Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fia Silfia Luthfiani
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kualitas attachment dengan ibu dan motivasi berprestasi. Hetherington dan Parke (1993) mengemukakan bahwa attachment akan berdampak pada sense of self, yang salah satu aspeknya adalah self-efficacy (Nelson dan DeBacker, 2008). Kuatnya self-efiicacy pada individu dalam melaksanakan tugas berpengaruh pada besarnya harapan individu tersebut akan kesuksesan (Tracy, 1993, dalam Zenzen, 2002). Sigelman (1999) menyatakan bahwa harapan akan kesuksesan merupakan salah satu faktor yang dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap motivasi berprestasi. Untuk menjawab permasalahan penelitian, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan kuesioner sebagai alat ukur penelitian. Selain itu pendekatan kualitatif melalui wawancara terhadap lima orang partisipan juga dilakukan untuk memperkaya hasil penelitian. Partisipan dalam penelitian ini adalah santri tingkat pertama dari Pondok Pesantren Al-Furqon dan Pondok Pesantren Amanah yang terletak di Kabupaten dan Kota Tasikmalaya. Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara kualitas attachment dengan ibu dan motivasi berprestasi. Selain itu, hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa hampir seluruh partisipan memiliki hubungan attachment yang secure dengan ibu, dan secara umum santri Pondok Modern tingkat pertama memiliki skor motivasi berprestasi yang cukup tinggi. Hasil wawancara terhadap lima orang partispan menunjukan bahwa hal yang paling mendorong mereka untuk berprestasi adalah keinginan untuk dapat membahagiakan orang tua.

ABSTRACT
The aim of this research is to find either there is a relationship between quality of attachment with mother and achievement motivation or not. Hetherington and Parke (1993) state that attachment influence one?s sense of self, which one of its aspect is self-efficacy (Nelson and DeBacker, 2008). The degree of one?s self-efficacy in doing a task effects one?s perception about the probability of success (Tracy, 1993, in Zenzen, 2002). Sigelman (1999), states that probability of success is one of significant factors which influence achievement motivation. To answer question of this research, researcher use quantitative method with questionnaire as an instrument. Qualitative method also used by interviewing 5 participants to enrich the result of this research. The participants of this research are first grade students of Al-Furqon and Amanah Islamic Boarding School in Tasikmalaya. Result of this research showed that there is a significant positive correlation between quality of attachment with mother and achievement motivation. Beside of that, this research also found that generally, the first grade students of Islamic Modern Boarding School have a secure attachment with mother and a fairly achievement motivation. Result of the interview with 5 participants showed that the main reason for their achievement behavior is to make their parents happy."
2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
McClelland, David Clarence
New York: Free Press, 1971
338.9 MAC m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, O. Wempy
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik pekerjaan dan motivasi berprestasi dengan kinerja aparatur Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kelapa Gading. Karakteristik pekerjaan merupakan dimensi inti pekerjaan yang berisi sifat-sifat tugas yang bersifat khusus yang ada di dalam suatu pekerjaan yang meliputi aspek: variasi keterampilan, identitas tugas, signifikansi tugas, otonomi, dan umpan balik. Motivasi berprestasi adalah dorongan, keinginan dan tingkat kesediaan seseorang untuk mengeluarkan upaya dalam rangka mencapai prestasi terbaik ditinjau dari rasa tanggung jawabnya, pertimbangan terhadap resiko, umpan balik, inovatif, waktu penyelesaian tugas dan keinginan menjadi yang terbaik. Sementara kinerja adalah penilaian diri terhadap prestasi kerja yang diperlihatkan oleh seseorang dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan untuk mencapai tujuan, ditinjau dari aspek-aspek: kecepatan, kualitas, layanan, nilai, keterampilan interpersonal, mental untuk sukses, terbuka untuk berubah, kreativitas, keterampilan berkomunikasi, inisiatif, perencanaan dan organisasi.
Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan jenis penelitian survei. Jumlah sampel penelitian sebanyak 90 orang yang pengambilannya dilakukan dengan teknik sensus. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan korelasi Spearman Rank dan t-test yang dihitung dengan program SPSS versi 13.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik pekerjaan perpajakan memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kinerja aparatur Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kelapa Gading. Hasil ini bermakna bahwa semakin baik atau sesuai karakteristik pekerjaan perpajakan maka semakin tinggi kinerja aparatur; sebaliknya semakin buruk atau tidak sesuai karakteristik pekerjaan perpajakan maka semakin rendah kinerja aparatur. Motivasi berprestasi juga memiliki hubungan positif dan signifikan dengan kinerja aparatur Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kelapa Gading. Hasil ini memberikan arti bahwa semakin tinggi motivasi berprestasi maka semakin tinggi kinerja aparatur; sebaliknya semakin rendah motivasi berprestasi, maka semakin rendah kinerja aparatur.
Dengan merujuk pada hasil penelitian tersebut, maka karakteristik pekerjaan perlu dipelihara atau bahkan ditingkatkan dengan cara memberikan otoritas penuh kepada aparatur untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan sepanjang tidak merugikan aparatur bersangkutan, organisasi dan pihak lain. Pemberian otoritas dapat memberikan stimulus kepada aparatur untuk mengembangkan kreativitasnya, dan aparatur juga harus lebih bersikap fleksibel dan pandai mengatur emosi dalam menyikapi kondisi kerja. Motivasi berprestasi aparatur perlu ditingkatkan dengan cara menyediakan lingkungan dan kondisi kerja serta budaya organisasi yang memungkinkan aparatur dapat mengartikulasikan rasa tanggung jawab, pertimbangan terhadap resiko, umpan balik, inovatif, waktu penyelesaian tugas dan keinginannya menjadi yang terbaik.

This research is aimed at identifying the correlation between the characteristics of the work and achievement motivation of the staff at the Kelapa Gading Tax Office. The characteristics of the work is a core dimension of the work comprising of specific duties covering such aspects as skill variation, duty identity, duty significance, autonomy and feedback. Achievement motivation means a courage, eagerness and willingness of an individual to exert his best efforts in order to get the best achievement based on his sense of accountability; risk assessment, feedback, innovation, duty completion timeframe and enthusiasm to be the best. Meanwhile, the performance means assessment on the working achievement as achieved by an individual in performing his duties or work in order to achieve the objective, viewed from such aspects as speed, quality, service, value, interpersonal skills, mentality for success, openness to the change, creativity, communication skills, initiatives, planning and organization.
This research applies the quantitative approach and survey model. The number of the samples are 90 persons selected by a census technique. The data are collected by using questionnaires whose validity and reliability have been tested. The collected data are further analyzed by using the Spearman Rank correlation and t-test calculated by using SPSS version 13.0 program.
The results of the research indicate that the characteristics of the tax work has a positive and significant correlation to the performance of the staff at the Kelapa Gading Tax Office. It means that the better or more relevant the characteristics of the tax work is, the better performance of the staff will be achieved; on the contrary, the more worse or irrelevant the characteristics of the tax work is, the more worse the performance of the staff. The achievement motivation has also a positive and significant correlation to the performance of the staff at the Kelapa Gading Tax Office. This means that the higher the achievement motivation is, the better performance of the staff will be achieved; on the contrary, the lower the achievement motivation is, the more worse the performance of the staff will be.
