Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hendra Maska
"ABSTRAK
Pendahuluan. Sel punca mesenkimal merupakan salah satu alternatif pengobatan yang menjanjikan, termasuk dibidang orthopedi. Sumsum tulang masih menjadi pilihan utama sumber sel punca mesenkimal, namun dikarenakan jumlah sel punca mesenkimal yang sedikit, prosedur pengambilan yang invasif dan nyeri, jaringan adiposa mulai digunakan sebagai alternatif dengan kemampuan yang sebanding. Tindakan minimal invasive pada implantasi sel punca pada kasus tulang belakang membutuhkan alat bantu image intensifier C-arm yang menyebabkan sel punca teradiasi sinar X. Penelitian ini bertujuan mengetahui efek pajanan sinar-x c-arm terhadap viabilitas dan potensi osteogenik sel punca mesenkimal dan membandingkan antar kelompok donor. Bahan dan Metode. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilaksanakan di UPT-TK Sel Punca RSCM januari 2016-februari 2017 . Sampel penelitian adalah sel punca mesenkimal jaringan adiposa dan sumsum tulang pasca kriopreservasi. Sel punca pasca thawing dan propagasi dilakukan pajanan sinar X C-arm dengan berbagai dosis yang dilakukan di Instalasi Bedah Pusat RSUPN Ciptomangunkusumo. Sel punca lalu dikultur dan dilakukan diffenrensiasi osteogenik. Peneliti melakukan analisis viabilitas, waktu penggandaan populasi dan potensi osteogenik dengan pewarnaan alizarin red. Seluruh data dianalisis dengan SPSS 20. Hasil. Tidak terdapat perbedaan viabilitas sel punca mesenkimal jaringan adiposa dan sumsum tulang pre radiasi, pasca radiasi serta pasca radiasi dan kultur pada dosis radiasi yang sama p>0,05 . Tidak terdapat perbedaan potensi osteogenik yang bermakna antara sel punca mesenkimal jaringan adiposa dan sumsum tulang p>0,05 . Terdapat penurunan waktu penggandaan populasi sel punca mesenkimal jaringan adiposa pada dosis radiasi > 5,94 mSv. Kesimpulan. Viabilitas dan potensi osteogenik sel punca mesenkimal sumsum tulang dan jaringan adiposa tidak dipengaruhi oleh paparan sinar X hingga 15,30 mSv. Sel punca mesenkimal jaringan adiposa menunjukkan waktu penggandaan populasi yang lebih pendek pada dosis yang lebih besar. Sel punca mesenkimal jaringan adiposa dan sel punca mesenkimal sumsum tulang memiliki potensi osteogenik yang sebanding

