Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Nawir
"ABSTRAK
Latar Belakang Perusahaan
PT Wijaya Karya merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di bawah naungan Departemen pekerjaan Umum yang didirikan pada tanggal 11 Maret 1960. perusahan ini berasal dari hasil nasionalisasi perusahaan Belanda NV VIS & Co yang bergerak di bidang instalasi listrik. Sete lah berkembang sangat pesat di bidang jasa konstruksi dan perdagangan, mulai tahun 1970 WIKA memasuki bidang manu faktur dengan produknya Tiang Listrik Beton (TLB).
Berhasil dengan produk TLB, WIKA terus mengadakan pengembangan usaha sehingga pada tahun 1989 telah mempunyai 13 (tiga belas) macam produk dan 2 (dua) anak perusahaan. Ketigabelas produk tersebut adalah:
Jasa Konstruksi Gedung
Jasa Konstruksi Sipil Umum
Baja Konstruksi
Solar Water Heater
Moulds & Dies
Konektor & Aksesori
Preformed Fittings
Pole Hardware
Tiang Listrik Beton
Tiang Pancang Beton
Bantalan Rel Beton
Beton Pracetak
Real Estate
Sedangkan anak perusahaan yang dimiliki adalah PT Inti Karya Persada Teknik (IKPT) yang bergerak di bidang kon sultansi desain untuk proyek-proyek industri dan PT WIKA?NGK Insulator yang memproduksi Insulator Listrik. Pokok Masalah.
Meskipun perkembangan penjualan perusahaan cukup tinggi, yaitu rata-rata 20% per tahun selama lima tahun terakhir, komposisi penjualan setiap produk agak timpang. Hanya 4 (empat) produk berhasil baik sehingga penjualannya mencapai 82,45% dan total penjualan perusahaan sedangkan 9 (sembilan) produk sisanya kontribusi penjualannya hanya 17,55%. Produk yang memberikan kontribusi laba dominan, yaitu 103% dari laba Perusahaan, hanya 2 (dua) buah saja yaitu:
- Tiang Listrik Beton
- Tiang Pancang Beton
Produksi 5 (lima) produk sampai saat ini masih merugi yaitu:
Baja Konstruksi
Solar Water Heater
MouldS & Dies
Konektor & Akesesori
Pole Hardware
Dari 6 (enam) produk sisanya perolehan laba sangat kecil. Sementara itu laju pertumbuhan penjualan kelompok produk yang menguntungkan sulit untuk dipacu lagi. Begitu pula 5 (lima) macam produk yang merugisaat ini prospeknya semakin suram karena kondisi daya-saing WIKA lebih lemah dibanding dengan produsen pesaing masing-masing produk.
Dengan portfolio produk yang sekarang dimiliki beratlah tantangan untuk mempertahankan tingkat pertumbuhan dan profitabilitas yang telah tercapai sekarang; apalagi untuk meningkatkannya.
Methode Analisa
Strategi untuk melakukan pemilikan portfolio produk menggunakan model Gordon E. Greenlay. Dalam model ini prosesnya melalui tiga tahap yaitu:
Analisa : dilakukan terbadap portfolio produk yang saat ini dimiliki perusahaan; juga memperkirakan prestasi perusahaan di masa mendatang dengan menggunakan portfolio yang ada sekarang.
Perbandingan: membandingkan prestasi saat ini dengan tujuan perusahaan dan mengidentifikasikan kesenjangan prestasi yang ada.
Pemilihan : identifikasi pilihan alternatif portfolio untuk mengurangi kesenjangan prestasi dan kemudian melakukan seleksi portfolio yang tepat.
Pada tahap analisa portfolio produk digunakan matriks tiga dimensi melalui 3 (tiga) multiple factor pada ketiga sumbernya. Multiple factor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Industry Attractiveness
2. Competitive Position
3. Synergy Attractiveness
Dengan melakukan evaluasi. terhadap setiap produk Perusahaan melalui ketiga variabel di atas, maka posisi masing-masing produk dalam matriks dapat ditentukan.
Kesimpulan dan Saran
Dari hasil analisa portfolio produk di atas ditemukan 5 (lima) produk yang menempati posisi sangat rendah dalam matriks, yaitu:
Konektor & Aksesori
Preformed Fitting
Pole Hardware
Solar Water Heater
Moulds & Dies
Produk Baja Konstruksi meskipun posisinya tidak terlalu buruk, kurang baik prospeknya, karena tingkat persaingan pasarnya tidak bisa diikuti oleh WIKA.