With reference to the above stated results of the research, the characteristics of the work shall be well maintained or improved by way of granting a full authority to the staff in performing their duties or works to the extent that such authority shall not harm the concerned staff, his organization and other parties. The granting of such authority can stimulate the staff to develop his creativity and act more flexibly as well as to be able to manage their emotion in responding to the working conditions. The achievement motivation of the staff shall be improved by way of providing working climate and conditions as well as organizational culture which enable them to articulate their sense of accountability, risk assessment, feedback, innovation, duty completion timeframe and enthusiasm to be the best.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T22916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Virginia D.A. Ekaputri
"Bertentangan dengan kualitas secara umum yang dimiliki anak berbakat yang membuatnya diharapkan untuk menampilkan produktivitas dan pemenuhan diri, penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya justru menemukan setidaknya 15-50 persen jumlah siswa berbakat dalam suatu kelas mengalami fenomena underachievement. Fenomena ini dijelaskan sebagai adanya ketidaksesuaian antara potensi yang dimiliki dengan prestasi yang ditunjukkan dimana prestasi berada lebih rendah daripada potensi yang dimiliki. Underachievement biasanya dimulai pada pertengahan Sekolah Dasar, akan tetapi baru pada Sekolah Menengah Pertama atau kala anak berbakat menginjak usia remaja gejalanya menetap dan lebih terlihat. Penyebab underachievement sendiri lebih mengarah pada kurangnya motivasi berprestasi yang menyebabkan perilaku-perilaku yang tidak mendukung pencapaian prestasi yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Tuckman (1999) mengajukan tripartite model of motivation for achievement yang terdiri dari 3 komponen attitude, drive, dan strategy. Model ini dinilai sesuai untuk menjelaskan mengenai gambaran motivasi berprestasi pada anak berbakat berprestasi kurang karena Tuckman lebih memfokuskan pada "will", daripada "skill" yang tentunya telah dimiliki oleh anak-anak berbakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi gambaran motivasi berprestasi berdasarkan tripartite model of motivation for achievement, antara attitude, drive, dan strategi yang dimiliki remaja berbakat berprestasi kurang. Attitude dioperasionalisasikan ke dalam konsep self efficacy, drive dioperasionalisasikan ke dalam konsep incentive value, dan strategy dioperasionalisasikan ke dalam konsep self regulation. Hasil yang didapatkan dari penelitian yang menggunakan metode kualitatif melalui wawancara langsung kepada 5 orang subyek cukup menarik. Keunikan tiap subyek terlihat dimana 2 dari 5 orang subyek menunjukkan karakteristik orang dengan self efficacy tinggi, dua lainnya menunjukkan self efficacy yang rendah, sedangkan satu orang subyek menunjukkan self efficacy menengah. Hasil pada komponen selanjutnya adalah kelima subyek memiliki incentive value berupa motivasi ekstrinsik dan intrinsik yang mendorong usahanya mencapai prestasi yang baik. Terakhir, pada gilirannya kelima subyek mengaplikasikan strategi-strategi efektif yang dapat membantunya dalam mencapai prestasi yang baik. Akan tetapi, peneliti menemukan masalah pada strategi dimana walaupun subyek melakukan strategi-strategi pembelajaran yang dianggap efektif, namun usaha mereka seringkali terganggu oleh hal-hal lain di luar pembelajaran sehingga prestasi yang diharapkan pun belum dapat terwujud.

