Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
London: Robinson, 2009
782.421 MAM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Syamsi
"Tampilnya The Beatles disambut dua macam reaksi yaitu sambutan yang hangat dari generasi muda, dan keberatan dari pihak orang tua, guru, dan pemerintah (the estabilishment). Kelompok musik itu membawa banyak hal yang tidak dibayangkan sebelumnya. Bagi generasi muda, The Beatles menumbuhkan semangat kebebasan, sarana ekspresi, saat untuk menjadi perhatian ; bagi kelas pekerja, The Beatles adalah harapan untuk menghapuskan pembatasan yang tidak terlihat - seperti pembagian kelas-dan media untuk menuju tempat yang lebih baik di masyarakat; dan bagi the estabilishment, The Beatles adalah ancaman bagi kekuasaan dan otoritas yang mereka miliki. Dengan berbagai ideologi yang berbeda artikel ini berupaya memahami berbagai alasan di balik perubahan dan kondisi masyarakat Inggris sejak 1960 an"
University of Indonesia, Faculty of Humanities, 2002
pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas Alfarindo
"Musik populer Jepang yang ada pada saat ini sebenarnya telah melewati proses perkembangan yang panjang. Dimulai sebelum Perang Dunia II terjadi dan terus berkembang hingga sekarang. Pengaruh musik Barat juga ikut memberikan pengaruh, terutama pada era postwar dimana musik Barat mulai bisa masuk ke Jepang. Selain itu kependudukan Amerika di Jepang juga telah memberikan pengaruh, termasuk pengaruh musik the Beatles. Pada pertengahan tahun 1960-an the Beatles mulai terkenal secara global, termasuk Jepang. Hingga pada tahun 1966 the Beatles akhirnya melakukan tour ke Jepang dan memberikan dampak dan pengaruh terhadap musik populer Jepang pada saat itu. Hal tersebut dapat dilihat ketika munculnya musik jenis 'Group Sound' di Jepang dan juga munculnya band-band yang mengusung musik tersebut. Oleh karena itu, tugas akhir ini akan membahas mengenai pengaruh the Beatles dalam perkembangan musik populer Jepang.

ABSTRACT
Japanese popular music nowadays was actually going through a long process of development. It was started before the World War II begin dan keep developing until now. Western music also giving an influence in Japanese popular music, especially when in postwar era where Western music can finally distributed in Japan. Beside that, America`s invasion in Japan after World War II also contributed to the development, including in distributing the Beatles`s music. In the mid 1960s the Beatles strating to be known globally including Japan. Until in 1966 the Beatles finally having a tour to Japan and giving an influence and effect to Japanese popular music at that time. This particular occurrences can be seen at the emergence of `Group Sound` music and bands that upholding the music. Because of it, this research will discuss about the influence of the Beatles on the development of Japanese popular music."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Syahla Ifany Isgiana
"Lagu "All You Need Is Love" oleh The Beatles merangkum semangat Summer of Love di tahun 1967, sebuah periode yang ditandai dengan gerakan kontra budaya yang kuat yang mengadvokasi perdamaian, cinta, dan kebebasan. Studi ini menggunakan metodologi visual ganda, mengacu pada kerangka kerja analisis konten dan interpretasi komposisi Gillian Rose, untuk menggali lirik lagu dan pertunjukan videonya. Dengan mengkontekstualisasikan analisis dalam lingkungan sosial budaya tahun 1967, dengan fokus pada Summer of Love dan gerakan kontra budaya, studi ini menjelaskan bagaimana "All You Need Is Love" berfungsi sebagai seruan untuk perubahan sosial dari norma konvensional ke masyarakat yang lebih terbuka dan inklusif. Lebih lanjut, studi ini meneliti dampak lagu tersebut, mengeksplorasi bagaimana lagu tersebut dikonsumsi sebagai bentuk protes dan representasi cinta dan damai di tengah lanskap sosial-politik yang penuh gejolak, khususnya sebagai tanggapan terhadap isu-isu seperti Perang Vietnam dan gerakan hak sipil. Temuan penelitian ini menggarisbawahi relevansi dan dampak abadi dari pesan cinta dan damai The Beatles, yang bergema lintas generasi. Namun, keterbatasan ketersediaan data dan subjektivitas inheren dari interpretasi visual memerlukan interpretasi hasil yang hati-hati. Kedepannya, penelitian selanjutnya dapat mengeksplorasi metodologi visual tambahan untuk memperkaya pemahaman tentang signifikansi budaya lagu tersebut dan perannya dalam membentuk kesadaran kolektif.
