Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yofan Gamaliel Siara
"Artikel ini merupakan kajian filosofis yang menjelaskan akar dari permasalahan relasi cinta melalui teori abjeksi Julia Kristeva. Beragam relasi cinta antar manusia tidak terlepas dari hasrat manusia sehingga selalu memunculkan rasa berkekurangan. Jarak dan rasa berkekurangan dengan hasrat ini yang menjadi akar berbagai kesedihan dan penderitaan dalam relasi cinta antar manusia. Artikel ini mencari jawaban dari pertanyaan mengapa selalu adanya rasa berkekurangan hasrat dalam relasi cinta dan bagaimana seharusnya manusia merespon abjeksi dari hal tersebut. Data dalam artikel ini terkumpul melalui metode kepustakaan yang ditelaah secara filosofis dengan metode psikoanalisis estetis, Upaya ini dilakukan untuk mengkaji akar dari problem relasi dan cinta dengan berangkat dari fenomena abjeksi dan mencari jawaban memberi respon yang argumentatif. Pemikiran abjeksi Kristeva digunakan sebagai pendekatan yang membuka perspektif atas cinta. Artikel ini membuktikan bahwa perlu ada perebutan makna atas cinta dalam memahami kesedihan dan penderitaan tersebut sebagai proses pembentukan diri.

This article is a philosophical study that explains the root of the problem of love relationships through Julia Kristeva's theory of abject. Various love relationships between humans are inseparable from human desires so that it always creates a feeling of lack. Distance and a sense of lack with this desire are the roots of various sorrows and suffering in love relationships between people. This article seeks answers to the question why there is always a lack of desire in love relationships and how humans should respond to the objection of it. The data in this article were collected through the literary method which was examined philosophically using the aesthetic psychoanalysis method. This effort was made to examine the roots of the problem of relationships and love by departing from the phenomenon of abjection and seeking answers and giving argumentative responses. Kristeva's abjection of thought is used as an approach that opens perspectives on love. This article proves that there needs to be a struggle for the meaning of love in understanding sadness and suffering as a process of self-formation."
Depok: 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Maharani
"Balet identik dengan gerakan tubuh yang terlihat indah, magis, surgawi, ringan, dan tanpa usaha. Namun, bagi para penari balet, keindahan tersebut dilakukan oleh tubuh yang juga merasakan sakit dan menyimpan memori, serta kode sosial dari strukturnya. Keterlibatan aktif tubuh membuat penari mengembangkan suatu habitus yang terus menaturalisasi rasa sakit sebagai bagian dari proses “menjadi”-nya. Bagi penari balet perempuan, rasa sakit begitu melekat dengan penggunaan pointe shoes. Sejatinya, pointe shoes dibuat untuk meneguhkan keindahan perempuan bak peri atau malaikat dalam dongeng. Pertemuannya dengan rasa sakit kemudian meminggirkan dan mengabjeksi penari ke dalam ruang semiotik chora-nya. Melalui pembangunan lapisan teori antara Angela Pickard dan Julia Kristeva (1941-), tulisan ini mengeksplorasi pengalaman penari balet perempuan atas rasa sakit dan abjeksi, yang ditandai oleh penggunaan pointe shoes. Studi dan tinjauan literatur, serta wawancara, diolah dengan metode kinesemiotik Arianna Maiorani (1970-) untuk mengangkat pemaknaan personal penari dari ruang semiotik ke ruang simbolik, yang ditandai melalui gerak tubuh dalam interaksinya dengan ruang. Pertemuan tanda-tanda pada pointe shoes, menghasilkan suatu pemaknaan yang holistik yaitu estetika rasa sakit yang menyublim.

Ballet is notable for its beautiful, mystical, celestial, weightless, and effortless movements. However, for ballet dancers, these beautiful movements are all done by a body in pain, a body that embeds memories and social codes of its structure. The active involvement of the body enables a ballet dancer to develop a habitus that constantly naturalizes pain as part of the process of its “Being.” For the female, pain is embodied in pointe shoes. Initially, pointe shoes were meant to enhance the female’s beauty, like fairies or angels in fairy tales. The encounter with pain, then, marginalizes and abjects the dancer into her semiotic chora. Through the layering of theories of Angela Pickard and Julia Kristeva (1940-), this paper explores female ballet dancers’ lived experiences of pain and abjection, represented through pointe shoes. Literature research and reviews, as well as interviews, were analyzed with Arianna Maiorani’s (1970-) kinesemiotics method to put a rise to the dancer’s personal meanings, from the semiotics to symbolics, marked through body movements in interaction with space. The confluence of signs represented in pointe shoes creates a holistic meaning, namely the aesthetics of sublimated pain."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library