Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Mirvat
"Tanaman akar kucing (Acalypha indica Linn.) telah lama dikenal sebagai obat tradisional, tetapi penggunaannya masih didasarkan pada pengalaman empiris sebagai antiradang, antirematik, diuretik, dan pencahar. Khasiat dan keamanannya belum teruji sehingga perlu dilakukan penelitian tanaman, simplisia dan ekstraknya untuk menghasilkan bahan baku obat dengan mutu yang konstan dan dapat dijadikan standar. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan beberapa parameter spesifik dan non spesifik ekstrak air akar tanaman akar kucing yang digunakan sebagai obat sehingga dapat menjamin bahwa ekstrak tersebut mempunyai nilai parameter yang konstan dan mutu yang konsisten. Standardisasi dilakukan terhadap ekstrak air akar tanaman akar kucing yang berasal dari Tawangmangu, Depok dan Purwodadi. Proses ekstraksi dilakukan dengan cara dekoktasi. Metode penetapan parameter spesifik dan non spesifik yang digunakan sesuai dengan yang ditetapkan dalam buku "Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat" yang diterbitkan oleh Badan POM. Hasil penelitian terhadap ekstrak dari ketiga daerah menunjukkan bahwa ekstrak yang dihasilkan berupa ekstrak kental berwarna coklat kehitaman, berbau khas agak manis dan rasa pahit.
Rendemen ekstrak air akar kucing berkisar antara 11,37-13,71%. Kadar senyawa terlarut dalam air berkisar antara 9,6-14,6%, sedangkan kadar senyawa terlarut dalam etanol berkisar 0,95-2,16%. Susut pengeringan berkisar antara 16,2-39,4% dan kadar air berkisar antara 26,3-47,1%. Kadar abu total berkisar antara 17,8-20,8%, sedangkan kadar abu tidak larut asam berkisar antara 1,12-2,73%. Uji kandungan kimia ekstrak menunjukkan bahwa ekstrak air akar tanaman akar kucing mengandung triterpenoid atau saponin. Kromatogram lapis tipis dan kromatogram lapis tipis densitometer dielusi dengan kombinasi fase gerak toluena-etil asetat (85:15). Pengamatan di bawah sinar ultraviolet panjang gelombang 254 nm dan 366 nm memperlihatkan lima bercak yang berfluoresensi biru (Rf 0,08; 0,75) dan kuning (Rf 0,38; 0,86; 0,93) setelah disemprot menggunakan H2SO4/etanol dan dipanaskan. Pola kromatogram densitometer ekstrak Tawangmangu hampir mirip dengan ekstrak Depok, sedangkan ekstrak Purwodadi agak sedikit berbeda dari yang lain."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S32789
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhlas Rahmadi
"Pegagan (Centella asiatica) dan akar kucing (Acalypha indica) adalah beberapa tanaman herbal yang sering digunakan di kawasan Asia, termasuk Indonesia. Kedua tanaman ini diketahui memiliki antioksidan yang mampu melawan radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas adalah molekul penyebab stress oksidatif dan menimbulkan berbagai penyakit degeneratif seperti kanker, aterosklerosis, dan penyakit Alzheimer, sehingga penggunaan tanaman herbal dapat menjadi salah satu alternatif. Penelitian ini membandingkan aktivitas antioksidan dari ekstrak air Centella asiatica tunggal dengan ekstrak air campuran simplisia Centella asiatica dan Acalypha indica dengan metode pengukuran spektrofotometri menggunakan DPPH sebagai indikator. Kombinasi dari ekstrak air simplisia kedua tanaman diharapkan memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dibanding ekstrak Centella asiatica tunggal. Selain itu juga dilakukan penilaian kandungan fitokimia dari kedua ekstrak.
Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak air campuran simplisia kedua tanaman memiliki kandungan fitokimia berupa flavonoid, saponin, dan tannin sedangkan ekstrak air Centella asiatica mengandung tannin, saponin, triterpenoid, serta kemungkinan terdapat flavonoid. Pengukuran nilai EC50 dari ekstrak air Centella asiatica tunggal dan ekstrak air campuran simplisia kedua tanaman masing-masing memberi nilai 20,3 mg/mL dan 17,83 mg/mL. Pengukuran nilai EC50 juga dilakukan pada vitamin C sebagai kontrol positif dan menghasilkan nilai sebesar 0,022 mg/mL. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ekstrak air campuran simplisia Centella asiatica dan Acalypha indica memiliki aktivitas antioksidan yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak air Centella asiatica tunggal.