ABSTRACT
Introduction. Mesencymal stem cells MSCs is a promising alternative treatment in medicine, including in orthopedic. Bone marrow is still the main source for MSCs. Because of relative less stem cell number, limited source, pain and invasive procedure to obtain the bone marrow, adipose tissue is also considered as a valuable source of MSCs with equal potency. Minimally invasive MSC injections in spine need image intensifier C arm as guidance that potentially influence the cell viability and osteogenic potency. The aim of this study is to evaluate the radiation effects from C arm on the viability and osteogenicity among two types of MSCs. Material and Methods. This experimental study was held on Stem Cell Medical Technology Integrated Service Unit Cipto Mangunkusumo Hospital January 2016 February 2017 . Study samples were Adipose Tissue derived MSCs AT MSCs and Bone Marrow MSCs BM MSCs , which had undergone cryopreservation. After thawing and propagation process, we gave x ray radiation with a variety of doses to MSCs at the Operation Theater Cipto Mangunkusumo Hospital. After the radiation, MSCs was took back to the laboratory for culture and osteogenic differentiation. Author analyzed the viability, population doubling time, and osteogenic potential by alizarin red stain. All data were analyzed using SPSS 20. Results. There was no significant difference among MSCs groups in term of cell viability before radiation, after radiation, and after radiation and culture p 0.05 . There was also no significant difference of the osteogenic potential between the two MSCs groups p 0.05 . However, there was a reduction in population doubling time of AT MSCs radiated with more than 5.94mSv radiation dose. Conclusions. Viability and osteogenic potential of either AT MSCs or BM MSCs were not affected by x ray radiation up to 15.3 mSV. AT MSCs showed a shorter population doubling time when given larger radiation dose. AT MSCs and BM MSCs had equal osteogenic potency. "
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Geofani
"Sel Punca Mesenkim (SPM) dianggap sebagai sel yang sangat menjanjikan untuk terapi penyakit berdasar inflamasi karena potensi proliferasi multilineagenya, imunogenisitas rendah, migrasi spesifik ke jaringan yang cedera, dan efek imunomodulator potensialnya. Diperlukan data pendukung mengenai potensi imunomodulasi SPM dalam menghadapi kondisi proinflamasi sebelum digunakan dalam uji klinis. Dilakukan desain penelitian eksperimental in vitro kultur sel untuk menilai potensi imunomodulasi SPM yang berasal dari tali pusat (SPM-TP) dan asal jaringan adiposa (SPM-AD). Untuk menciptakan kondisi inflamasi, menggunakan kultur PBMC yang distimulasi dengan mitogen PHA, diikuti oleh kokultur dengan dua jenis SPM. Pengujian proliferasi dengan Ki67 dilakukan dengan qRT-PCR, pengujian sitokin proinflamasi IFN-γ, IL-1β, dan antiinflamasi IL-10 dilakukan dengan metode Luminex dan pengujian sitokin TGF-β dan IDO dilakukan mnggunakan metode ELISA. Hasil studi menunjukkan adanya perbedaan signifikan antara kelompok dengan perlakuan dan tanpa perlakuan, tetapi tidak terdapat perbedaan signifikan diantara dua kelompok perlakuan (SPM- TP dan SPM-AD). Namun, berdasarkan kemampuan untuk menekan proliferasi PBMC terlihat bahwa SPM-TP menunjukkan kemampuan yang lebih baik dibandingkan SPM-AD.

The Mesenchymal Stem Cells (MSCs) are considered highly promising for inflammatory disease therapy due to their multilineage proliferation potential, low immunogenicity, specific migration to injured tissues, and potential immunomodulatory effects. Supporting data on the immunomodulatory potential of MSCs in facing proinflammatory conditions are required before their use in clinical trials. An experimental in vitro cell culture research design was conducted to assess the immunomodulatory potential of MSCs derived from umbilical cord (UC-MSCs) and adipose tissue (AD-MSCs). To induce inflammatory conditions, peripheral blood mononuclear cells (PBMCs) were stimulated with PHA mitogen, followed by co-culture with the two types of MSCs. Proliferation testing using Ki67 was performed with qRT-PCR, proinflammatory cytokine testing (IFN-γ, IL-1β) and anti-inflammatory cytokine (IL-10) were conducted using the Luminex method, and TGF-β and IDO cytokine testing were performed using the ELISA method. The study results indicated significant differences between the treated and untreated groups, although no significant differences were observed between the two treatment groups (UC-MSCs and AD-MSCs). However, based on the ability to suppress PBMC proliferation, it was evident that UC-MSCs exhibited superior capabilities compared to AD-MSCs."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Nusrianto
"ABSTRAK
Penelitian yang ada memperlihatkan bahwa lemak visceral memiliki peran yang lebih penting dibandingkan lemak subkutan dalam patogenesis resistensi insulin dan Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2). Visceral Adiposity Index (VAI) merupakan rumus yang dikembangkan untuk mengestimasi akumulasi lemak visceral pada populasi Kaukasia dan memiliki nilai prediksi yang baik terhadap kejadian DMT2.

Tujuan. Untuk mengetahui apakah VAI dapat digunakan sebagai prediktor DMT2 pada populasi Indonesia.

Metode. Penelitian ini merupakan studi Kohort retrospektif, menggunakan data sekunder dari Studi Kohort PTM Litbangkes di Bogor tahun 2011-2016. Subyek dengan usia 25-65 tahun yang tidak menderita DMT2 di awal penelitian diobservasi. Insiden DMT2 baru dicatat, Uji Hipotesis yang dilakukan adalah uji cox regression multivariat. Analisis statistik dipisah berdasarkan gender.

Hasil. Subyek yang terinklusi penelitian 2852 orang (834 pria dan 2018 wanita). Didapatkan 149 kejadian DMT2 baru dalam observasi. Analisis multivariat VAI kuartil 4 merupakan prediktor independen terhadap kejadian DMT2 (HRadj Pria : 3,592 (1,34-9,6; p 0,001); Wanita: 2,95 (1,24-5,69; p 0,008)) dengan Attributable risk laki-laki AR: 74/1000; AR%: 75% dan  perempuan AR: 65/1000; AR%: 72%.