Gifted children are known to have certain qualities that would help them fulfil stereotypic expectations of productivity and self-fulfilment. Unfortunately, some research has found that 10-50 percents of gifted children are facing underachievement syndrome. This phenomenon of underachievement is defined as discrepancy between actual and expected levels of attainment. While signs of underachievement often begin by third or fourth grade, middle school or junior high usually marks the highest point of consistent underachievement. It may simply become more visible when children reach adolescence. The causes of underachievement lead to lack of achievement motivation. The problem in achievement motivation can make children behave in unconstructive ways in order to gain achievement that is relevant to the potential they possess. Tuckman (1999) presented tripartite model of motivation for achievement that includes three generic motivational factors that influence outcome attainment: attitude, drive, and strategy. This model is appropriate to describe gifted underachievers achievement motivation because its focus is on will, or the motivation to achieve the outcome that is considered separately from level of skill, that is controlled for in sampling of gifted children. The purpose of this research is to explore achievement motivation of gifted underachievers based on Tuckman`s tripartite model of motivation for achievement, which includes attitude, drive, and strategy. The factors of the model are operationalized as self-efficacy for attitude, incentive value for drive, and self-regulation for strategy. The qualitative research was conducted by interviewing five subjects that represented the appropriate characteristics of adolescent gifted underachievers. It brings interesting and unique results of all five gifted underachiever subjects. Firstly, two out of five subjects have shown characteristics of people high in self-efficacy, while two others shown the other way around. The other subject tends to show middle level of self-efficacy. Secondly, all five subjects have shown incentive value from extrinsic and intrinsic motivation that drives them to work hard for good performance. In turn, all five subjects apply effective learning strategies that can help them realize high achievement. However, research have found problem in learning strategies done by subjects where subjects are prone to obstacles outside the realm of learning that makes them underachieve."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umie Retno Indriemayuni
"Fenomena dunia olahraga Indonesia saat ini antara lain telah melambungkan suatu iming-iming atau insentif pada para atlet yang akan berlaga dalam multi-event internasional. Insentif menurut Gage dan Berliner (1984) adalah janji atau harapan. Insentif yang diberikan diharapkan dapat memotivasi atlet untuk berprestasi dan mampu memperoleh gelar terbaik dalam persaingan dengan negara-negara lain. Bandura (1986) menyatakan terdapat insentif dalam bentuk tangible (nyata) dan sosial. Insentif dalam bentuk nyata meliputi trofi, medali atau uang, dan insentif sosial dapat berupa penghargaan atau penerimaan orang lain atas suatu keberhasilan. Dalam perkembangannya di tanah air, insentif merambah pada multi-event di tingkat nasional, baik dalam tingkat antar provinsi seperti Pekan Olahraga Nasional (PON ), bahkan antar kabupaten dalam suatu Provinsi atau Pekan Olahraga Daerah (PORDA). Insentif mendorong atlet mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dalam menghadapi suatu pertandingan untuk dapat berprestasi tinggi. Karena insentif diharapkan akan mampu membantu meningkatkan gaya hidup. Loudon dan Della Bitta (1993) menyatakan bahwa gaya hidup (lifestyle) diekspresikan melalui minat dan pendapat dalam berinteraksi dengan lingkungan. Dengan insentif yang diperoleh, atlet dapat memenuhi kebutuhannya sesuai dengan minat dan pendapatnya yang dianggap baik untuk dirinya Yang menarik dalam penelitian ini adalah tetap tampilnya atlet perempuan senior yang telah memasuki masa pasca golden-age (prestasi puncak) dalam kompetisi baik nasional maupun persaingan untuk menjadi duta Indonesia di arena Internasional. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa insentif telah mendorong atlet untuk terus berprestasi, karena dengan berprestasi akan memperoleh peningkatan hidup. Namun demikian prestasi harus ditingkatkan melalui catatan skor, mengingat cabang olahraga yang yang ditekuni subjek merupakan cabang olahraga terukur. Prestasi yang dicetak diharapkan juga dapat membuat atlet bersikap mawas diri karena dengan berprestasi, atlet menjadi panutan dalam lingkungan. Penelitian ini dilakukan pada 4 (empat) atlet panahan perempuan berusia 25-45 tahun dan sampai kini tetap menjadi andalan Indonesia di arena internasional. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan menyeluruh tentang bagaimana insentif memotivasi subyek untuk mencapai prestasi.;-"
2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Piseria Rulita
"ABSTRAK
This study aims to determine the relationship between mobility and orientation skills and achievement motivation in blind people in the Social Institution Bina Netra Yogyakarta. The hypothesis of this study is there is a positive relationship between mobility and orientation skills and achievement motivation in blind people. The subjects were 20 students in grade 3 were studied in Social Institution Bina Netra Yogyakarta. The research data were revealed by documentation of mobility and orientation skills and Achievement Motivavtion scale. From the data analysis using Pearson product moment correlation result a coefficient of 0.764 with p: 0.000 (p 0.01). Results of the data analysis means that hypotheses are accepted, which means that there is a positive relationship between mobility and orientation skills and achievement motivation in blind people. The higher the orientation and mobility skills, the higher the archievement motivation. Orientation and mobility skills contributes to achievement motivation amounted to 58.4 percent, which means that the remaining balance of 41.6 percent achievement motivation is determined by other factors."