Centella asiatica and Acalypha indica are herbal plants which are often used in many regions of Asia, including Indonesia. These plants are known to contain antioxidants which act against free radicals. Free radicals are melocules which can cause oxidative stress and triggers degenerative diseases such as cancer, atherosclerosis, and Alzheimer’s disease, therefore the usage of herbs can be an alternative. This research compares the antioxidant activities of water extract of Centella asiatica and the water extract of the combination of Centella asiatica and Acalypha indica simplisia by spectrophotometric measurement method using DPPH as indicator. The water extract of simplisia combination of both plants is expected to have better antioxidant activity compared to only Centella asiatica water extract. The evaluation of phytochemical contents of both extracts is also carried out.
The results showed that the water extract of simplisia combination of both plants has phytochemical content such as flavonoids, saponins, and tannins while water extract of Centella asiatica contains saponins, triterpenoids, and possibly flavonoids. EC50 measurement of water extract of Centella asiatica and water extract of simplisia combination of both plants results in value of 20,3 mg/mL and 17,83 mg/mL respectively. EC50 measurement is also performed on vitamin C as positive control and generates the value of 0,022 mg/mL. Those results showed that the water extract of the combination of Centella asiatica and Acalypha indica simplisia has better antioxidant activity compared to only Centella asiatica water extract.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinuraya, Fira Alyssa Gabriella
"Hiperurisemia merupakan faktor risiko independen dari sindroma metabolik. Kadar asam urat dikontrol dengan allopurinol. Akan tetapi, pemakaiannya pada pasien sindroma metabolik berisiko menimbulkan severe cutaneous adverse reactions SCAR . Oleh sebab itu, penelitian eksperimental ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas anti-hiperurisemia allopurinol dengan ekstrak etanol akar Acalypha indica terhadap perubahan kadar asam urat tikus hiperurisemia yang diinduksi dengan diet tinggi fruktosa dan kolesterol DTFK selama tujuh minggu. Dua puluh lima tikus dibagi menjadi lima kelompok, yaitu kelompok kontrol normal, kelompok DTFK, kelompok allopurinol 30 mg/kgBB, kelompok Acalypha indica 250 mg/kgBB, dan kelompok kombinasi allopurinol dan Acalypha indica. Periode terapi empat minggu akan disertai dengan DTFK.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok allopurinol memiliki peningkatan kadar asam urat terkecil, yaitu 1,2944 mg/dL SD 0,6884 mg/dL, sedangkan kelompok Acalypha indica menunjukkan peningkatan kadar asam urat, 1,8388 mg/dL SD 1,4842 mg/dL, yang tidak jauh berbeda dari kelompok DTFK, 1,7632 mg/dL SD 1,2625 mg/dL. Kelompok kombinasi menunjukkan peningkatan kadar asam urat yang tertinggi yaitu 2,2825 mg/dL SD 2,1969 mg/dL. Meskipun demikian, perbedaan ini tidak bermakna secara statistik. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor variasi genetik pada tikus dan kurangnya dosis terapi Acalypha indica.

Hyperuricemia is an independent risk factor of metabolic syndromes. Allopurinol is used to control uric acid level. However, usage in patients with metabolic syndrome is associated with the risk of severe cutaneous adverse reactions SCAR. Therefore, this experimental study aims to compare the anti hyperuricemic activity of allopurinol with etanol extract of Acalypha indica towards uric acid levels alteration in hyperuricemic rats induced by high fructose and high cholesterol diet. Twenty five rats are divided into five groups, that is group normal diet group, DTFK group, allopurinol 30 mg kg bw group, g Acalypha indica 250 mg.kg bw group, and combination of allopurinol and Acalypha indica group. Treatment is given in four weeks with continuity of the high fructose and high cholesterol diet.