Kesimpulan. Visceral Adiposity Index (VAI) merupakan prediktor independen terhadap kejadian DMT2 pada populasi di Indonesia.


ABSTRACT
It has been reported that visceral fat plays a relatively more significant part in the progression to type 2 diabetes (T2DM) than subcutaneous fat. Visceral Adiposity Index (VAI) is an equation model developed in Caucasian to estimate visceral fat accumulation, and has been reported to better predict the development of T2DM.

Objective. To assessed whether VAI can be used as a predictor of T2DM in Indonesian population.

Method. We analysed a secondary data from the Bogor Non-communicable Diseases Cohort Study 2011-2016 which involved participants aged 25-65 years old without T2DM at baseline. Newly occurred diabetes were observed. DMT2 is define as having fasting plasma glucose ≥126 mg/dL, and or 2 hours post prandial blood glucose ≥ 200 mg/dL, or was diagnosed as DMT2 by a healthcare professionals. The role of VAI as the predictor for T2DM was analysed using Multivariate Cox regression.

Result.  We observed 2852 subjects (834 male and 2018 female). A total number of new DMT2 case were 149. Multivariate analysis shown that 4th quartile of VAI were independent predictor to DMT2 incidence (HRadj Male: 3,592 (1,34-9,6; p 0,001); Female: 2,95 (1,24-5,69; p 0,008)) with attributable risk within male population AR: 74/1000; AR%: 75% and female  AR: 65/1000; AR%: 72% respectively.

Conclusion. VAI is an independent predictor for T2DM in Indonesian population."

2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Artiko
"Latar Belakang: Penyakit kardiovaskular (PK) merupakan penyebab utama kematian dan merupakan beban kesehatan di seluruh dunia. Faktor risiko kardiovaskular salah satunya adalah diabetes melitus (DM) tipe 1. Faktor risiko ini berhubungan dengan durasi sakit dan kontrol gula darah yang diwakili dengan HbA1c. Tanda awal dari gangguan kardiovaskular dapat diperiksa dengan pemeriksaan biomarker seperti ketebalan jaringan adiposa epikardium (epicardial adipose tissue [EAT]), tunika intima media arteri karotis (carotid intima media thickness [CIMT]), dan massa ventrikel kiri (left ventricular [LV] mass).
Tujuan: Mengetahui korelasi durasi sakit dan HbA1c terhadap EAT, CIMT dan LV mass pada pasien DM tipe 1.
Metode: Penelitian ini adalah studi analitik potong lintang pada pasien DM tipe 1 yang terdapat di registri pasien DM tipe 1 di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Pengukuran CIMT, LV mass dan ketebalan EAT menggunakan alat berdasarkan ultrasonografi. Dilakukan analisis regresi linear untuk melihat korelasi durasi sakit dan HbA1c terhadap CIMT, EAT, dan LV mass.
Hasil: Median CIMT pada pasien DM tipe 1 adalah 530 (357–700) mikrometer, median EAT 0,4 (0,2-0,7) cm. Terdapat korelasi positif yang moderat durasi sakit terhadap EAT; dengan persamaan EAT (cm) = 0,350 + 0,001 durasi sakit (bulan), r=0,385 p<0,05, R2 14,8%. Terdapat korelasi positif yang moderat durasi sakit terhadap CIMT; dengan persamaan CIMT (mikrometer) = 498,481 + 0,313 durasi sakit (bulan), r=0,372 p<0,05, R2 13,8%. Tidak terdapat korelasi durasi sakit dengan LV mass. Tidak terdapat korelasi HbA1c terhadap CIMT, EAT dan LV mass.
Simpulan: Durasi sakit mempunyai korelasi positif terhadap CIMT dan EAT

