Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2006
S34043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suprayogi
"ABSTRAK
Bagian tengah sungai adalah daerah awal dari proses sedimentasi
sungai. Pada bagian ini sungai mulai membentuk belokan-belokan karena air
mulai menemui hambatan berupa kemiringan yang semakin landai. Aliran air
mulai mencari keseimbangan (equilibrium) dengan membentuk meander.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola meander Ci Liwung dan
perubahannya selama periode tahun 1901 hingga 2006 terkait dengan
tekstur tanah tanggul sungai dan perubahan tutupan lahan DA Ci Liwung
Hulu. Secara spasial perubahan meander dilakukan dengan cara overlay
untuk setiap seri tahun yang berbeda. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah; kelengkungan, ketinggian, kelerengan, tekstur tanah
dan tutupan lahan daerah terbangun.
Sebagian besar meander Ci Liwung memiliki pola kelengkungan
sedang hingga besar yang terletak dalam region ketinggian 0 ? 105 m dpl.
Sebagian lainnya adalah meander dengan pola kelengkungan standar yang
terletak dalam region ketinggian 15 ? 105 m dpl.
Sebagian meander Ci Liwung mengalami perubahan enlargement dan
sebagian lainnya mengalami perubahan extension. Secara menyeluruh pada
periode 1901 hingga 2006 meander Ci Liwung mengalami perubahan
extension dan terletak dalam region ketinggian dibawah 100 meter.
Kandungan pasir tanggul sungai pada meander yang mengalami
perubahan enlargement berkisar antara 38 % hingga 92 %. Sedangkan
kandungan pasir pada meander yang mengalami perubahan extension
berkisar antara 29 % hingga 89 %.
Luas tutupan lahan daerah terbangun DA Ci Liwung hulu menunjukkan
peningkatan selama periode tahun 1983 hingga 2006 sebesar sebelas
persen (0.5% pertahun atau mencapai 109 Ha pertahun)."
2007
T39425
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Ramdhani Fajri
"Kota Depok merupakan wilayah yang mengalami laju perubahan lahan yang cukup tinggi. Penelitian ini mengkaji pola spasiotemporal pertumbuhan daerah terbangun Kota Depok dan prediksinya di Tahun 2020 menggunakan analisis logistik biner. Faktor-faktor yang dikaji dalam penelitian ini antara lain jarak terhadap jalan utama, kepadatan jaringan jalan, jarak terhadap daerah terbangun eksisting, jarak terhadap Kota Jakarta dan jarak terhadap Kota Bogor. Hasil pemodelan menunjukkan pada tahun 2020 luasan daerah terbangun di Kota Depok mencakup sekitar 64.01% yang tersebar merata diseluruh wilayah Kota Depok dengan kecenderungan mengikuti jalan utama. Tren pertumbuhan penduduk digunakan untuk mengukur keakurasian model yang menghasilkan nilai sekitar 80.97%.

Depok is an city that experienced a high rate of land conversion. This study examines spatotemporal pattern of growth of Depok's built-up area and its prediction in Year 2020 using binary logistic analysis. Factors studied in this study including distance to the main road, road network density, distance to existing built-up areas, distance to Jakarta, and distance to Bogor. The modeling result shows that in 2020, built up area covers about 64.01% with the tendency to be distributed alongside the main road. Population growth trends are used to measure the accuracy of the model that result about 80.97%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S70190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kintan Maulidina
"

Maraknya pembangunan di sub DAS Ciliwung Tugu menyebabkan kenaikan wilayah tutupan lahan kedap air yang menyebabkan kenaikan limpasan permukaan dari waktu ke waktu. Dalam upaya penanggulangannya tidak mungkin dilakukan penggusuran bangunan di lahan terbangun. Maka dari itu digunakanlah penerapan infrastruktur hijau untuk pengelolaan air limpasan permukaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik wilayah yang berpotensi diterapkan teknologi infrastruktur hijau dan mengidentifikasi peran penerapan infrastruktur hijau dalam pengelolaan limpasan permukaan di lahan terbangun Sub DAS Ciliwung Tugu. Analisis tumpang-susun digunakan untuk mendapatkan lokasi potensial penerapan infrastruktur hijau dan Metode Rasional digunakan untuk menghitung perubahan debit sebelum dan sesudah diterapkannya infrastruktur hijau. Hasil wilayah potensial dan perubahan debit dianalisis dengan memperhatikan aspek fisik DAS. Hasilnya diketahui bahwa jenis infrastruktur hijau sengkedan berumput paling berpotensi diterapkan pada bentuk medan hummocky, atap hijau paling berpotensi diterapkan pada bentuk medan hilly, trotoar berpori paling berpotensi diterapkan pada bentuk medan hilly, dan lajur saringan bervegetasi paling berpotensi diterapkan pada bentuk medan hilly. Penerapan infrastruktur hijau di lahan terbangun sub DAS Ciliwung Tugu berpotensi untuk menurunkan debit limpasan. Berdasarkan perhitungan, persen penurunan debit limpasan klasifikasi tinggi berpotensi terjadi pada bentuk medan hummocky, hillocky, hilly, dan mountainous. Sedangkan persen penurunan debit limpasan klasifikasi rendah berpotensi terjadi pada bentuk medan undulating.