Results shows allopurinol group have the smallest increase in uric acid level, 1.2944 mg dL SD 0.6884 mg dL. Acalypha indica group shows similar increase in uric acid level with DTFK group, 1.8388 mg dL SD 1.4842 mg dL, and 1.7632 mg dL SD 1.2625 mg dL respectively. Combination group shows the highest increase in uric acid level, 2.2825 mg dL SD 2.1969 mg dL. However, these differences are not significant. This could be caused by the small dose of Acalypha indica and the possibility of rats rsquo genetic variation in the study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Stefanus
"Stroke memiliki insiden yang cenderung meningkat dari tahun ke tahun, dengan gejala sisa terutama berupa hemi/paraplegia. Obat konvensional yang dipakai untuk pengobatan stroke relatif mahal dan memiliki banyak efek samping. Ekstrak air akar dari tanaman akar kucing (Acalypha indica Linn.) dipercaya masyarakat dapat mengatasi gejala hemi/paraplegia. Akar kucing memiliki efek antiradang, diuretik, antibiotik, laksatif, hemostasis, antidiabetes, dan menurunkan asam urat. Sampai saat ini, belum ada uji mengenai efek ekstrak air akar dari tanaman akar kucing tersebut, baik in vitro, eks vivo, maupun in vivo (uji praklinik) sebagai neuroterapi. Oleh karena itu, akan dilakukan uji efek neuroterapi ekstrak akar air dari Acalypha indica Linn. secara eks vivo. Penelitian eksperimental ini menggunakan sampel otot gastroknemius katak Bufo melanostictus Schneider. Pertama-tama setiap sampel direndam dengan ringer selama 10 menit, dicatat kontraksinya, kemudian dibilas. Selanjutnya direndam dengan pankuronium bromida 2 mg selama 10 menit, dibilas, saraf dirangsang dan dicatat kontraksinya.
Sampel kemudian direndam ekstrak air akar Acalypha indica Linn. dengan dosis 5 mg dan 10 mg selama 10 menit, saraf dirangsang dan dicatat kontraksinya. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah aktivitas listrik otot katak seperti jumlah dan lama repolarisasi, depolarisasi, flat, dan amplitudo setelah distimulasi. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji Anova satu arah. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbaikan pada lama depolarisasi pada kelompok dosis 5 mg dan 10 mg (p=0,941) dan lama repolarisasi pada kelompok dosis 10 mg (p=0,657), walaupun hasil ini secara statistik tidak signifikan.

Stroke incidence is likely to increase over time, with hemi/paraplegia as the common symptoms after stroke. Conventional drugs use for treatment of stroke is relatively expensive and have many side effects. People believed that extract water from the root of Acalypha indica Linn. can overcome the symptoms of hemi/paraplegia. Acalypha indica Linn. have the effect anti-inflammation, diuretics, antibiotics, laxative, hemostatis, anti-diabetic, and anti-urosemic. Until now, there has been no test of the effect of water extract from the roots of Acalypha indica Linn. both in vitro, ex vivo or in vivo (preclinical trial) as neurotherapy.
Therefore, a test will be conducted to test the neuro-therapy effect of water extract from the roots of Acalypha indica Linn. ex vivo. M. gastrocnemius of frog Bufo melanostictus Schneider used in this experimental study as a sample. First each sample soaked with the ringer for 10 minutes, and the contraction is recorded, then rinsed. Second sample soaked with pancuronium bromide 2 mg for 10 minutes, rinsed, nerve stimulated, contraction recorded then rinsed. Then sample soaked with extract with dose of 5 mg and 10 mg for 10 minutes, nerve stimulated and contraction recorded. Parameters measured in this study were electrical activities of frog muscle, such as amount and duration of repolarization, depolarization, flat (resting potential), and amplitude after stimulation. Data are analyzed statistically with the one way Anova test. Results of this study indicate the improvement in the long depolarization in the 5 mg and 10 mg dose group (p=0.941) and long repolarization in the 10 mg dose group (p=0,657), although these result is not statistically significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faustine