Background: Cardiovascular disease is the leading cause of death and is a health burden in the world. One of the cardiovascular risk factors is type 1 diabetes mellitus (DM). This risk factor is related to the disease duration and control of blood sugar represented by HbA1c. Early signs of cardiovascular disorders can be examined by examination of biomarkers such as epicardial adipose tissue (EAT) thickness, carotid intima media thickness (CIMT), and left ventricular (LV) mass.
Objective: To determine the correlation of disease duration and HbA1c to EAT, CIMT and LV mass in patients with type 1 DM.
Methods: This study was a cross-sectional analytic study of type 1 DM patients found in the registry of type 1 DM patients in the Department of Pediatrics at Cipto Mangunkusumo Hospital. CIMT measurements, LV mass measurements and EAT thickness by ultrasound examination. Linear regression analysis was performed to see the correlation of disease duration and HbA1c on CIMT, EAT, and LV mass.
Results: The median CIMT in type 1 DM patients was 530 (357–700) micrometers, the median EAT was 0.4 (0.2-0.7) cm. There was a moderate positive correlation of the disease duration with EAT; by equation EAT (cm) = 0.350 + 0.001 disease duration (month), r=0.385 p<0.05, R2 14.8%. There was a moderate positive correlation of the disease duration with CIMT; by equation CIMT (micrometer) = 498.481 + 0.313 disease duration (month), r=0.372 p<0.05, R2 13.8%. There was no correlation of disease duration with LV mass. There was no correlation of HbA1c to CIMT, EAT and LV mass.
Conclusion: Disease duration has a positive correlation with CIMT and EAT.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Azzahra Fadhilah
"Pada penggunaan secara tunggal, daim jamblang dan kayu secang telah digunakan sebagai pengobatan antidiabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas dan keamanan ekstrak daun jamblang dan kayu secang (JASE) dalam kombinasi sebagai antidiabetes. Menganalisis aktivitas kombinasi ekstrak Syzigium cumini dan Caesalpinia sappan sebagai herba antidiabetes dan mengevaluasi keamanan melalui uji toksisitas akut. Uji aktivitas antidiabetik, menggunakan tikus model diabetes yang diberi pakan diet tinggi lemak High Fat Diet (HFD) kemudian diinduksi dua kali dengan Streptozotocin (STZ) dosis 35 mg/kgBB secara intraperitoneal. Pemberian STZ ke-2 selang seminggu. Subjek penelitian adalah tikus {Ratus novergicus) jantan galur Sprague-Dawley, sebanyak 45 ekor dibagi dalam 9 kelompok yaitu kontrol normal, negatif, positif (metformin 250 mg/kgBB), ekstrak jamblang (JA) 50 dan 100 mg/kgBB, ekstrak secang (SE) 50 dan 100 mg/kgBB, serta ekstrak JASE (1:1) 100 dan 200 mg/kgBB. Uji keamanan kombinasi ekstrak JASE (1:1) dilakukan dengan metode Fixed Dose sesuai Perka BPOM tahun 2014 yang mengacu pada OECD 420 tahun 2001. Subjek penelitian yang digunakan adalah mencit putih {Mus musculus) galur DDY betina. Pemberian JASE oral memiliki aktivitas anti hiperglikemik melalui proliferasi sel p-pankreas. JASE dalam penggunaan ekstrak tunggal maupun kombinasi ekstrak dapat menstimulasi pembentukan BAT {Brown Adipose Tissue) sebagai mekanisme termogenik dan mencegah hiperplasia pada patofisiologi diabetes tipe 2. Toksisitas akut kombinasi ekstrak JASE (1:1), masuk dalam kategori GHS {Globally Harmonized Classiifcation System for Chemical Substances and Mixtures) tipe-5 yang memiliki LDso berkisar pada dosis 5-15g/kg atau praktis tidak toksik, tetapi jika dilihat dari nilai AST dan ALT serta profil histopatologi, potensi hepatotoksisitas dan nefrotoksisitas dalam penggunaan kombinasi ini dalam jangka panjang hams diwaspadai.

