Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Mohamad Fiqri
"ABSTRAK
Interkoneksi merupakan hal yang sangat mendasar ketika industri
telekomunikasi bertransformasi dari struktur industri monopolistik menjadi
kompetisi sehingga harus diatur dalam undang - undang. Terdapat kelemahan
dalam peraturan di Indonesia, yaitu belum adanya peraturan yang mengatur tentang
interkoneksi pada sistem IP (Internet Protocol). Sementara itu, Indonesia terus
mengalami pertumbuhan kenaikan penggunaan data internet. Untuk itu, regulasi
yang mengatur tentang interkoneksi Ip sangatlah penting untuk dibuat dan
diaplikasikan.
Adanya penataan jaringan secara nasional dalam rangka mendapatkan
kualitas jaringan yang memadai sangatlah penting untuk menerapkan sistem
interkoneksi berbasis IP di Indonesia. Pada penelitian ini dibuat model jaringan
nasional yang terdiri dari NIX, NetCo dan OpCo. NIX adalah gabungan dari fungsi
IX (Internet Exchange) dan NAP (Netwotk Access Point). Model jaringan ini
dibuat dengan melakukan pembagian zona, peletakan NIX di tiap ? tiap zona dan
pembuatan NetCo yang memiliki fungsi untuk mengatur jaringan backbone
nasional. Dengan adanya pembagian kerja yang spesifik pada elemen jaringan
nasional, maka akan menghasilkan kinerja jaringan yang lebih baik
Selain itu dilakukan kajian kelayakan ekonomi terkait pengadaan NIX di
beberapa titik, hasilnya didapatkan bahwa investasi tersebut tidak layak dijalankan
sehingga membutuhkan peran pemerintah dalam hal pengadaan NIX di beberapa
daerah.

ABSTRACT
Interconnection is a very fundamental thing when telecommunication
industry transforms from monopolistic industrial structure into a competition
structure. There is a weakness in the regulations in Indonesia, which is the lack of
regulations governing in the IP system interconnect. Meanwhile, Indonesia will
continue to experience growth increased in the use of internet data. To that end,
the regulations governing in the IP-based interconnection system is important to be
made and applied
Structuring the national networks in order to obtain an adequate network
quality is important to implement an IP-based interconnection system in Indonesia.
In this study, a national IP-based interconnection network model consisting of NIX,
NetCo and OpCo is proposed. NIX is a combination of IX (Internet Exchange) and
NAP (netwotk Access Point). This network model developed by creating zones,
allocating NIX in each zone and creating NetCo which has the function to regulate
the national backbone network. With the specific division on a national network
element, it will produce better network performance
Additionally, we also conducted economic feasibility studies related to the
procurement NIX at some point, the results showed that the investment is not
feasible and thus require the government's subsidy in the procurement of NIX in
certain areas."
2016
T45415
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hema Novita Rendati
"Rifampisin dan isoniazid merupakan regimen pengobatan tuberkulosis utama yang memerlukan pengukuran kadar dalam darah untuk mengoptimalkan proses pengobatan dan mencegah resistensi. Metode biosampling yang sering digunakan memiliki keterbatasan terkait kenyamanan pasien. Volumetric Absorptive Microsampling (VAMS) hadir untuk mengatasi keterbatasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan mengaplikasikan teknik biosampling VAMS untuk analisis rifampisin dan isoniazid pasien tuberkulosis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi-photodiode array. Sampel VAMS diekstraksi menggunakan 1 mL asetonitril dengan baku dalam cilostazol dan dianalisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi pada suhu kolom 40°C yang terdeteksi pada 261 nm. Fase gerak yang digunakan terdiri dari 50mM buffer amonium asetat pH 5,0-asetonitril-metanol (40:30:30) dengan laju alir 0,5 mL/menit selama 15 menit. Metode ini telah memenuhi persyaratan parameter validasi yang ditetapkan oleh FDA tahun 2018 yaitu selektivitas, carry-over, batas bawah kuantifikasi, linearitas, akurasi, presisi, perolehan kembali, integritas pengenceran, dan stabilitas. Analisis dilakukan dengan kurva kalibrasi pada kisaran 1,0–30 μg/ml untuk rifampisin dan 0,4-20 μg/ml untuk isoniazid. Hasil analisis dari 21 pasien tuberkulosis RSUD dr. Chascullah Abdulmadjid Kota Bekasi menunjukkan bahwa 52,38% pasien memiliki konsentrasi darah yang rendah pada setidaknya salah satu obat, 28,57% pasien berada dalam kisaran terapeutik, dan 23,81% memiliki konsentrasi isoniazid yang tinggi dalam darah. Penyesuaian dosis diperlukan untuk sebagian besar pasien yang memiliki konsentrasi subterapetik. Metode ini efektif untuk mendukung pemantauan terapi rifampisin dan isoniazid terkait kenyamanan dan keamanan pasien.