 

The Beatles' "All You Need Is Love" encapsulates the spirit of the Summer of Love in 1967, a period marked by a powerful counterculture movement advocating for peace, love, and freedom. This study employs a dual visual methodology, drawing on Gillian Rose's frameworks of content analysis and compositional interpretation, to delve into the song's lyrics and its video performance. By contextualizing the analysis within the socio-cultural milieu of 1967, with a focus on the Summer of Love and the counterculture movement, this study sheds light on how "All You Need Is Love" served as a rallying cry for societal change from conventional norms to a more open, inclusive society. Furthermore, the study examines the song's impact, exploring how it was consumed as a form of protest and a representation of love and peace amidst the tumultuous socio-political landscape, particularly in response to issues like the Vietnam War and civil rights movements. The findings of this study underscore the enduring relevance and impact of The Beatles' message of love and peace, resonating across generations. However, limitations in data availability and the inherent subjectivity of visual interpretation warrant cautious interpretation of the results. Moving forward, future research could explore additional visual methodologies to enrich the understanding of the song's cultural significance and its role in shaping collective consciousness.
 
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Novita Angelina
"[ABSTRAK
Kedatangan grup musik The Beatles pertama kali ke New York menjadi jalan
pembuka bagi kejayaan musisi Inggris berbakat lainnya di Amerika Serikat.
Peristiwa tersebut lebih dikenal dengan istilah British Invasion. Hal ini ditandai
ketika musisi Inggris berhasil mendominasi tangga lagu US Billboard sejak tahun
1964-1974. Kehadiran The Beatles menjadi sebuah fenomena budaya baru dalam
kehidupan masyarakat Inggris. Budaya Populer Inggris pada era British Invasion
mendominasi dan melakukan hegemoni budaya terhadap masyarakat Amerika
Serikat dan dunia. Musisi Inggris menawarkan nilai-nilai baru yang dapat diterima
dengan baik oleh masyarakat Amerika Serikat.

ABSTRACT
The arrival of musical group The Beatles for the first time in New York is
considered as the pioneer in opening the way of other talented British musicians?
to gain triumph in the United States. The event is more known as the British
Invasion. It is characterized when British musicians successfully dominated US
Billboard charts since 1964-1974. The presence of the Beatles was a new cultural
phenomenon in British life at that time. British popular culture during the British
Invasion era dominated and caused cultural hegemony to the United States and the
world. British musicians offer new values that are well-accepted by the American
public.;The arrival of musical group The Beatles for the first time in New York is
considered as the pioneer in opening the way of other talented British musicians?
to gain triumph in the United States. The event is more known as the British
Invasion. It is characterized when British musicians successfully dominated US
Billboard charts since 1964-1974. The presence of the Beatles was a new cultural
phenomenon in British life at that time. British popular culture during the British
Invasion era dominated and caused cultural hegemony to the United States and the
world. British musicians offer new values that are well-accepted by the American
public.;The arrival of musical group The Beatles for the first time in New York is
considered as the pioneer in opening the way of other talented British musicians?