"Kelumpuhan akibat miastenia gravis kini diobati dengan antikolinesterase sebagai obat lini pertama. Obat-obatan tersebut relatif mahal serta memiliki banyak efek samping sehingga dibutuhkan obat baru yang memiliki efektivitas tinggi tetapi aman digunakan dalam jangka panjang. Akar kucing (Acalypha indica Linn.) telah terbukti secara empiris untuk mengatasi gejala hemi/paraplegi. Namun, belum ada bukti ilmiah mengenai efeknya sebagai neuroterapi. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek neuroterapi ekstrak akar Acalypha indica Linn. secara eks vivo. Pada penelitian digunakan tiga kelompok percobaan, yaitu kelompok ekstrak dosis 10 dan 15 mg, serta kontrol. Tiap kelompok menggunakan empat sampel. Sediaan otot gastroknemius katak direndam dengan ringer, kemudian dengan pankuronium bromida 4 mg, masing-masing selama 10 menit. Setelah itu, perendaman dilanjutkan dengan ekstrak dosis tertentu selama 10 menit. Pada setiap perlakuan, dilakukan pengukuran lama depolarisasi, lama repolarisasi, lama flat, dan amplitudo kontraksi pada stimulasi 5 mV. Efek neuroterapi ditentukan dari kemampuan otot untuk memberikan respons elektrik setelah direndam dengan ekstrak. Dari hasil analisis ditemukan tidak ada perbedaan bermakna pada variabel lama depolarisasi (p=0,0852), lama repolarisasi (p=0,920), lama flat (p=0,803), dan amplitudo stimulasi (p=0,311). Namun, pada pengukuran lama depolarisasi kelompok ekstrak 10 mg dan amplitudo stimulasi kelompok ekstrak 15 mg, terlihat data kembali mendekati kondisi semula setelah mengalami perubahan saat perendaman dengan pankuronium. Disimpulkan bahwa ekstrak akar Acalypha indica Linn. dosis 10 dan 15 mg berefek neuroterapi secara eks vivo walaupun tidak bermakna secara statistik (p=0,0852 dan p=0,311) dan tidak didapatkan perbedaan antara efek neuroterapi pada dosis 10 dan 15 mg.

Limb paralysis due to miastenia gravis is cured by anticholinesterase as a first line drug which is expensive and possesses many side effects. Hence, a new safe and highly effective drug is needed. Akar kucing (Acalypha indica Linn.) has been proved empirically but not scientifically to cure hemi/paraplegia. This study is aimed to prove neurotherapeutic effect of Acalypha indica Linn. extract ex vivo. Three experimental groups (extract group dose 10 and 15 mg, and control group) were used in the research, four samples each. Pancuronium bromide was used as a muscle relaxant. M. gastrocnemius was incubated for 10 minutes sequentially in ringer, pancuronium bromide 4 mg, and extract with dose of 10 and 15 mg. During each experiment, this study measured several parameters, consisting of depolarization time, repolarization time, flat time, and the height of the spike after 5 mV electrical stimulation. Neurotherapeutic effect was determined by muscle ability to give electric response after being incubated in the extract. Analysis test found no significant mean differences in every variable, such as depolarization time (p=0,0852), repolarization time (p=0,920), flat time (p=0,803), and spike amplitude (p=0,311). However, data showed that depolarization time of the extract group dosage 10 mg and spike amplitude of the extract group dosage 15 mg tended to alter into the original condition after alteration due to pancuronium incubation. To conclude, Acalypha indica Linn. root extract dose of 10 and 15 mg shows neurotherapeutic effect ex vivo despite statistically insignificant (p=0,0852 dan p=0,311) and there is no difference in neurotherapeutic effect between the extract group dosage 10 and 15 mg."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S-pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Andries
"Myasthenia gravis adalah penyakit autoimun pada neuromuscular junction yang sampai saat ini pengobatannya hanya memberi perbaikan parsial. Oleh karenanya, dibutuhkan obat baru yang sebagai terapi alternatif. Tanaman akar kucing (Acalypha indica Linn.) adalah salah satu tanaman obat yang digunakan di masyarakat untuk mengatasi gejala kelumpuhan. Namun sayangnya, belum ada uji mengenai khasiat ekstrak tanaman ini sebagai neuroterapi. Oleh karena itu, akan dilakukan uji apakah ekstrak air akar Acalypha indica Linn. memberi efek neuroterapi pada dosis yang lebih rendah, yaitu 15 dan 20 mg dibandingkan dengan kontrol secara eks vivo. Penelitian ini dilakukan pada m. gastroknemius dan n. iskhiadikus Bufo melanostictus Schneider yang dibagi dalam 3 kelompok yaitu, kelompok kontrol, kelompok dosis 15 mg dan 20 mg, masing-masing 4 sampel. Sediaan saraf-otot tersebut dilumpuhkan dengan direndam dalam pankuronium bromida 4 mg selama 10 menit, kemudian direndam dalam ekstrak akar. Adanya efek neuroterapi ditentukan dengan membandingkan aktivitas listrik m. gastroknemius pada kontrol, setelah direndam dengan pankuronium bromida 0,2% dan setelah direndam dengan ekstrak Acalypha indica Linn. Aktivitas listrik yang diukur berupa lama depolarisasi, repolarisasi, flat (potensial istirahat), serta tinggi amplitudo saat pemberian stimulasi. Pada hasilnya kemudian dilakukan uji statistik Anova satu arah. Pada dosis 15 dan 20 mg, ekstrak air Acalypha indica Linn. menunjukkan adanya perbaikan pada lama depolarisasi (p=0,933), lama repolarisasi (p=0,965) dan amplitudo dari stimulasi (p=0,608), walaupun hasil ini secara statistik tidak signifikan.