Yogyakarta: Pusat Layanan Difabel (PLD), 2015
370 JDSI 2:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wahyono
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi dan motivasi berprestasi terhadap kinerja dosen. Kinerja dosen merupakan aspek yang penting dalam melaksanakan pendidikan; karena kualitas pendidikan akan banyak dipengaruhi dan ditentukan oleh kualitas kependidikannya. Politeknik sebagai salah satu bentuk pendidikan tinggi mengemban tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan pendidikan untuk menghasilkan tenaga tingkat madya yang handal dan profesional. Perbaikan kinerja dosen dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, tetapi dalam penelitian ini hanya dibatasi pada budaya organisasi dan motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi sebagai salah satu indikator, merupakan dimensi yang penting untuk meningkatkan kinerja dosen. Penelitian ini dilakukan di Politeknik Universitas Indonesia yang pada awal tahun akademik 2001-2002 akan resmi berubah nama menjadi Politeknik Negeri Jakarta. Populasi dan sampel meiiputi seluruh dosen dari lima jurusan yang ada?(Abstrak tidak lengkap ter-scan)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T10114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Budiyanto
"Sub Bagian Umum Kepegawaian ini merupakan bagian yang sangat vital, untuk itu seharusnya pegawainya mampu menunjukkan performance kerja yang terbaik. Performance kerja yang baik akan muncul apabila pegawai tersebut memiliki motivasi berprestasi yang tinggi. Namun demikian hanya beberapa orang saja yang menunjukkan perilaku yang diharapkan. Banyak pegawai yang justru menunjukkan perilaku yang sebaliknya, hal ini bisa dilihat dari beberapa indikasi seperti tingginya jumlah absensi, seringnya pegawai terlambat datang atau pulang lebih awal dan banyaknya pegawai yang melakukan aktivitas lain di luar tugas dinas.
Beberapa fenomena tersebut di atas mengindikasikan lemahnya motivasi berprestasi. Mereka tidak memiliki tanggung jawab yang memadai sebagai seorang pegawai, perilaku mereka tidak menunjukkan adanya keinginan untuk mencapai suatu target tertentu, mereka juga tidak ada usaha untuk dapat mengungguli apa yang telah dicapai oleh pegawai lain. Lemahnya motivasi pegawai dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya : atasan yang kurang peduli, beban kerja yang tidak merata, placement pegawai yang kurang tepat, kesejahteraan pegawai yang tidak terpenuhi, dan ketidakharmonisan hubungan dengan atasan atau rekan kerja yang tidak baik.
Permasalahan di atas itu dapat mempengaruhi produktivitas kerja yang nantinya akan menghambat pencapaian tujuan organisasi. Untuk itu akan diupayakan satu alternatif pemecahan masalah yang ada, bagaimana cara meningkatkan motivasi berprestasi pegawai Sub Bagian Umum Kepegawaian Direktorat Jenderal Pemasyarakatan dengan cara memberikan suatu pelatihan yaitu Achievement Motivation Training (AMT). Hal ini dilakukan untuk merubah sikap dan perilaku pegawai yang kurang mendukung terhadap pencapaian produktivitas kerja yang tinggi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Kurniawan
"Salah satu tugas aparatur pajak adalah melakukan pemeriksaan yang bertujuan untuk memastikan apakah Wajib Pajak sudah melakukan kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan. Kinerja pemeriksaan yang dilakukan oleh para aparatur pemeriksa akan menentukan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya, yang lebih lanjut akan menentukan tingkat penerimaan negara. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas pemeriksaan yang diantaranya adalah budaya organisasi dan motivasi berprestasi.