to gain triumph in the United States. The event is more known as the British
Invasion. It is characterized when British musicians successfully dominated US
Billboard charts since 1964-1974. The presence of the Beatles was a new cultural
phenomenon in British life at that time. British popular culture during the British
Invasion era dominated and caused cultural hegemony to the United States and the
world. British musicians offer new values that are well-accepted by the American
public., The arrival of musical group The Beatles for the first time in New York is
considered as the pioneer in opening the way of other talented British musicians’
to gain triumph in the United States. The event is more known as the British
Invasion. It is characterized when British musicians successfully dominated US
Billboard charts since 1964-1974. The presence of the Beatles was a new cultural
phenomenon in British life at that time. British popular culture during the British
Invasion era dominated and caused cultural hegemony to the United States and the
world. British musicians offer new values that are well-accepted by the American
public.]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Nurul Maliki
"Sebenarnya musik telah menjadi bagian dari hidup manusia selama berabad-abad lamanya. Musik lahir dari kecintaan manusia pada kehidupan dan dilandasi oleh ingatan manusia akan pengalaman-pengalaman hidupnya (Campbell, 1997: 142). Jika ditelaah kapan musik itu mulai tumbuh, mungkin jawabannya adalah ketika manusia terlahir di Bumi. Sebagai titik tolak, untuk pertama kali musik Progressive itu lahir dari ketidakpuasan, atau ingin mencari suatu bentuk baru yang di luar kebiasaan atau minat orang kebanyakan. Terjadinya akuiturasi dan asimilasi yang begitu kuat menyerang pada individu dan masyarakat, maka tercetuslah musik Progressive. Perkembangan musik aliran ini memang berasal dari Barat (Eropa). Berawal dari eksperimentasi musisi rock saat itu, diinspirasi oleh The Beatles dan The Beach Boys, band musik rock asal inggris, di mana mulai menggabungkan musik tradisional, musik kiasik, dan jazz ke dalam komposisi mereka, hal ini dikenal sebagai aliran musik rock Progressive (Progressive Rock).
Timbulnya musik-musik underground ini, khususnya yang beraliran Progressive merupakan suatu bentuk apresiasi seni musik yang jauh dari unsur kapitalisme. Hal ini terjadi karena saat ini seni tidak lagi dihargai menjadi sebuah nilai kesenian. Seni diukur hanya lewat uang belaka. Ringkasnya seni musik khususnya telah menjadi industri. Padahal suatu karya seni apapun jenisnya merupakan hasil suatu pemikiran yang otentik dan orisinil terhadap realita sosial yang tertuang melalui media baik lukisan, lagu, puisi dan sebagainya. Namun saat ini, hal itu mulai bergeser jauh, dimana orang hanya meniiai seni dengan 'uang semata' dan seperti pemyataan Walter Benjamin: 'Seni akan kehilangan auranya.' (dalam Connerton, 1980: 281).
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah wujud komunitas musik underground progressive melalui rekaman independent-nya merupakan wadah penolakan terhadap kapitalisme yang mengarah pada fetisisme (dari konsep Adomo dan Thornton), di mana dalam masyarakat modem saat ini tercipta masyarakat yang pasif dan terdoktrin pada keinginan ?pasar? sehingga membentuk suatu kesadaran palsu atas rasionalitas masyarakat. Paradigma kritis dipakai sebagai landasan penelitian dengan mengaplikasikan metode etnografi. Pengetahuan dan realitas dalam kerangka pemikiran kritis bersifat emansipatoris dan menggali fenomena yang mendalam. Proses pemahamannya tidak dapat mengabaikan faktor historis dan kultural. Oleh sebab itu, etnografi dipilih sebagai metode untuk menggali data alamiah dengan Iebih dalam, berkaitan dengan kebutuhan informasi historis dan kuttural. Aplikasi metode penggalian data menggunakan tehnik observasi langsung, observasi terlibat, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa Semua elemen yang terkandung dalam seluruh sistem produksi karya seni berada dalam lingkupan sosial-historis. Karya seni lahir dari sejarah seni dan sejarah masyarakat yang masing-masing punya sejarah sosial sendiri yang melibatkan relasi-relasi antar kelompok, kekuasaan institusi, konvensi-konvensi yang berlaku, serta perubahan setera masyarakat. Dengan demikian terbangun dua konsep pembentukan pasar dalam hal ini. Mereka adalah musik pada jalur mainstream dan musik pada jalur underground. Masing-masing memiliki misi yang berujung pada kapitalisme yang idealis. Konsep pertama menganggap bahwa sesuatu yang popular dapat menjadi sumber keuntungan karena mewakili homogenitas selera masyarakat dan selera masyarakat tersebut akan terbentuk dengan intensitas strategi penjuatan yang tinggi. Di lain pihak pada konsep yang kedua menganggap bahwa setera masyarakat seharusnya terbentuk atas dasar latar belakang individu atau kelompok secara natural tanpa intervensi kekuatan sebuah institusi sehingga karya yang tercipta akan semakin beragam, karena hakikat manusia yang unik dengan beragam pengalaman hidup yang berlainan merupakan anugerah yang tidak dapat dipungkiri. Kesadaran akan hat ini membentuk aliran musik yang segmental dalam sebuah komunitas yang berpegang pada rasionalitas akan kehendak bebas manusia dalam berkarya dengan mengesampingkan unsur komoditas dan pemasungan hak berkarya yang autentik.