 


Massive development in Ciliwung Tugu sub watershed has caused an increase in imprevious cover area. This also causes an increase in surface runoff over time. In an effort to overcome them, it is impossible to do eviction of buildings in the built-up areas. Therefore, the application green infrastructure is used for managing the stormwater itself. The aim of this research is to determine the characteristics of potential area of green infrastructure implementation, and identificate the function of green infrastructure in case of  reduce  runoff  discharge in Ciliwung Tugu sub watershed built-up areas. Overlay analysis is used to get the potential area to aplicate the green infrastructure and the Rational Method is used to calculate the runoff discharge change of green infrastructure implementation. The result of potential areas and runoff discharge change is analyzed with  concern in watershed physical aspect.

The results show that the type of grassed swales has the most potential to be applied to hummocky terrain, green roofs have the most potential to be applied to hilly terrain, porous pavements have the most potential to be applied to hilly terrain, and vegetated filterstrips have the most potential to be applied to hilly terrain. The implementation of green infrastructure in the built-up areas of the Ciliwung Tugu sub-watershed has the potential to reduce runoff discharge. Based on calculations, the high percentage reduction in runoff discharge has the potential to occur in hummocky, hillocky, hilly, and mountainous terrain. Meanwhile, the low percentage reduction in runoff discharge has the potential to occur in the undulating terrain.

 

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Putri
"Kondisi geologis wilayah pesisir Kota Bandar Lampung yang merupakan kawasan rawan tsunami, dengan pertumbuhan penduduk yang semakin berkembang, maka lahan terbangun akan semakin berkembang pula. Hal ini dapat meningkatkan risiko terhadap bencana tsunami sebagai bencana yang sulit diprediksi kedatangannya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis model dinamika spasial untuk wilayah rawan tsunami di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung menggunakan metode Cellular Automata-Markov Chains (CA-MC). Metode CA-MC digunakan untuk memprediksi perkembangan penggunaan lahan di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung tahun 2041 sebagaimana Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandar Lampung tahun 2021-2041 berdasarkan faktor penggerak yang diberikan kepada model, yaitu kemiringan lereng, jarak dari garis pantai, dan jarak dari jalan. Hasil pemodelan akan di-overlay menggunakan wilayah rawan tsunami berdasarkan perhitungan matematis yang dikembangkan Berryman (2006). Hasilnya menunjukkan bahwa lahan terbangun terdampak tsunami pada tahun 2022 – 2041 di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung mengalami peningkatan yang signifikan, bahkan luasan lahan terbangun terdampak tsunami pada RTRW lebih besar dibandingkan hasil pemodelan tahun 2041.

The geological conditions of the coastal area of Bandar Lampung City, which is a tsunami-prone region, coupled with the growing population, will lead to the expansion of built-up land. This can increase the risk of tsunamis as they are difficult to predict. This research aims to analyze a spatial dynamics model for tsunami-prone areas in the coastal region of Bandar Lampung City using the Cellular Automata-Markov Chains (CA-MC) method. The CA-MC method is used to predict land use development in the coastal area of Bandar Lampung City in 2041, based on the driving factors given to the model, which are slope, distance from the coastline, and distance from roads. The modeling results will be overlaid with tsunami-prone areas based on mathematical calculations developed by Berryman (2006). The results show that the built-up land affected by tsunamis in the coastal area of Bandar Lampung City will significantly increase from 2022 to 2041, and the extent of built-up land affected by tsunamis in the Regional Spatial Plan (RTRW) is even larger than the modeling results for 2041."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Didik Priyo Utomo
"Perkembangan kendaraan bermotor terutama kepemilikan pribadi menciptakan fenomena baru. Perluasan kota, kemacetan, dan polusi membuat efektivitasnya dipertanyakan. Konsep tentang kota kompak kembali lagi naik ke permukaan. Salah satunya, DKI Jakarta yang mengarahkan kebijakannya menjadi kota berorientasi transit. Pembangunan fasilitas pejalan kaki digalakkan di simpul transportasi dan pusat kegiatan. Namun, aktivitas berjalan kaki tidak hanya dipengaruhi oleh fasilitas trotoar tetapi juga lingkungan di sekitarnya, terutama lingkungan terbangun. Konsep 5 Ds (Density, Diversity, Design, Distance to transit, dan Destination accessibility) sering digunakan dalam menilai lingkungan terbangun. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik lingkungan terbangun untuk berjalan kaki di kawasan komersial, DKI Jakarta dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam membangun walkability index. Hasilnya, terdapat variabel yang memiliki ketimpangan antar kawasan. Variabel tersebut meliputi kepadatan bangunan, rasio jalan, ketersediaan trotoar, kepadatan halte, ketersediaan koridor, dan kepadatan lokasi tujuan. Hasil walkability index pada penelitian ini menilai kawasan dengan karakteristik dominasi jalan minor dan fasilitas transportasi umum yang memadai merupakan kawasan dengan kualitas berjalan tinggi. Sedangkan, kawasan dengan karakteristik simpangan dan bangunan yang padat, pertokoan kecil, dan jalan yang terkoneksi memiliki kualitas sedang. Selanjutnya, Kawasan dengan karakteristik jenis penggunaan tanah beragam, trotoar yang tersedia memiliki kualitas rendah.