Oleh sebab itu disarankan agar ke enam produk di atas dikeluarkan dan portfolio, sehingga WIKA dapat lebib berkonsentrasi untuk mangembangkan 7 (tujuh) jenis produk sisanya. Produk yang saat ini ada dalam posisi ?Question Mark? dan sangat potensial untuk dikembangkan adalah:
Real Estate
Beton Pracetak
Berdasarkan kondisi sumberdaya yang saat ini dimiliki perusahaan. Siruasi belum memungkinkan untuk menambah produk lain. Kotler menyarankan, agar hanya ada satu atau maksimal dua jenis produk yang berada dalam kategori ?Question Mark? atau ?Problem Children? pada suatu saat, karena produk-produk tersebut sangat memerlukan perhatian dari manajemen.
Dengan hanya tujuh produk, maka lebih besar kemungkinan bagi WIKA untuk mencapai tujuannya."
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andong Begawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor apa yang menentukan dalam pola perkaitan antarperistiwa (alur) sehingga menghasilkan konflik demi komflik di dalam drama Dog-Dig-Dug. Penulis berasumsi bahwa tokoh beserta perwatakannya memiliki fungsi penting dalam pengaluran. Cara yang ditempuh penulis dalam membuktikan amsumsi tersebut ditempuh dalam dua tahap. pertama. mengumpulkan data-data mengenai tokoh beserta perwatakannya dan data-data peristiwa atau lakuan serta bagaimana menyusun peristiwa-peristiwa tersebut (pengalurannya). tahap kedua, penulis menganalisis hubungan antara data pertama (tokoh beserta perwatakannya) dengan data kedua (pengaluran). Dari hasil analisis tersebut penulis memperoleh beberapa kesimpulan mengenai fungsi tokoh di dalam pengaluran, yakni sebagai pemicu terjadinya suatu lakuan atau peristiwa, sebagai pengembang dan pengarah alur cerita, berta sebagai faktor yang melogiskan hubungan antarperistiwa atau antarlakuan"
1996
S10731
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yogi Setiadi Sediarto
"ABSTRAK
Dilihat dari beberapa indikator keuangan, tidak dapat dipungkiri bahwa kinerja BUMN di Indonesia masih memprihatinkan. Kontribusi BUMN terhadap keuangan negara dalam bentuk dividen/dana pembangunan semesta/bagian laba pemerintah di luar Bank Indonesia masih tergolong kecil. Relatif rendahnya sumbangan dan tingkat return yang dicapai BUMN salah satunya adalah karena terdapat aset BUMN yang idle atau yang pemanfaatannya belum produktif. Selain itu kinerja BUMN yang kurang memuaskan tersebut juga disebabkan oleh adanya misi-misi normatif yang diembannya sebagai public server yang lebih bernuansa makro selain misinya sebagai unit bisnis yang berkewajiban memupuk laba.
Pada karya akhir ini dilakukan evaluasi kinerja keuangan PT Wijaya Karya (WIKA), salah satu BUMN di bawah pembinaan Departemen Pekerjaan Umum tetapi terbatas pada . divisi produksi furniture, sehingga dapat ditentukan strat~gi yang har:.Js dilakukan untuk perbaikan kinerja divisi (perusahaan) secara keseluruhan. Analisa yang digunakan dalam Karya Akhir ini adalah Analisa Laporan Keuangan, Analisa Rasio, Analisa DuPont dan Analisa Stratejik Perusahaan.
Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa kinerja keuangan divisi produksi furniture PT Wijaya Kary.a masih berada di bawah kinerja rata-rata industri. Rendahnya kinerja keuangan WIKA ini lebih disebabkan ketidakmampuan perusahaan untuk menjaga dan meningkatkan tingkat penjualan yang dari tahun ke tahun terus menurun. Penjualan yang terus menurun ini disebabkan makin berkurangnya mutu produk WIKA yang kurang tahan terhadap perubahan cuaca pada saat pengiriman, sehingga banyak produk yang dikembalikan oleh para importir. Penurunan penjualan ini juga disebabkan kurang efisiennya kegiatan operasi perusahaan dimana perencanaan produksi tidak disesuaikan dengan jumlah permintaan dari konsumen sehingga sering terjadi keterlambatan dalam delivery time karena kapasitas produksi pabrik tidak bisa memenuhi permintaan konsumen dan jumlah bahan baku tidak mencukupi. Selain itu banyaknya jumlah piutang tak tertagih (bad debts) juga turut memperburuk kinerja keuangan WIKA.