Singly, jamblang and secang wood have been used as antidiabetic treatment. This study aims to evaluate the effectiveness and the safety of the jamblang leaf extract and secang wood in combination as an antidiabetic. Evaluate Effecticity of Syzygium cumini and Caesalpinia sappan combination as anti-diabetic herb and Its safety for use. The antidiabetic activity test, used an animal model which gaven food a high fat diet High Fat Diet (HFD) then it was induced with Streptozotocin injected intraperitoneally. The subjects used in the study were rats {Ratns novergicus) male strain Sprague-Dawley. The safety test of the combination ofjamblang leaf and secang wood extract was carried out using the Fixed Dose lisenced by Perka BPOM tahun 2014 base on OECD 420, 2001. The research subjects used were white mice {Mus musculus) DDY strain female mice. Oral administration of Jase has anti hyperglycemic activity through proliferation of P-pancreatic cells. Jase in single extract use or in combined extract can stimulate the forming of BAT (Brown Adipose Tissue) as thermogenic mechanism and prevent hyperplasia in the pathophysiology of type 2 diabetes. In the safety test for the combination of jamblang leaf and secang wood, regarding GHS {Globally Harmonized Classiifcation System for Chemical Substances and Mixtures) is categized in GHS 5 which has LD50 ranging in the dose of 5-15 g/g BW or practically non-toxic, but when viewed from the AST and ALT values and histopathological profile, the potential for hepatotoxicity and nephrotoxicity in the use of this combination in long term must be warned.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T59215
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ngantung, Robert Noldy
"Latar Belakang: Jaringan adiposa epikardial (JAE) sebagai jaringan adiposa visera penting peranannya dalam proses aterosklerosis di arteri koroner. Studi sebelumnya menunjukkan ketebalan adiposa epikardial lebih besar pada pasien dengan penyakit jantung koroner (PJK) Tujuan Mengetahui korelasi antara ketebalan adiposa epikardial dengan derajat stenosis arteri koroner pada pasien PJK stabil.
Metode: Dilakukan studi potong lintang pada tujuh puluh pasien PJK stabil yang menjalani angiografi koroner. Derajat stenosis arteri koroner dinilai dengan skor Gensini > 40 (berat) dan ≤ 40 (ringan-sedang). Ketebalan adiposa epikardial dinilai dengan ekokardiografi transtorakal pada fase sistolik akhir tampilan parasternal long axis.
Hasil: Nilai rerata ketebalan adiposa epikardial adalah 5,96 mm (SB 1,76) dan nilai median skor Gensini adalah 35,0 (kisaran 2-126). Analisis bivariat menunjukkan korelasi positif kuat yang bermakna (r = 0,768, p < 0,001). Nilai titik potong terbaik dari ketebalan adiposa epikardial yang memiliki nilai klinis berkaitan dengan derajat stenosis arteri koroner berdasarkan skor Gensini adalah 6,15 mm dengan sensitivitas 85,29%, spesifisitas 83,33%, nilai duga positif 82%, nilai duga negatif 85% dengan AUC sebesar 0,893 (IK 95% 0,814-0,971, p < 0,001).
Simpulan: Ketebalan adiposa epikardial berkorelasi signifikan dengan derajat stenosis arteri koroner berdasarkan skor Gensini. Ketebalan adiposa epikardial 6,15 mm memiliki kemampuan yang cukup baik untuk membedakan pasien PJK stabil ringan-sedang dan berat berdasarkan skor gensini.

Background: Epicardial adipose tissue (EAT) as part of visceral adipose tissue, has an integral role in the atherosclerotic cardiovascular disease. Previous studies have shown that EAT is thicker in those with coronary heart disease.
Objective: To determine the correlation of epicardial adipose thickness with the severity of coronary artery stenosis in stable coronary heart disease (CHD) patient.
Method: A cross-sectional study was conducted on seventy stable CHD patient undergoing coronary angiography. Severity of coronary artery stenosis was evaluated using Gensini scoring system : > 40 (severe) and ≤ 40 (mild-moderate). Epicardial adipose tissue was measured using transthoracic echocardiography at end-systole from parasternal longaxis view.
Results: Mean value of epicardial adipose thickness was 5,96 mm (SD 1,76) and median value of Gensini score was 35,0 (range 2-126). The correlation test showed a significant strong-positive correlation (r = 0,768, p < 0,001). The best cut-off point of epicardial adipose thickness which has a clinical value correlating to severity of coronary artery stenosis based on Gensini scoring system was 6,15 mm with the sensitivity 85,29 %, specificity 83,33%, positive predictive value 82 %, negative predictive value 85 % and AUC of 0,893 (CI 0,814-0,971, p < 0,001).
Conclusion: Epicardial fat thickness is significantly correlated to the severity of coronary artery stenosis based on Gensini scoring system. The thickness cutoff point of 6,15 mm has a good capability in discriminating mild-moderate dan severe stable CHD patient based on Gensini scoring system.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library