Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"A recent increase in the number of drug users particularly of heroin has been noted in the community. A cross-sectional study on the level of transaminases as a representation of liver damage in drug users was done in privated hospital in Jakarta. Exclusion criteria were fever, serious illness or the multiple use of addictive drugs based on urinary test. The hepatitis B surface antigen (HBsAg) was examined using reverse passive hemaglunation assay (RPHA) and the antibody oh hepatitis C virus core-protein (anti-HCV) with dipstick anti-HCV. AST and ALT levels were determined using an automatic chemical analyzer. Of 132 patients who fulfill the criteria, 83,5% were injection drug users (IDU). Means AST and ALT were significantly higher in IDU. Anti-HCV positive patients with increased AST and ALT were significantly higher compared to anti-HCV negative. The increase of transaminase was also consistent in injection drug users although no viral maker could be detected. In conclusion, the examination of transaminases in drug users especially IDU is important besides tests for hepatitis viral markers because there is often an increase with or without viral infection and this can be associated with hepatocellular damage. "
The Indonesian Journal of Gastroenterology Hepatology and Digestive Endoscopy Vol 2 (1) April 2001: 1-4, 2001
IJGH-2-1-Apr 2001-1
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Dina Maritha
"Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah keganasan yang paling sering terjadi pada anak-anak. Angka kesembuhan yang besar terjadi akibat terapi kanker saat ini, namun respon toksik yang terkait dan pembentukan radikal bebas meningkatkan angka kematian akibat pengobatan daripada kematian akibat penyakitnya itu sendiri. Komplikasi kemoterapi meningkatkan rasa ingin tahu dokter untuk mempelajari penggunaan antioksidan sebagai pengobatan tambahan pada kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi peran N-asetilsistein ​​(NAS) sebagai terapi antioksidan pada anak-anak dengan LLA SR (standard risk) selama fase induksi kemoterapi, dan kemungkinan peran mereka dalam pencegahan dan pengendalian komplikasi hati terkait dengan penggunaan agen kemoterapi. Sebuah uji klinis acak tersamar tunggal NAS dibandingkan dengan plasebo yang dilakukan pada pasien anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Hematologi dan Onkologi di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Penelitian ini dilakukan pada 11 pasien anak-anak usia mereka berkisar antara 2 dan 10 tahun dengan LLA SR yang menjalani kemoterapi fase induksi dan memenuhi kriteria inklusi. Pasien secara acak dialokasikan ke dalam dua kelompok, NAS atau kelompok plasebo. Mereka dievaluasi secara klinis untuk terjadinya komplikasi dan sampel darah dikumpulkan sebagai parameter laboratorium (plasma malondialdehid (MDA), enzim transaminase, dan bilirubin). Sebanyak 11 subjek dilakukan analisis yang terdiri dari 6 pada kelompok n-asetilsistein dan 5 pada kelompok plasebo. Karakteristik subjek didominasi oleh anak laki-laki dengan status gizi kurang. Kadar rerata MDA cenderung mengalami penurunan, sebanyak tiga subjek dari enam subjek pada kelompok perlakuan dan tiga subjek dari lima subjek pada kelompok plasebo. Insidens peningkatan kadar enzim transaminase sebesar 25%. Tidak terjadi kejadian kolestasis pada subjek penelitian. Pengobatan NAS ​​berdasarkan dosis antioksidan cenderung menurunkan kadar MDA, dan mencegah peningkatan enzim transaminase, dan bilirubin.

Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most commonly malignancy in children. Cancer therapies have experienced great success nowadays, yet the associated toxic response and free radicals formation have resulted in significant number of treatment-induced deaths rather than disease-induced fatalities. Complications of chemotherapy increases physicians curiosity to study antioxidant use as adjunctive treatment in cancer. This study aims to evaluate the role of N-acetylcysteine (NAC) as antioxidant therapy in children with ALL during the induction phases of chemotherapy, and their possible role in prevention and control of hepatic complications associated with the use of chemotherapic agents. A randomized single-blind clinical trial of NAC in comparison with placebo conducted in hematology and oncology pediatric patient of Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. The study was performed in 11 pediatric patients with ALL with their ages ranging between 2 and 10 years, undergoing induction phase chemotherapy that fulfilled the inclusion criteria consecutively. Patient were randomly allocated into of two groups, NAC or placebo group. They were evaluated clinically for the occurance of complications and blood samples were collected as the laboratory parameters (plasma malondyaldehide (MDA), transaminase enzyme, and bilirubin). A total 11 participants were included in analysis consisted of 6 in n-acetylcysteine group and 5 in placebo group. Characteristics of subject were predominated by boys and moderate malnourished. Mean MDA levels tended to decrease, as many as three subjects from six subjects in the NAC group and three subjects from five subjects in the placebo group. Incidence of increased levels of the transaminase enzyme by 25%. There was no cholestasis events in the study subjects. NAS treatment based on antioxidant doses tends to reduce MDA levels, and prevent the increase in the transaminase enzyme and bilirubin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T57623
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apri Kumala Sari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pemanfaatan pemberian ekstrak etanol rimpang temu mangga (Curcuma mangga Val.) terhadap penurunan kadar SGPT dan SGOT darah tikus jantan (Rattus norvegicus L.) Galur Sprague-Dawley yang diinduksi CCl4. Sebanyak 30 ekor tikus dibagi ke dalam 6 kelompok, yaitu: kelompok normal (KK1), kelompok perlakuan yang diinduksi CCl4 dengan dosis 1 ml/kg BB (KK2) dan kelompok perlakuan yang diberi ekstrak etanol rimpang temu mangga dengan 4 dosis yaitu 10, 20, 40, dan 80 mg/kg BB (KP1, KP2, KP3, dan KP4). Tikus diinduksi dengan karbon tetraklorida (CCl4) dosis 1 ml/kg BB, kemudian pemberian ekstrak etanol rimpang temu mangga dilakukan sebanyak empat kali dengan kurun waktu 48 jam. Berdasarkan hasil uji LSD (P<0,05) pada pengambilan darah yang terakhir menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara KK1 dengan KP2 dan KP1 dengan KP2, selain itu adanya perbedaan antar KK1 dengan KK2, KP1, KP3 dan KP4. Persentase penurunan rerata kadar SGPT dan SGOT dibandingkan dengan KK2 yaitu pada KP1 sebesar 51,20% dan 44,67%; pada KP2 sebesar 51,70% dan 44,95%; pada KP3 mengalami penurunan sebesar 50,17% dan 44,09%; dan pada KP4 mengalami penurunan sebesar 48,44% dan 43,40%. Hasil penelitiaan menunjukkan bahwa dosis 20 mg/kg BB tikus dapat menurunkan rerata kadar SGPT (66,62 U/l) dan SGOT (162,44 U/l) yang paling optimum hingga mendekati dosis pada kontrol normal.

The present study was conducted to assess the effects of ethanol extract rhizome mango ginger (Curcuma mangga Val.) in reducing levels of SGPT and SGOT of CCl4-induced in male Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L.). Thirty male rats were devided into six groups, consisting of normal control group (KK1), treatment control group (KK2) CCl4- induced, and treatment group in different doses, 10; 20; 40 dan 80 mg/kg bw (KP1, KP2, KP3 and KP4) respectively. Ethanol extract of rhizome mango ginger was given orally and administrated for four times in 48 hours. The results of LSD test (P <0.05) in the last blood sampling indicates that there is no difference between KK1 with KP2 and KP1 with KP2, but difference between KK1 with KK2, KP1, KP3 and KP4. Percentage reduction in mean levels of SGPT and SGOT compared with KK2 is in KP1 by 51.20% and 44.67%; on KP2 51.70% and 44.95%; the KP3 50.17% and 44.09%; and the KP4 48.44% and 43.40%. The results demonstrated that dose of 20 mg/kg bw can decrease the rate of SGPT (66,62 U/l) and SGOT (162,44 U/l) near to normal level in normal control group.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Joshua Eldad Frederich Lasanudin
"Latar Belakang Sindrom koroner akut (SKA) merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh penyumbatan pada arteri koroner jantung. Gejala utamanya adalah nyeri dada, yang disebut juga sebagai angina pektoris. TIMI risk score adalah suatu sarana penilaian risiko yang mengevaluasi berbagai faktor untuk menentukan prognosis pasien SKA. Namun, TIMI risk score tidak memperhitungkan tingkat transaminase aspartat serum dan transaminase alanina serum saat admisi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apabila terdapat hubungan antara enzim tersebut dengan hasil TIMI risk score.
Metode Penelitian ini merupakan suatu studi cross-sectional analitik yang dilaksanakan melalui pengumpulan data rekam medik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, yang meliputi TIMI risk score, tingkat transaminase aspartat serum saat admisi pasien, dan tingkat transaminase alanina serum saat admisi pasien. Terdapat 111 sampel dan data yang telah diperoleh dianalisis menggunakan program SPSS.