Myasthenia gravis is an autoimune-mediated disorders in neuromuscular junction, which therapy only produces partial improvement in most patients. Therefore, there is a need to develop new alternative drugs. Acalypha indica Linn. is one of the traditional herb that has generally been used to treat paralyze, hemi or paraplegia. Unfortunately, there has not been any study that proves its effect as neuro-therapy. Based on that fact, this study was proposed to prove the neurotherapy effects of the extract in dose of 15 and 20 mg compared to control, ex vivo on m. gastrocnemius of frog. This experimental study were done on m. gastrocnemius and n. ischiadicus of Bufo melanostictus Schneider, which divided into 3 groups: group of control, group of doses 15 and 20 mg; each had 4 samples. Sample of m. gasctrocnemius and n. ischiadicus was then paralyzed by incubatingthem in pancuronium bromide 4 mg for 10 minutes, then in water extract for the same duration afterwards. Neurotherapy effect was determined by comparing electrical activities of muscle shown in control, after incubating with pancuronium bromide 4 mg, and after incubating with extract of Acalypha indica Linn. The electrical activities was measured as duration of depolarization, repolarization, resting potential, dan the height of spike after stimulation at 5 mV. The data were analyzed using one way Analysis of Variant. In the dose of 15 and 20 mg, water extract of Acalypha indica Linn. has shown improvement in duration of depolarization (p=0,933), duration of repolarization (p=0,965) dan height of spike after stimulation (p=0,608), although this result is not statistically significant."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
S09134fk
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Acalypha indica Linn (Euphorbiaceae) atau akar kucing dikenal sebagai
obat tradisional untuk mengobati penyakit asam urat. Penelitian ini bertujuan
mengisolasi dan mengidentifikasi senyawa kimia fraksi n-heksana dan etil asetat
dari ekstrak etanol akar tanaman Acalypha indica Linn. Ekstrak n-heksana dan
etil asetat dipisahkan secara kromatografi kolom dengan silika gel 60 sebagai
fase diam dan sebagai fase gerak digunakan campuran pelarut dengan
kepolaran meningkat yaitu n-heksana-etil asetat untuk ekstrak n-heksana,
sedangkan untuk ekstrak etil asetat digunakan n-heksana, etil asetat dan
etil asetat-metanol. Pemurnian dilakukan dengan cara kromatografi kolom dan
rekristalisasi. Dari ekstrak n-heksana, fraksi H-VII diperoleh isolat A dan fraksi
H-X3 diperoleh isolat B. Sedangkan dari ekstrak etil asetat, fraksi E-XII5 diperoleh
isolat C. Identifikasi isolat dilakukan dengan cara pengukuran titik lebur dan
analisis spektroskopi (MS, FTIR, UV-Vis). Isolat A berupa kristal jarum putih,
jarak lebur 143-145 oC, bobot molekul 412 dan mengandung gugus fungsi C-H
alkana, C-O, dan C=O. Isolat B berupa kristal hablur putih, jarak lebur 188-190
oC, bobot molekul 428 dan mengandung gugus fungsi C-H alkana, C-O, dan
C=O. Isolat C berupa serbuk kuning, jarak lebur 84-86 oC, bobot molekul 292 dan
mengandung gugus fungsi cincin aromatis posisi orto, OH terikat, C=O, C-O, C-H
alkana."
