit-1.
Identifikasi fasa (utama) dengan XRF mengandung Belerang (sulphur)
dengan konsentrasi 61 wt% di Gunung Mas dan 87 wt% (36.9 ppm) di Teluk
Naga. Unsur minor (sebagian kecil) di Gunung Mas dan yang tidak terdapat di
Teluk Naga adalah Cd=13, Cl=4 (1.7 ppm), P=3, Al=3wt%, dan Cr, Mn, Ba, Bi
kurang 1wt%.
Dengan AAS, diidentifikasi mengandung Na (fasa minor) sebesar 2 ppm
di Gunung Mas dan 5 ppm di Teluk Naga."
2007
T21295
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheila Dewi Ayu Kusumaningtyas
"[;;;, ABSTRAK
Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Riau mulai marak seiring dengan
meningkatnya laju penebangan hutan, pembersihan lahan dan iklim kering. Karhutla
menyebabkan pencemaran udara bahkan hingga ke Singapura sehingga
mempengaruhi ketegangan politik diantara kedua negara. Karhutla kerap terjadi tiap
tahunnya, padahal sudah banyak regulasi dan institusi yang menangani pencegahan
karhutla serta pengendalian bencana asap. Ketika proses pembakaran biomassa
terjadi, pencemar aerosol terlepas ke udara. Tingginya konsentrasi aerosol
menurunkan kualitas udara setempat dan mengurangi jarak pandang. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis kaitan karhutla di Provinsi Riau pada Juni 2013 dengan
pencemaran udara di Riau dan Singapura, karakteristik aerosol di Singapura pada saat
periode karhutla di Riau dan menganalisis implementasi kebijakan pencegahan dan
pengendalian bencana asap akibat karhutla. Metode penelitian yang digunakan adalah
campuran kuantitatif dan kualitatif dengan data sekunder dan primer yang berasal
dari wawancara. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa kebakaran di Riau pada Juni
2013 mengakibatkan kenaikan ISPU hingga 1084 (berbahaya) di Riau, kenaikan
konsentrasi PM 2,5, dan menurunkan visibilitas di Singapura. Hasil karakterisasi
melalui parameter aerosol optical depth (AOD), parameter Ångstrom, dan distribusi
ukuran partikel menunjukkan keberadaan aerosol berukuran kecil dengan jumlah
lebih banyak di Singapura yang merupakan ciri aerosol dari karhutla.
Lemahnya kepemimpinan dan penegakan hukum, kurangnya koordinasi antar institusi di tingkat pemerinrah daerah, dan belum optimalnya pemanfaatan informasi peringatan dini adalah sejumlah faktor penghambat implementasi kebijakan pengendalian bencana
asap akibat karhutla.

ABSTRACT
Forest and land fire in Riau increase along with the rapid deforestation, land clearing, and fueled by dry climate. Forest and land fire causes trans-boundary air pollution up to Singapore and creates tensions among neighboring countries. Fires in Riau routinely occur every year, although there are a lot of regulations and institutions dealing with fire prevention and smoke haze management. When biomass burns, certain aerosol pollutant is emitted to the atmosphere. High concentration of aerosol could degrade the local air quality and reduce visibility. This study aimed to analyze the relation of forest and land fire in Riau in June 2013 with the air pollution in Riau and Singapore, the characteristics of aerosol in Singapore during the fire period in Riau and the implementation of fire prevention and smoke haze management policies.Research method that being used are a mixture of quantitative and qualitative with secondary and primary data from interview. The research found that Riau fires in June 2013 resulted the increase of Pollutant Standard Index (PSI) until 1084 (hazardous) in Riau, increase the concentration of PM 2,5, and reduce visibility in Singapore. Aerosol characterization through aerosol optical depth (AOD), Ångstrom parameter and particle size distribution indicates the existence of a small-sized aerosol in a great number in Singapore which is characteristic of aerosol from forest and land fire. Weak leadership and law enforcement, lack of coordination among institutions in local level as well as low utilization of early warning information are a number of factors inhibiting the implementation of smoke haze management policies.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Amalia
"ABSTRAK
Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di Apotek Hidup Baru bertujuan agar mahasiswa profesi apoteker dapat memahami tugas dan tanggung jawab Apoteker di apotek sesuai dengan perundang-undangan dan etika yang berlaku, memiliki pengetahuan dan pengalaman praktis untuk melakukan praktek kefarmasian di apotek, memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktek kefarmasian di apotek, serta mempelajari strategi dan kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan praktek kefarmasian. Praktek pelayanan kefarmasian di Apotek Hidup Baru sudah cukup baik dan sesuai dengan perundang-undangan. Tugas khusus dalam praktek kerja profesi ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai cara penggunaan sediaan aerosol untuk pasien asma sehingga Apoteker dapat memberikan informasi penggunaan obat kepada pasien secara tepat. Setiap alat sediaan aerosol memiliki cara penggunaan yang berbeda-beda.