Budaya organisasi adalah nilai-nilai, asumsi-asumsi dan keyakinankeyakinan dasar yang dirasakan bersama oleh anggota organisasi yang meliputi: inisiatif individu, toleransi terhadap risiko, integrasi, dukungan manajemen, pengawasan, identifikasi, sistem penghargaan, toleransi terhadap konflik, dan poly komunikasi. Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan, keinginan, dan tingkat kesediaan seseorang untuk mengeluarkan upaya dalam rangka mencapai prestasi terbaik yang diukur dengan indikator: tanggung jawab, pertimbangan terhadap risiko, umpan balik, inovatif, waktu penyelesaian tugas, dan ingin menjadi yang. Kualitas pemeriksaan pajak adalah kondisi dinamis yang mencerminkan upaya aparatur pajak dalam melakukan korespondensi, pemeriksaan kantor, dan pemeriksaan lapangan atas wajib pajak
Penelitian menggunakan desain korelasional dengan melibatkan 42 responden yang diambil teknik sensus. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang sebelumnya telah teruji validitas dan reliabilitas. Uji validitas menggunakan korelasi Product Moment dan uji reliabilitas dengan menggunakan Alpha Cronbach. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan formula statistika, yakni korelasi dan regresi yang perhitungannya dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 12.
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa budaya organisasi dan motivasi berprestasi tergolong baik, sedangkan untuk kualitas pemeriksaan belum baik karena pada umumnya belum mencapai target yang ditetapkan. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa budaya organisasi dan motivasi berprestasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas pemeriksaan pajak. Budaya organisasi memberikan kontribusi sebesar 29%, motivasi berprestasi 42,3%, dan secara bersama-sama budaya organisasi dan motivasi berprestasi memberikan kontribusi 44,2%. Dengan demikian kesimpulan penelitian ini adalah semakin baik budaya organisasi dan semakin tinggi motivasi berprestasi maka semakin baik kualitas pemeriksaan pajak, sebaliknya semakin buruk budaya organisasi dan semakin rendah motivasi berprestasi maka semakin buruk pula kualitas pemeriksaan pajak.
Budaya organisasi perlu ditingkatkan dengan mereduksi nilai-nilai yang kurang relevan untuk kebutuhan pengembangan organisasi dan karyawan yang harus didahulul oleh kegiatan riset secara intens dan series untuk menemukan nilai-nilai budaya yang usang dan berusaha mengidentifikasi nilai-nilai baru. Sementara motivasi berprestasi dapat ditingkatkan dengan perbaikan sistem pengembangan karir dan promosi yang lebih baik, obyektif dan adil. Untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini ada baiknya dilakukan penelitian lanjutan serupa dengan mengambil obyek yang berbeda dan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga diperoleh wilayah generalisasi yang lebih luas.

The one of tax auditor's tasks is to audit and to ensure whether taxpayers have paid their tax obligations correspond to the rule. The performance of auditing done by the auditors will determine the degree of taxpayer compliance in paying their tax obligations, which in turn will affect the degree of state receivable. This research was aimed to examine factors affecting the quality of tax auditing, in which two among many were organizational culture and achievement motivation.
Organizational culture defined as values, assumptions and confidences of the base felt together by organizational member which cover: individual initiative, tolerance to risk, integration, management support, observation, identify, appreciation system, tolerance to conflict, and communications pattern. Achievement motivation is motivation, desire, and storey, level readiness of someone to do the effort for the agenda of reaching the best achievement which measured with indicator: responsibility, consideration to risk, feed back, innovative, time solution of duty, and want to be the best. Quality of tax auditing is dynamic condition which expresses the effort tax auditor's in doing the correspondence, inspection of office, and inspection of field of taxpayer.