The development of motorized vehicles, especially private ownership, creates a new phenomenon. City expansion, congestion, and pollution put its effectiveness into question. The concept of a compact city has returned to the fore. One of them is DKI Jakarta which directs its policy to become a transit-oriented city. The construction of pedestrian facilities is encouraged at transportation nodes and activity centers. However, walking activity is not only influenced by the sidewalk facilities but also the surrounding environment, especially the built environment. The 5 Ds concepts (Density, Diversity, Design, Distance to transit, and Destination accessibility) are often used in assessing the built environment. This study aims to analyze the characteristics of commercial areas for walking in DKI Jakarta using Geographic Information System (GIS) technology in building a walkability index. As a result, there are variables that have disparities between regions. These variables include building density, road ratio, sidewalk availability, bus stop density, corridor availability, and destination location density. The results of the walkability index in this study assessed that areas with dominant characteristics of minor roads and adequate public transportation facilities were areas with high walking quality. Meanwhile, areas with the characteristics of intersections and dense buildings, small shops, and connected roads have medium quality. Furthermore, Areas with various characteristics of land use types, the available sidewalks are of low quality."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Woro Yogi Utami
"Pembangunan yang dilaksanakan saat ini di Kota Serang sebagai daerah otonom baru, menarik banyak penduduk dari daerah lain untuk beraktivitas di kota ini sehingga berpengaruh terhadap fisik kota terutama wilayah terbangunnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola spasial tingkat perkembangan wilayah terbangun di Kota Serang dan hubungannya dengan perkembangan jaringan jalan dan jumlah penduduk. Tingkat perkembangan wilayah terbangun di Kota Serang terkonsentrasi di bagian tengah ke arah timur Kota Serang. Secara spasial perkembangan wilayah terbangun tersebut tidak ada hubungannya dengan perkembangan jaringan jalan maupun perkembangan penduduk.

The development which is currently held in Serang City as a new autonomous region, attracting many peoples from the other area to move in this city and therefore contributes to the physical of this city especially for the built-up area. This study aims to determine the spatial pattern of built-up area in Serang City and its relationship with the development of the road and population. The development level of built-up area is concentrated in the center to the eastern of Serang City. The development of built-up area has no quite significant correlation to the road and population. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S973
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Fitriawan
"Perkembangan daerah terbangun di Indonesia khususnya di Pulau Jawa, terus meningkat dalam beberapa dekade. Sumbangan sektor ekonomi yang dominan dan pesat di daerah perkotaan telah memicu masyarakat untuk hidup dan berkegiatan di wilayah kota, bahkan berkembang hingga di luar batas administrasi kota. Sumbangan ekonomi dan pertumbuhan penduduk tersebut mengakibatkan berkembangnya kawasan-kawasan baru di sekitar pusat kota dan di sepanjang jaringan transportasi menjadi kota-kota satelit atau aglomerasi penduduk yang maju, strategis serta memiliki fasilitas dan sarana-prasarana yang lengkap.
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses dan intensitas perubahan penggunaan tanah menjadi daerah terbangun di Wilayah Cirebon yang dibagi menjadi 3 kategori; tinggi, sedang dan rendah, sementara faktor-faktor yang mempengaruhinya dianalisis dengan menggunakan regresi logistik. Peran kebijakan pemerintah kota/kabupaten dalam perkembangan daerah terbangun dianalisis dengan membandingkan pola perkembangan hirarki pusat pelayanan dengan perencanaan tata ruang.
Dari 45 kecamatan yang dianalisis, intensitas tinggi ditemukan di 7 kecamatan, intensitas sedang di 18 kecamatan dan intensitas rendah di 20 kecamatan. Proses perubahan penggunaan tanah menjadi daerah terbangun berasal dari persawahan, evolusi dari hutan menjadi tanah terbuka, tegalan/kebun, serta semak belukar, dengan persebaran terdapat di pinggiran kota hingga ke arah barat mengikuti jalur pantura.
Faktor pengaruh signifikan adalah ketinggian, lereng, jarak dari pusat kota (Cirebon), jarak dari pusat kabupaten (Sumber), hirarki pusat pelayanan, dan kerapatan jalan. Sementara itu, kebijakan pemerintah Kota Cirebon sebagai pusat pelayanan utama dan pengendali arah pembangunan diidentifikasi sebagai faktor kebijakan dominan yang mendorong perubahan penggunaan tanah.