Hasil Tingkat transaminase aspartate serum pada saat admisi tidak berhubungan dengan hasil TIMI risk score pasien (p=,183). Tidak ditemukan hubungan statistik yang bermakna antara tingkat transaminase alanina serum pada saat admisi dengan hasil TIMI risk score pasien (p=,835).

Background Acute coronary syndrome (ACS) is a disease caused by blockage in the coronary arteries. Its characteristic symptom is chest pain, also called as angina pectoris. TIMI risk score is a risk assessment method that evaluate various factors to determine the prognosis of ACS patients. However, it does not take into account admission serum AST and ALT levels of the patient. This research aims to see whether the said liver enzymes are associated with TIMI risk score results.
Method The research is an analytical cross-sectional research that is performed through data collection, which includes TIMI risk scores, admission serum AST levels, and admission serum ALT levels, from the medical records of Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. There are 111 samples collected and the data that has been gathered is analysed using the SPSS program.
Results Admission serum AST levels are not associated with patients’ TIMI risk score results (p=.183). There is also no statistical significance between the patient’s admission serum ALT and his/her TIMI risk score result (p=.835).
Conclusion Data analysis show that there are no significant association between patients’ admission serum AST and ALT with their TIMI risk score. Thus, the use of admission serum AST and ALT are not able to assess prognosis of ACS patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Damardjati
"Pemeriksaan trombosit dan waktu protrombin dikatakan merupakan prediktor terjadinya fibrosis hati, akan tetapi hal ini masih diperdebatkan. Ultrasonografi (USG) merupakan alat yang dapat memberikan gambaran permukaan hati. Colli dick melaporkan, bila dijumpai ekogenisitas yang tidak homogen pada permukaan hati, kemungkinan besar telah terjadi fibrosis atau sirosis hati.
RUMUSAN MASALAH
1. Sampai saat ini belum banyak studi yang melaporkan bagaimana perjalanan klinis infeksi VHC pada anak. Masih sedikit penelitian yang melaporkan perjalanan penyakit infeksi VHC pada anak yang menderita hemofilia. Belum pemah dilakukan penelitian infeksi VHC kronik pada pasien hemofilia di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM.
2. Beberapa penelitian melaporkan pemeriksaan non invasif, mudah, mudah dan cukup balk dalam menilai derajat beratnya penyakit hati secara tidak langsung pada pasien dengan infeksi VHC. Pemeriksaan ini terdiri dari ALT, rasio AST/ ALT, jumlah trombosit. Sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian gambaran ALT, rasio AST/ALT, jumlah trombosit pasien hemofilia yang terinfeksi VHC di Departemen Iimu Kesehatan Anak FKUI/RSCM.
TUJUAN PENELITIAN
Umum
Mengetahui gambaran klinis infeksi VHC pada pasien hemofilia di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM.
Khusus
1. Mengetahui proporsi pasien hemofilia yang menderita infeksi VHC kronik.
2. Mendapatkan gambaran manifestasi klinis infeksi VI-IC pada pasien hemofilia.
3. Mendapatkan gambaran :
- Jumlah trombosit
- Peningkatan ALT
- Rasio AST/ ALT"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T58473
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Misbakhul Munir
"Monosodium Glutamat (MSG) merupakan garam natrium dari glutamate yang merupakan asam amino nonessensial yang dapat bersifat eksitotoksik. Terdapat dugaan bahwa glutamat yang berlebihan berpotensi menyebabkan kerusakan dihati dengan mekanisme eksitotoksik karena reseptor glutamate juga ditemukan di hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metabolisme hati yang berkaitan dengan Fungsi hati (enzim GPT) dan glukoneogenesis pada tikus jantan dewasa setelah pemberian MSG dan penghentiannya. Sebanyak 45 ekor tikus putih (Rattus norvegicus) jantan dibagi menjadi 3 kelompok : Kelompok kontrol(diberi akuades), kelompok pemberian MSG 4 gr/KgBB/hari dan kelompok pemberian MSG 6 gr/KgBB/hari. Perlakuan diberikan melalui sonde selama 30 hari. Setiap kelompok dibagi lagi menjadi 3 kelompok berdasarkan waktu pengambilan jaringan hati (30+1, 30+14 dan 30+28), jaringan hati diambil untuk pengiukuran kadar protein, glukosa dan aktivitas spesifik enzim GPT. Pemberian MSG 4 gr/KgBB/hari tidak menyebabkan perubahan kadar glukosa (P=0,132), tetapi terjadi peningkatan bermakna aktifitas spesifik enzim GPT (p=0,038) pada jaringan hati tikus. Pemberian MSG 6 gr/KgBB/hari menyebabkan penurunan bermakna kadar glukosa ( p=0,065 ) paska penghentian 28 hari, tetapi terjadi penekanan tidak bermakna pada aktifitas spesifik enzim GPT ( 0, 651) pada jaringan hati.