42 respondents were participated using census sampling. Questionnaires were used to collect data after testing their validity using Pearson Product Moment and reliability using Alpha Cronbach. Obtained data then were examined using correlation and regression technique with SPSS V. 12.
The results showed that organizational culture and the achievement motivation could be characterized as good, while for the quality of tax auditing not yet good, because generally they not yet reached specified goals. Hypotheses testing showed that organizational culture and achievement motivation had positive and significant influence toward the quality of tax auditing. Organizational culture gave 29% contribution, achievement motivation gave 42.3%, and both organizational culture and achievement motivation gave 44.2%. Thus, it could be concluded that the better organizational culture and the higher achievement motivation, the better the quality of tax controlling among tax controllers: and vice versa.
Organizational culture needs improving by decreasing obsolete values which are not relevant to the need of developing organization and employees. Intense and serious researches needed to discover obsolete values, and to identifying new values. Achievement motivation can be increased by improving career development system and better promotion, objectively and considering justice. To follow up this study, further similar researches using different objects and bigger sample size needed, so that generalization will be larger.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22238
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima E. Delta
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Prokrastinasi Akademis dengan Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Prokrastinasi akademis adalah suatu perilaku menunda untuk memulai atau menyelesaikan suatu tugas dalam konteks akademis (Ferrari, 1995). Penelitian ini merupakan penelitian ex post facto field study. Prokrastinasi Akademis diukur dengan skala Prokrastinasi Akademis yang terdiri dari 20 item (a= .833). Motivasi Berprestasi diukur dengan Skala Motivasi Berprestasi yang terdiri dari 30 item (a = .833).
Hasil penelitian pada 57 orang mahasiswa (41 perempuan, 16 laki-laki) Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dengan rentang angkatan 2003, 2004, 2005, 2006 dengan korelasi pearson menunjukkan hubungan yang signifikan secara negatif antara prokrastinasi akademis dengan motivasi berprestasi (r = - .382**,p<.01) yang berarti semakin tinggi tingkat prokrastinasi akademisnya maka akan semakin rendah motivasi berprestasi. Sementara dengan menggunakan analisa regresi dengan metode stepwise, ditemukan bahwa dimensi tangguh dari motivasi berprestasi paling mempengaruhi prokrastinasi akademis (0.518, p=.000<.05).
Berdasarkan hasil penelitian disarankan untuk mengambil sampel yang lebih luas, tidak hanya di Fakultas Psikologi, namun juga di Fakultas/Jurusan lainnya. Kemudian dapat dikombinasikan dengan metode wawancara agar hasil penelitian lebih optimal.

Purpose of this study is to find out the correlation between Academic Procrastination with Achievement Motivation at Student College in Faculty Psychology University of Indonesia. Academic procrastination can define as delaying behavior to start or to finished tasks in context academic. (Ferrari, 1995). This study are constitute of ex post facto field study. Using correlation pearson and regresi analyse for statistic method. Academic Procrastination measured by Academic Procrastination scale, that consist of 20 item with (a= .833). Furthermore, Achivement motivation measure by Achivement Motivation Scale, that consist of 30 item with (a = .833).
Result of this study at 57 university student (41 women, 16 men) at Faculty of Psychology University Indonesia with distance lift 2003, 2004, 2005, 2006 . Statistical correlation pearson show significan correlation negatively between academic procrastination with achievement motivation (r = - .382**,p<.01) which mean, more and more score of academic procrastination, then so get lower the score of achievement motivation. Meanwhile, using analyse regresion with stepwise method. This study findout that dimension sturdy of achivement motivation is the most have great influence to academic procrastination (0.518, p=.000<.05).
Basic on result, suggest to take sample more widely, not only in Faculty of Psychology but at other Faculty. Also, can combine with interview methode for optimal and enrichment result.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>