Universitas Indonesia, 2006
S32517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Eka Prasetyawati
"Acalypha indica Linn telah digunakan secara luas di masyarakat dalam pengobatan tradisional untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan khasiat rebusan akar, daun dan herba tanaman A.indica Linn dalam menurunkan kadar asam urat dalam darah tikus putih jantan yang diinduksi kafeina. Tikus dibagi menjadi 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 5 tikus, yaitu kelompok kontrol normal yang diberikan larutan CMC 0,5% dan 5 kelompok lainnya diinduksi dengan kafeina untuk meningkatkan kadar asam urat dalam darah tikus. Bahan uji diberikan secara oral dengan dosis 5,4 gram/200 gram bb. Alopurinol digunakan sebagai kontrol pembanding. Pengukuran kadar asam urat dengan metode enzimatik dilakukan secara spektrofotometri pada panjang gelombang 520nm.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa ketiga macam rebusan dapat menurunkan kadar asam urat mulai hari ketiga sampai kesembilan. Rebusan daun A.indica Linn. memiliki efek menurunkan kadar paling kecil dan rebusan herba memiliki efek menurunkan kadar asam urat paling besar pada dosis yang sama.

Acalypha indica Linn has been widely used in traditional remedy to decreasing uric acid in the blood. The aim of the research was to identify the differences effect of decoction of roots, leaves and herbs of A.indica Linn to decrease uric acid in rats induced by caffeine. The rats were divided into 6 groups, each consisted of 5 rats.i.e normal control received 0,5% carboxymethyl cellulose solution orally. The others five group induced with caffeine was given orally to increase uric acid in the blood of rats. The decoction was given orally with the same dose of 5,4 gram/200 gram weight. Allopurinol was used as standard. The uric acid measurement was executed using enzymatic method spectrophotometrically at 520nm wavelength.
The results showed that the three of decoction decrease uric acid on the blood from the days three until days nine. Decoction of leaves given the low effect to decrease uric acid and the decoction of herb given the highest effect to decrease uric acid in the blood of rats."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2005
S32822
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Martini
"Akar tanaman akar kucing (Acalypha indica Linn.) telah banyak digunakan masyarakat sebagai obat yang dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah, tetapi belum banyak percobaan ilmiah yang membuktikan toksisitasnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian rebusan akar tanaman akar kucing (A. indica) terhadap organ jantung tikus putih jantan ditinjau dari aktivitas GOT, kreatin kinase plasma serta gambaran histologis jantung. Penelitian ini menggunakan empat puluh ekor tikus yang dipilih secara acak menjadi empat kelompok, setiap kelompok terdiri dari sepuluh ekor tikus. Kelompok I sebagai kontrol normal yang diberi air 2 ml/200 g bb. Kelompok II, III dan IV diberi perlakuan rebusan akar A. indica dengan dosis 13,5 g/kg bb, 27 g/kg bb, dan 54 g/kg bb. Frekuensi pemberian sekali sehari selama 90 hari. Pengamatan yang dilakukan meliputi kimia darah (aktivitas GOT, kreatin kinase plasma) dan histologis organ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada gejala toksik pada tikus yang diberi rebusan akar A. indica ditinjau dari aktivitas GOT, kreatin kinase plasma serta gambaran histologis jantung.
Root of akar kucing (Acalypha indica Linn.) has been widely used to reduce uric acid consentration, but the toxicityity has not been proven scientifically. The aim of this research was to examine the effect of water extract of A. indica roots to the heart of male white rats seen from GOT, creatin kinase plasma activity and heart histology. This research used fourty rats which divided into four groups, each group contains ten rats. Group I as normal control which were given water 2 ml/200 g body weight. Group II, III, IV were given water extract of A.indica roots doses 13,5/kg body weight, 27g/kg body weight, and 54 g/kg body weight. Frequency of exposure A. indica was once a day during 90 days with the oral route administration. Data observation involves blood chemistry (GOT, creatin kinase plasma activity) and heart histology. The result show no toxic effect of A. indica to white rats seen from GOT, creatin kinase plasma activity and heart histology."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32797
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>