Monosodium Glutamate (MSG) is the sodium salt of glutamate which is an amino acid nonessensial. Wich tend to be exitotoxic. There are allegations that excessive glutamate could potentially caused damage to the liver, because glutamate receptors are also found in the liver. This study aim was to determine the liver metabolism related to the specific activity of the glutamate pyruvate transaminase and gluconeogenesis in adult male rats after administration of MSG and its termination. A total of 45 rats (Rattus norvegicus) males were divided into 3 groups: control group (distilled water), the group MSG 4 g / Kg BB / day and MSG 6 g / KgBB / day administration. The treatment is given by sonde for 30 days. Each group was subdivided into three groups based on the time period after MSG discontinued (30 + 1, 30 + 14 and 30 + 28), the liver tissue is taken for measuring: protein, glucose concentration, and GPT specific activity. Administration of MSG 4 g / kgBB / day did not lead to changes in glucose levels (P = 0.132), but there was a significant increase in GPT specific activity (p = 0.038) in the rat liver tissue. Administration of MSG 6 g / kg BB/ day caused a significant decrease in glucose levels (p = 0.065) after discontinuation of 28 days, but there was not significant different in the specific activity of the GPT enzyme (p=0, 651) in the liver tissue.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Neneng Arie Komariah
"ABSTRAK
Latar belakang: Peningkatan enzim transaminase sering ditemukan pada anak dengan leukemia limfoblastik akut LLA dalam kemoterapi fase pemeliharaan. Belum ada penelitian terkait pemberian vitamin E pada anak LLA dengan kondisi tersebut di Indonesia. Tujuan: Mengetahui prevalens, karakteristik, dan pengaruh pemberian vitamin E terhadap perbaikan kadar enzim transaminase pada anak LLA dalam kemoterapi fase pemeliharaan. Metode: Uji klinis acak tersamar tunggal, membandingkan vitamin E dosis antioksidan dengan plasebo pada anak LLA yang mengalami peningkatan enzim transaminase bulan Agustus-Desember 2017 di Poliklinik Hematologi dan Onkologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Enzim transaminase dievaluasi setelah 3 dan 5 minggu intervensi dan perbaikan didefinisikan bila menurun ge;20 . Hasil: Terdapat 33 kejadian peningkatan enzim transaminase, 17 vitamin E dan 16 plasebo. Prevalens 41,2 , karakteristik pasien predominan laki-laki, usia 2,5-5x. Vitamin E dibandingkan plasebo setelah 3 minggu P=0,601; RR=0,93; IK 95 0,73-1,16 dan 5 minggu P= 0,103; RR= 0,81; IK 95 0,64-1,03 . Kesimpulan: Pemberian Vitamin E dibandingkan plasebo pada anak LLA dalam kemoterapi fase pemeliharaan setelah 3 dan 5 minggu tidak berbeda bermakna, namun kelompok vitamin E terdapat kecenderungan perbaikan kadar enzim transaminase.

ABSTRACT
Background Aminotransferase enzyme rsquo s elevation is a common complication associated maintenance chemotherapy in pediatric acute lymphoblastic leukemia ALL . Vitamin E is used as therapy but none research has been done on this issue in Indonesia. Objectives To identify the prevalence, characteristics of patients and the effect of vitamin E on aminotransferase enzyme rsquo s improvement in pediatric ALL during maintenance chemotherapy. Methods A randomized single blind controlled trial of antioxidant dose vitamin E versus placebo in pediatric ALL during maintenance chemotherapy with aminotransferase enzyme rsquo s elevation was conducted on August December 2017 at Hematology and Oncology clinic Cipto Mangunkusumo hospital. Aminotransferase enzymes were evaluated after intervention for 3 and 5 weeks. Improvement was defined as a decrease ge 20 of baseline. Results There were 33 events, 17 vitamin E and 16 placebo. Prevalence was 41,2 , characteristics were predominated boys, 2,5 5x. There were no statistical difference in aminotranferase enzyme rsquo s improvement after 3 weeks intervention P 0,601 RR 0,93 CI 95 0,73 1,16 and 5 weeks intervention P 0,103 RR 0,81 CI 95 0,64 1,03 . Conclusion Antioxidant dose of vitamin E tends to decrease aminotransferase enzyme but not statistically significant. "
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cisca Lasmaria
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan skrining kapang Aspergillus spp.