Untuk meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan, perusahaan perlu melakukan upaya-upaya perbaikan melalui beberapa alternatif stratejik untuk meningkatkan keunggulan bersaing (competitive advantage) dengan mempertahankan building block yang meliputi superior quality, superior innovation, superior customer responsiveness dan superior efficiency yang diarahkan untuk meningkatkan penjualan dan meningkatkan efisiensi operasi perusahaan dengan memperhatikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. Alternatif strategi untuk mencapai superior quality antara lain menambah alat produi"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Th. Sri Rahayu Prihatmi
Jakarta: Grasindo, 2001
899.232 PUT k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Th. Sri Rahayu Prihatmi
"ABSTRAK
Cerkan merupakan kependekan dari cerita rekaan, artinya cerita yang direka pengarang (Saad, 1978). Istilah tersebut merupakan terjemahan M. Saleh Saad dari istilah prose fiction (1967, 1978). Dalam sastra modern, cerkan dapat berujud novel atau cerpen, dalam sastra lama dapat berujud dongeng, hikayat, cerita rakyat, legenda dan yang semacam dengan itu.
Novel kadang-kadang disebut roman. Di Indonesia, sebelum tahun 1950-an pada umumnya digunakan istilah roman, sehingga dikenal istilah roman-roman Balai Pustaka misalnya. Baru sesudah tahun 1960-an muncul istilah novel yang kadang-kadang dimaksudkan sebagai cerkan yang panjangnya antara cerpen dan roman (Long short story).
Meskipun Azab dan Sengsara (1921) karangan Merari Siregar sering dianggap sebagai novel pertama dalam dunia sastra Indonesia, akan tetapi kalau ditengok penerbitan di luar Balai Pustaka, ternyata Mas Marco Martodikromo sudah menulis Mata Getap pada tahun 1914 dan menulis Student Nidjo pada tahun 1919 (Damono, 1979: 33).
Lebih-lebih kalau tulisan Cina Peranakan diperhitungkan, pada tahun 1903 beberapa pengarang Cina sudah menulis cerkan, satu di antaranya Thio Tjien Boen yang menulis Oey Se (Salmon, 1985 : 48).
Cerpen merupakan kependekan dari cerita pendek, alih bahasa dari short story. M. Kasim dengan bukunya Teman Duduk (1936) dapat dikatakan seorang perintis dalam penulisan cerpen di Indonesia. Seperti namanya, cerpen ialah cerita rekaan yang pendek (Bdk. Summers melalui Lubis, t.th.: 5-6; Rosidi, 1959: IX; Wisjnu, 1963. 31-34; Jassin, 1965: 64).
Kalau diamati, cerkan-cerkan dalam dunia sastra Indonesia modern dari tahun 1900-an hingga sekarang, memiliki tipe-tipe yang berbeda. Rosemary Jackson dalam bukunya Fantasy: the Literature of Subversion (1981) mengemukakan teori tentang tipe-tipe, yang ia sebut mode. Ia mengartikan mode dalam pengertian Frederic Jameson.

ABSTRACT
For when we speak of a mode, what can we mean but that this particular type of Literary discourse is not bound to the convention of given age, nor indissolubly linked to a given type of verbal. artifact, but rather persist as a temptation and a mode of expression across a whole ranee of historical periods, seeming to offer itself, if only interm.ittenLy, as a formal possibilitiy which can be revived and renewed (Jameson melalui Jackson, 1981: 7)
Jackson mengatakan: "The term 'mode' is being employed here to identify structural features underlying various works in different periods of time." (198:17). Jadi istilah mode digunakan untuk mengidentifikasi ciri-ciri struktural dari tipe khusus wacana sastra, tidak terikat pada konvensi-konvensi zaman tertentu, model ekspres,i yang melewati segala mazhab dan zaman yang dapat diulang dan diperbaharui. Karena yang diidentifikasi itu adalah ciri-ciri strukturalnya, padahal struktur dapat juga diterjemahkan sebagai cara pengungkapan, maka mode lebih tepat diterjemahkan dengan 'modus' yang maksudnya 'cara pengungkapan'.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
D262
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bangun, Hendry Ch.