The expansion of developed areas in Indonesia especially in Java, continues to increase remarkably in recent decades. Dominant and rapid economic contributions in urban areas has encourage the people e.g. workers to live and undertake activities in the surrounding region, even beyond the limits of the city administration. Thus the economic contribution and the populations growth of urban areas has fueled the growth of new areas along the transportation corridors to form strategic satellite cities.
This study aims to explain the changes and intensity of various land use types in Cirebon Region into developed areas were grouped into three categories; high, medium and low, while the influencing factors was analysed by logistic regression. The role of goverment in advancing the developed areas was analysed by comparing the shifting patterns of economic sectors and the hierarchical development of service centers with the spatial planning, of cities and districts.
Of 45 sub-districts subjected to the analysis, high intensity was identified from 7 sub-districts, medium intensity was identified from 18 sub-districts, and low intensity was identified from 20 sub-districts. Land use changes originated from paddy fields, and evolving forests into bare land, orchards and bushes. They occured along the suburban areas, moving towards the west along the Pantura transportation corridors.
Significant influencing factors were altittude, slope factor, the distance from city nuclea (Cirebon), the distance from district nuclea (Sumber), the central place hierarchy, and road density. Meanwhile, the governmental policy of Cirebon Municipality as the main service center and controller of development direction was identified as the dominant policy factor that induced the land use changes in the region.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42359
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nabila Dety Novia Utami
"Keberadaan Gunung Merapi di Kabupaten Sleman membuat lahan pertanian subur sehingga menjadi daya tarik bagi manusia untuk menempati wilayah tersebut. Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menyebabkan tuntutan penduduk akan ketersediaan lahan terbangun tinggi pula, sehingga membuat daya dukung lingkungan pada Kabupaten Sleman menurun. Akan tetapi, aktivitas vulkanik Gunung Merapi menjadi sebuah ancaman bagi masyarakat yang bermukim di kawasan Rawan Bencana Gunung Merapi. Prediksi terhadap ketersediaan lahan serta kaitannya dengan kawasan rawan bencana, dan daya dukung lingkungan perlu untuk dilakukan. Data kependudukan 2007-2017 dan citra Landsat 7 ETM 2007, 2012, dan Landsat 8 OLI 2017 akan digunakan dalam penelitian ini sebagai variabel dalam model dinamika spasial. Sedangkan, data fisik serta data aksesibilitas seperti kemiringan lereng, bentuk medan, jarak dari sungai, jarak dari kawasan lindung, jarak dari jalan, dan jarak dari pusat pertumbuhan ekonomi akan digunakan sebagai faktor pembatas wilayah terbangun. Daya dukung lingkungan dapat diamati melalui model sistem dinamis hubungan antara pertumbuhan penduduk dan ketersediaan lahan dalam kurun waktu tahun 2007-2100, kemudian dijadikan model dinamika spasial untuk diketahui perilaku spasialnya. Prediksi hasil dari model ini, menunjukkan bahwa lahan terbangun semakin meningkat tiap tahunnya, memadati wilayah yang sesuai untuk lahan terbangun, dan kemudian berkembang pada wilayah yang kurang sesuai untuk lahan terbangun serta menempati kawasan rawan bencana Gunung Merapi.

The existence of Mount Merapi in Sleman Regency makes the agricultural land so fertile and that becomes the attraction for humans to occupy the region. A high population growth will lead to the residents demand of the availability built up land higher, that makes the environmental carrying cappacity in Sleman Regency decrease. However, the volcanic activity of Mount Merapi becomes a threat to the people who live in the area of Disaster Prone Areas of Mount Merapi. Predictions on the availability of land as well as the relation to the disaster prone areas, and the carrying capacity of the environment needs to be done. 2007 ndash 2017 population data and Landsat 7 ETM 2007, 2012, and Landsat 8 OLI 2017 imagery will be used in this research as variable in the spatial dynamics model. Meanwhile, physical and accesibility data such as slope, landform, distance from the river, distance from protected area, distance from road, and distance from the center of economic growth will be used as limiting factor of built up land. Environmental carrying capacity can be observed through a dynamic system model of the relationship between population growth and land availability within the period of 2007 2100, then made into the spatial dynamics model to know its spatial stance. The results of this model show that built up land increasing every year, packed areas that are suitable for built up land first, then encroach on areas which not suitable for built up land and Mount Merapi Disaster Prone Areas."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>