Makna teoritis hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua subkultur mengarah pada sesuatu yang menyimpang, namun memang tidak dapat dielakkan bahwa suatu komunitas ada karena adanya ketidakpuasan terhadap budaya dominan masyarakat. Melalui identitasnya yang menjunjung tinggi nilai kehendak bebas atas karya cipta dengan orisinalitas dan autentisitasnya menunjukkan bahwa dengan jelas mereka menentang adanya intervensi yang bertujuan komersial yang dimanipulasi. Dalam misinya komunitas ini lebih menunjukkan perlawanan dengan budaya dalam praktek kompromistis. Hal ini dilakukan karena komunitas ini sangat menjunjung kehendak bebas dan rasionalitas manusia. Sehingga perbedaan didasarinya dapat terjadi. Namun penolakannya terhadap kebijakan mainstream yang cenderung kolonialis tetap merupakan usaha yang harus dilakukan lewat rasionalisasi identitas komunitas melalui kesadaran masyarakat dalam rekaman karya-karyanya.

Apparently music has been a part of human life for centuries. Music is born from human love for life and is inspired by human thoughts of experiences (Campbell, 1997: 142). If we analyzed when music starts to develop, the answer might be when human starts to exist. As the background, progressive music is born from dissatisfaction or desire to find something that out of mainstream interest. The development of this music genre originated from the West (Europe). Born from Rock Musicians' experimentation, inspired by The Beatles and The Beach Boys, English Rock Bands; they start elaborating traditional music, classical music, and jazz to their composition. This thing is to be known as progressive rock music genre.
The existence of underground music, especially the one that have progressive genre is a form of musical art appreciation which far from capitalism factor. It is happened because nowadays art is no longer appreciated for its value but art is measured by mere money. For short, musical art has transformed into an industry. Instead of appreciation in art as a form of authentic and original thought, which is addressed to criticize the social realism such as paintings, songs, and poems; nowadays, art is appreciated as commodity.
The aim of the study is to investigate whether the underground progressive community with its independent recordings is a medium of rejection for capitalism, which swayed toward fetishism (Adomo and Thornton). Thus this modem society becomes passive and doctrines by the market, which has big influence to the false consciousness of the society; to elaborate the con-elation between these symptoms to its background. Therefore, critical paradigm and ethnographical method is applied to this study.
The findings show that all of the elements contained in the art production system are related to its social-historical background. Art is produced with in the society by its elements, such as histories, institutions, conventions, and also the governance. Therefore, it elicits two concepts of art. They are mainstream music (popular music) and underground music (progressive music), which are aimed to their idealistic capitalism. The first concept is to think that something popular can be the profit source because it represents the homogeneity of taste and that taste will be formed with high intensity marketing strategy. On the other side, in the second concept thinks that the society's taste should be formed based on the background of individual or groups in a natural way without any interventions so that, the resulting composition will have more varieties. The consciousness of this mater forms segmental music genre in a community, which deeply rooted in rationality of human freewill in making arts by disbanding co modification factors and inhibiting of authentic art creating rights.
The theoretical meaning of this study shows that not all subcultures geared toward deviation, but it is an undeniable fact that a community exists because dissatisfaction of society's dominate culture. Through their identity that upheld freewill value of arts with originality and authenticity shows clearly that they oppose any manipulated commercial interventions. In their mission, this community shows their opposition to compromised practice. These acts are done because the community upheld the freewill value and human rationality. Therefore, the rationalization of subculture identity has to be through their underground recordings."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22446
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library