"Keputusan untuk memilih sebuah topik skripsi agaknya memang sukar dihindarkan dari subyektivitas penulisnya. Alasan-alasan yang bersifat pribadi yang tidak selamanya mengesampingkan keilmiahan bentuk karya tulis itu besar sekali peranannya. Apalagi penelitian terhadap cipta sastra, yang tak lepas dari pandangan pandangan atau pengalaman terhadap pengarangnya sebelum kemunculan fiksi tersebut. Pada saat pertama penulis membaca Stasiun, novel karya Putu Wijaya pada suatu hari di tahun 1978, pengarang yang juga dramawan kelahiran Tabanan, Bali, ini, sudah punya nama besar. Telegram yang terbit sebelum Stasiun dianggap sebagai lompatan baru dalam khazanah kesusastraan Indonesia, setelah karya-karya Iwan Simatupang, dengan gaya penulisan arus kesadaran yang utuh. Dan seorang mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S10865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pudji Isdriani
"ABSTRAK
Setelah mengadakan analisa lakon. Edan, dari segi struktur maupun tekstur, maka saya dapat menarik beberapa kesimpulan se_bagai berikut: 1. Lakon Edan sebagai naskah lakon Indonesia modern (pemenang sayembara penulisan naskah lakon Dewan. Kesenian Jakarta tahun 1976) dapat didekati melalui struktur dan tekstur. 2. Fakta-fakta struktur terutama alur dan penokohan di_sajikan secara inkonvensional (tidak berdasarkan kaidah-kaidah yang mapan). 3. Berdasarkan kenyataan nomor 2 maka jika lakon Edan ha_nya dilihat dari aspek strukturnya saja agak sulit di_pahami. 4. Fakta-fakta aspek tekstur melengkapi lakon Edan sehingga menjadikan lakon itu menarik publik dan sebagai pra lakon dapat dipentaskan. 5. Dengan demikian, tekstur mempunyai arti yang panting sebagai salah satu aspek lakon modern. Tanpa adanya aspek tekstur maka lakon itu hanya menarik untuk dibaca tetapi tidak untuk dipentaskan. 6. Secara keseluruhan lakon Edan digolongkan lakon absurd_

"
1984
S11165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leimena, Michael Albert
"Aspek keterasingan manusia di dalam novel-novel Putu Wijaya terlihat dari perilaku dan kehidupan yang dijalani tokoh-tokoh di dalam novel-novel tersebut. Mereka adalah manusia-manusia yang kehilangan jati diri sebagai akibat terjadinya benturan antara keinginan mereka secara priba_di dengan tuntutan masyarakat yanq dirasakan tidak sesuai dengan keinginan mereka itu. Hal itu mengakibatkan tokoh_-tokoh tersebut dalam menghayati eksistensinya mereka menjadi resah dan gamanq berada di dalam tatanan masyarakat tempat mereka berada. Mereka pun menarik diri dari pergaulan dan hidup dalam bayanq-bayang. Sebaliknya orang-oranq di sekitar mereka pun menjauh. Tindakan selanjutnya memperlihatkan adanya penyimpangan dari kebiasaan masyarakat. Penyimpangan itu terjadi karena iri mereka semakin terbelenggu dengan konflik batin yang mereka hadapi. Hal itulah yang mendominasi novel-novel Putu Wijaya yang merupakan suatu nilai yang ingin disampaikan penga_rang. Ni1ai tersebut adalah hasil penghayatan pengarang terhadap kenyataan hidup di sekitarnya. Oleh karena itu jika kehidupan para tokoh di dalam novel-novel Putu Wijaya dihubungkan dengan kehidupan orang-orang di jaman modern sekarang ini maka akan terlihat kesejajaran antara keduanya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S10982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utjen Djusen Ranabrata
"Hakekat ceritera rekaan, sebagai sebuah ragam kesusastraan, ialah berceritera. Ini berarti ada yang diceriterakan, dan ada cara penceriteraannya. Dua hal inilah yang ingin penulis gambarkan alam penelaahan atas novel Telegram karya Putu Wijaya yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya, pada tahun 1973. Novel tersebut menarik untuk dijadikan pokok penulisan skripsi karena cara penceriteraannya memperlihatkan kelainan dari cara penceriteraan yang biasa digunakan dalam novel sas_tra Indonesia pada umumnya. Peristiwa-peristiwa yang membangun novel ini penampilannya ada yang dilakukan dengan menggu_nakan cara stream of consciousness. Dalam hubungannya dengan sejarah penulisan novel Indonesia, sebenarnya cara penyajian ceritera dengan menggunakan metode atau cara seperti tersebut pernah juga diperlihatkan dalam novel Belenggu karya Armijn Pane dan di dalam novel Jalan tak ada ujung karya _"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1979
S11089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2   >>