Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
"In relation to death, the burial is one of the procession of the human life cycle for every culture. Therefore, the procession of death have a very important role with the special treatment of the deceased. In relation to social life, the various aspects raised is a sign of the procession meant. To understand the various social aspects can be observed presumably conceived through the ymbols on coffin and grave mark."
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"
ABSTRAKKajian seni pada masyarakat sederhana biasanya tidak terlepas dari aspek religi. Suatu seni atau hasil karya kesanian seringkali dihubungkan atau dilatarbelakangi dengan kepercayaan tertentu. Salah satu di antara sejumlah karya seni yang berhubungan dengan religi atau kepercayaan adalah penggambaran hiasan antropomorfik pada wadah kubur yang berasal dari masa prasejarah. Berbagai hiasan yang terdapat, tertera atau yang berhubungan dalam kegiatan religi merupakan simbolisasi dari suatu representasi. Hiasan simbolis yang dijumpai pada objek atau kegiatan religi mempnnyai makna dan tujuan yang bersifat religius pula.
Tulisan ini mengkaji tantang hiasan antropomorfik, yaitu hiasan-hiasan yang menggunakan motif atau bentuk-bentuk manusia baik secara utuh maupun hanya bagian-bagian tertentu saja dari anggota tubuh manusia. Hiasan-hiasan itu terutama yang dijumpai pada wadah kubur yang disebut sarkofagus. Sarkofagus-sarkofagus yang dikaji di sini adalah temuan dari daerah Bali.
Hiasan antropomorfik pada sarkofagus di Bali pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu hocker motif dan face motif, Hocker motif adalah hiasan manusia dalam posisi mengangkang, di mana kedua tangan dan kaki diangkat ke atas di samping badan. Sedangkan face motif berupa hiasan kepala/wajah atau disebut juga hiasan kedok/topeng. Hiasan-hiasan tersebut berfungsi sebagai pelindung arwah orang yang meninggal dari gangguan kekuatan-kekuatan atau roh-roh jahat.
"
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library
Sinaga, Tahapan Deddy Zulfian
"Wadah kubur adalah salah satu media yang penting dalam upacara kematian. Pada kelompok masyarakat yang masih memperlihatkan tradisi megalitik, wadah kubur memiliki peran sebagai media perantara antara dunia orang mati dan dunia mereka. Adanya media perantara seperti wadah kubur bersumber pada gagasan bahwa antara dunia orang mati, dalam hal ini khususnya para nenek moyang. dengan dunia mereka atau diri mereka sendiri terdapat hubungan yang saling timbal balik. Masvarakat itu membutuhkan nenek movang untuk menjaga hidup mereka dari bencana atau bahaya yang lain, sementara para nenek moyang tidak mampu lagi untuk hidup mandiri di dunianva. Mereka membutuhhan para keturunannya yang masih hidup untuk turut memelihara hidup mereka melalui sesaji atau persembahan yang lain. Salah satu kelompok masyarakat yang masih mempertahankan tradisi megalitik tersebut adalah masyarakat Batak Toba di Pulau Samosir. Tradisi itu dapat diamati pada berbagai macam upacara dan secara khusus pada wadah-wadah kubur yang tersebar di pulau itu. Hal yang menarik adalah bahwa Pulau Samosir adalah unit geografis yang khusus dari seluas 50.000 km2 tanah Batak dan wadah-wadah kubur yang terdapat di Pulau itu memperlihatkan bentuk dan hiasan yang beragam. Bentuk dan ragam hias yang terdapat pada wadah-wadah kubur tradisi megalitik di Pulau Samosir adalah data utama dalam penelitian ini karena bentuk dan ragam hias adalah komponen yang penting dalam mengamati sebuah wadah kubur tradisi megalitik dari Pulau Samosir secara utuh, selain karena bentuk dan ragam bias itu memiliki ciri dan variasi yang beragam."
2000
S12019
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Siregar, Dedy Sulaiman
"Ciri khas dalam tradisi megaiitik adalah upacara yang menyolok pada waktu penguburan. terutama bagi mereka yang dianggap sebagai tokoh masyarakat. Bagi masyarakat seperti ini satu kematian tidak membawa perubahan esensial dalam status, kondisi ataupun sifatnya. Kematian membawa jasad dan jiwanya ikut pulang ke tanah yang dianggap asal. Sebagai wujud budaya matcri, wadah kubur merupakan indikator sistem religi khususnya pada tradisi Megalitik. Penelitian ini membahas persebaran dan orientasi situs kubur di Pulau Samosir. Untuk menjawab penelitian ini maka digunakan pendekatan determinasi lingkungan. Pendekatan ini melihat hubungan antara situs dengan situs serta hubungan antara situs dengan kajian penelitian terhadap situs kubur di Pulau Samosir ini tidak difokuskan pada morfologi wadah kubur, melainkan lebih memperhatikan lingkungan alam di sekitar Pulau Samosir dan variabel-variabel yang mempengaruhi persebaran wadah kubur tersebut.. Variabel-variabel sumber daya alam yang digunakan yaitu ketinggian, kelerengan, tanah, batuan, kemampuan tanah, air dan mata air, dan sungai. Variabel alam tersebut telah menyebabkan derajat persebaran situs megalitik mengelompok di pinggiran Pulau Samosir yaitu di sebelah timur laut dan barat laut. Dilihat dari orientasinya bahwa sebagian besar wadah kubur di Pulau Samosir menghadap ke tempat tinggi di tengah Pulau Samosir (ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut). Dengan uraian di alas dapat dikatakan bahwa penempatan situ-situs di Pulau Samosir tidak dilakukan dengan sembarangan. Penempatan situs tersebut mempertimbangkan, dan memanfaatkan sumber Jaya alam yang tersedia di Pulau Samosir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa manusia pada masa megalitik di Pulau Samosir bersifat pasif dalann memanfaatkan alam. Mereka hanya memanfaatkan sumber daya alam yang sudah tersedia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
S12037
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library