ABSTRAK
Professional pharmacist internship at Apotek Hidup Baru intend in order that professional pharmacist student can understand duties and responsibilities of Pharmacist in pharmacy in accordance with laws and ethics, have knowledge and practical to perform pharmaceutical practice in pharmacy, have description about pharmaceutical problems in pharmacy, and learn the strategies and activities that performed in the development of pharmaceutical practice. Pharmaceutical care in Apotek Hidup Baru has been quite good and in accordance with laws. Specific assignments intend to enhance knowledge about how to use aerosol dosage form for asthma patients so that Pharmacist can provide the information of using drug properly. Each tool of aerosol dosage form has a different ways to use.
"
2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Halim
"ABSTRAK
Suspended Particulate Matter (SPM) merupakan salah satu pencemar berbentuk partikulat dengan beragam ukuran yang diemisikan kendaraan bermotor. Pengukuran SPM difokuskan pada Total Suspended Particulate (TSP) tanpa memperhatikan ukuran partikelnya. Terdapat dua jenis TSP, dihasilkan secara primer dan dibentuk secara sekunder. Jenis pertama langsung diemisikan dari sumber secara langsung baik secara alami maupun tidak. Sedangkan pembentukan sekunder membutuhkan reaksi fotokimia yang kompleks dan melibatkan berbagai macam radikal di udara. Kedua jenis TSP ini akan terukur saat dilakukan pengambilan sampel. Pembentukan sekunder menyebabkan kecilnya korelasi antara volume lalu lintas dengan konsentrasi TSP yang terukur. Analisa volume kendaraan dua jalur secara terpisah dengan uji regresi linear sederhana menunjukkan korelasi rata-rata sebesar 0,366. Analisa volume kendaraan dua jalur bersamaan dengan uji regresi linear berganda menunjukkan korelasi sebesar 0,6095 namun masih mengindikasikan adanya korelasi negatif. Hasil penelitian ini juga menjelaskan faktor-faktor meteorologis yang membuat hubungan tidak linear antara volume kendaraan dengan konsentrasi TSP.

ABSTRACT
Suspended Particulate Matter (SPM) is one form of particulate pollutants with various sizes which are emitted by vehicles. SPM measurement is focused on Total Suspended Particulate (TSP), without consideration of its particle size. There are two classes of TSP, primary generation and secondary formation. The former is directly emitted from its sources, biogenic or anthropogenic. While secondary formation requires complex photochemical reactions involving various radicals in air. Those types of TSP will be measured in sampling. The secondary formation affects weak correlation between traffic volume and measured TSP concentration. Separated analysis of two-lane traffic volume with simple linear regression test shows an average correlation of 0.366. Concurrent analysis of twolane traffic volume with multiple regression tests show an average correlation of 0.6095, but still indicates a negative correlation. This research also explains meteorology factors that make non-linear correlation between traffic volume and TSP concentration."
2010
S50633
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Lestari
"Aerosol sangat penting untuk dikaji karena aerosol merupakan komponen penting dan mempunyai peranan dalam mempengaruhi perubahan iklim. Aerosol menyebabkan pendinginan secara global karena keberadaan aerosol di atmosfer dapat menutupi sinar matahari yang masuk ke dalam permukaan bumi. Sumber aerosol berasal dari penggunaan tanah, dan dipengaruhi oleh kondisi klimatologis berupa curah hujan, serta angin sehingga dapat diketahui pola hubungan dari ketiganya. Penelitian ini mengkaji pola distribusi aerosol di Jawa Bagian Barat menggunakan citra satelit MODIS. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode klasifikasi AOD kemudian sumber aerosol dioverlaykan dengan variabel curah hujan, angin, dan penggunaan tanah untuk melihat hubungan antara pola distribusi aerosol dengan ketiga variabel tersebut. Hasil penelitian ini nilai rata-rata AOD (Aerosol Optical Depth) tertinggi terjadi pada Oktober 2007 dengan nilai AOD 0,481 dan Agustus 2008 dengan nilai AOD 0,408. Pola distribusi aerosol menunjukkan nilai AOD tinggi terdapat di bagian barat dan utara Jawa bagian barat, penggunaan tanah berupa lahan terbangun, dan terjadi pada musim kemarau.

Aerosols become a important study recently because it could influence the climate. Aerosols could impact global dimming, because the presence of aerosols in the atmosphere could block when the sunshine entering the Earth's surface. Source of aerosols induced from the land use, and climatic conditions in the form of rainfall, and wind so that can be known the relationship pattern among them. This study examined aerosol distribution patterns in Western Java region using MODIS satellite imagery. The method used in this study using the grid method on three variables, and analyze the relationship among them. The result of this study shows the highest average of AOD (Aerosol Optical Depth) in October 2007 with a value of 0,481, and in August 2008 with a value of 0,408. Distribution of aerosols pattern has a value of AOD high in the west, and north of West Java, land use of building area, and occurred in dry season. "
Universitas Indonesia, 2011
S632
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>