koleksi University of Indonesia Culture Collection (UICC), fermentasi dan
analisis produksi antioksidan. Hasil skrining antioksidan dari 12 biakan
Aspergillus spp. menggunakan metode fitokimia mengandung senyawa
antioksidan: flavonoid, triterpenoid, alkaloid dan glikosida. Analisis
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) menggunakan BHT sebagai standart dari 12
Aspergillus spp. menunjukkan Aspergillus awamori UICC 9 memiliki nilai Rf
yang hampir sama dengan standart. Analisis DPPH (2,2 diphenil-1-pikrihidrazil)
mengkonfirmasi antioksidan Aspergillus awamori UICC 9 memiliki EC 50 sebesar
1359.5 ppm

Abstract
The aim of this research is to screen Aspergillus spp molds, that belonged
to the University of Indonesia Culture?s Collection (UICC) for antioxidant
production. The result of phytochemical analysis process of 12 Aspergillus spp.
consist of flavonoid, triterpenoid, alkaloid and glycoside. The Thin Layer
Chromatography (TLC) using BHT as standart to analyse of 12 Aspergillus spp.
show that Rf value of Aspergillus awamori UICC 9 has Rf value is same as
standard (0.16). An antioxidant activity using DPPH (2,2 diphenil-1-pikrihidrazil)
analysis confirmed that Aspergillus awamori UICC 9 has EC50 is 1359.5 ppm"
2011
T29812
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah Nur Anisa Rahmi
"Latar belakang: Bekatul merupakan bagian dari padi yang mengandung sumber antioksidan bermanfaat dalam perlindungan dari radikal bebas. Radikal bebas sendiri merupakan senyawa yang dapat menyebabkan stress oksidatif dan kerusakan pada organ tubuh.Terlepas akan manfaatnya, bekatul seringkali dibuang dalam proses penggilingan padi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi perlindungan minyak bekatul pada kerusakan jaringan hati yang diinduksi oleh CCl­4 melalui pengukuran ALT jaringan hati tikus
Metode: Sebanyak 24 tikus wistar jantan dibagi acak dalam 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok preventif yang diberikan minyak bekatul dosis 1 sebesar 0.5mL lalu diberikan CCl4 0.55g/KgBB,kelompok preventif yang diberikan minyak bekatul dosis 2 sebesar 1.5mL lalu diberikan CCl4 0.55g/KgBB,kelompok kontrol positif yang hanya diinduksi CCl4, kelompok kuratif yang diberikan CCl4 0.55g/KgBB lalu diberikan minyak bekatul dosis 1 sebesar 0.5mL, kelompok kuratif yang diberikan CCl4 0.55g/KgBB kemudian diberikan minyak bekatul dosis 2 sebesar 1.5mL. Pengukuran ALT dilakukan menggunakan Kit dengan sampel jaringan hati tersimpan.
Hasil: Kelompok kontrol positif memiliki kadar ALT terrendah. Terdapat adanya peningkatan kadar ALT pada kelompok tikus preventif dan kuratif dibandingkan dengan kelompok kontrol positif,walaupun tidak signifikan.
Kesimpulan: Minyak bekatul dosis 0.5mL dan 1.5mL pada kelompok preventif dan kuratif mampu meningkatkan kadar ALT dibandingkan kelompok kontrol positif walaupun tidak bermakna secara statistic.

Introduction: Bran is part of rice that contains antioxidants that are useful in protecting against free radicals. Free radicals are molecules that can lead to oxidative stress and organ damage. Despite its advantages, bran is frequently discarded during the miling process. The purpose of this study is to determine the potential protection of rice bran oil against CCl4-induced liver tissue damage by measuring rat hepatic tissue ALT
Method: Total of 24 wistar rats were randomly into 6 groups, namely the control group, the preventive group which was given the first dose of 0.5mL rice bran oil and then CCl4 0.55 g/KgBW, the preventive group which was given the second dose of 1.5mL rice bran oil and then CCl40.5g/KgBW, the positive control group which was only induced by CCl4, the curative group which was given CCl4 0.55g/KgBW and then the first dose of 0.5mL rice bran oil, the curative group which was given CCl4 0.55g/KgBW and then given a second dose of 1.5mL rice bran oil. ALT measurements were then performed using the Kit with the stored liver tissue samples
Result: The positive control group had the lowest ALT levels compared to the other groups. There was an increase in ALT levels in both the preventive and curative groups compared to the positive control group, although this was not statistically significant.
Conclusion: Rice bran oil doses of 0.5mL and 1.5mL in the preventive and curative groups were able to increase ALT levels compared to the positive control group although not statiscally significant
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library