Rifampicin and isoniazid are anti-tuberculosis drugs that require measurement of blood levels to optimize the treatment process and prevent resistance. The conventional biosampling technique often used has limitations related to patient comfort. Volumetric Absorptive Microsampling (VAMS) exists to overcome it. This study aims to develop and apply the VAMS technique for the analysis of rifampicin and isoniazid in tuberculosis patients using a high-performance liquid chromatography-photodiode array. VAMS samples were extracted using 1 mL of acetonitrile with internal standard cilostazol and analyzed using high-performance liquid chromatography at a column temperature of 40°C detected at 261 nm. The mobile phase used consisted of 50 mM ammonium acetate buffer pH 5.0, acetonitrile, and methanol (40:30:30) with a flow rate of 0.5 mL/minute for 15 minutes. This method has met the validation parameter requirements set by the FDA in 2018, namely selectivity, carry-over, lower limit of quantification, linearity, accuracy, precision, recovery, dilution integrity, and stability. Analysis was carried out with a calibration curve in the range of 1.0–30 μg/ml for rifampicin and 0.4–20 μg/ml for isoniazid. The results from 21 tuberculosis patients of RSUD Dr. Chascullah Abdulmadjid Bekasi showed that 52.38% of patients had low blood concentrations of at least one of the drugs, 28.57% of patients were in the therapeutic range, and 23.81% had high concentrations of isoniazid. Dosage adjustments are necessary for most patients who have subtherapeutic concentrations. This method is effective in supporting the monitoring of rifampicin and isoniazid therapy regarding patient comfort and safety."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Perzil Yurdis
"Perkembangan teknologi telekomunikasi terjadi begitu cepat dengan perkembangan dan penerapan teknologi berbasis Protokol Internet IP , yang selain membuat jaringan menjadi lebih fleksibel, memberikan kapasitas jaringan yang lebih besar, dan juga variasi layanan yang sangat beragam. Dalam penyelenggaraan telekomunikasi dikenal suatu istilah Interkoneksi yakni keterhubungan antara penyelenggara jaringan telekomunikasi Peraturan Menteri Nomor 8 tahun 2006 tentang Interkoneksi.
Hingga saat ini, interkoneksi di Indonesia dan juga di banyak negara masih mempertahankan kondisi Interkoneksi dengan perspektif teknologi Time Division Multiplexing TDM dimana layanan yang diinterkoneksikan masih sebatas layanan suara serta SMS.Implementasi interkoneksi IP memerlukan suatu persiapan yang sangat matang dari segi teknis, bisnis serta regulasi yang mendukung industry telekomunikasi di Indonesia. Indonesia memiliki pengalaman yang kurang baik mengingat regulasi khususnya di sektor telekomunikasi cenderung terlambat dalam mengantisipasi perkembangan teknologi serta perkembangan bisnis telekomunikasi.
Tesis ini meneliti mengenai perkembangan interkoneksi IP, khususnya di beberapa negara lain sebagai study banding. Dengan melihat kepada pengalaman di negara lain, penerapan interkoneksi IP di Indonesia memerlukan persiapan terutama secara teknis, bisnis serta regulasi.
Kesimpulan yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah bahwa secara teknis, operator perlu mempersiapkan pengembangan jaringan berbasis IP dengan implementasi Session Border Controller SBC sebagai gateway yang memungkinkan terjadinya interkoneksi IP, operator juga perlu mempersiapkan layanan yang akan dikomersialisasikan dan dapat diselenggarakan antar operator interkoneksi , serta penyiapan kebijakan serta regulasi untuk mengantisipasi kehadiran interkoneksi IP supaya ekosistem industry telekomunikasi masih dapat tetap tumbuh secara bisnis, serta mengutamakan keamanan serta pelayanan masyarakat.

The development of telecommunication technology is growing rapidly with the evolution and application of Internet Protocol IP based technology, which not only add flexibility to the network, but also providea greater network capacity and more diverse variations of services. In the telecommunication operation, there is a term known as Interconnection, which means connectivity between telecommunication network operators Regulation of the Ministry of Communication and Information Technology Number 8 of 2006 on Interconnection .
To date, the interconnection implemented in Indonesia and also in many countries still preservea condition that is based on technological perspective, known as Time Division Multiplexing TDM where the interconnected services are still limited to voice and SMS services. The implementation of IP interconnection requiresproper preparationsin technical, business and regulatory aspects that support the telecommunication industry in Indonesia. Indonesia has a bad experience regarding the regulations, especially in telecommunication sector, as they tend to be late in anticipating the advancement of telecommunication technology and business.
This thesis examines the development of IP interconnection, particularly in some other countries as a case study. By observing other countries rsquo experiences,it can be perceived that the implementation of IP interconnection in Indonesia requires preparations, especially in technical, business and regulation aspects.
This study concludes that in technical aspect, the operators need to prepare IP based network development with the implementation of the Session Border Controller SBC as a gateway that allows IP interconnection. The operators also need to prepare the services that are going to be commercialized and operated between the operators interconnection as well as regulations and policies to anticipate the presence of IP interconnection so that the telecommunication industry business ecosystem can growwhile at the same time keep the security and public services as the top priority.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T46993
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rizky Isnaini
"ABSTRAK
Praktik kerja profesi di RSUP Fatmawati periode bulan Maret ndash; April tahun 2018 bertujuan untuk memahami peran, tugas, dan tanggung jawab apoteker di rumah sakit sesuai dengan ketentuan dan etika pelayanan farmasi khususnya dan pelayanan kesehatan umumnya; memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan praktik kefarmasian di rumah sakit; serta memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktik kefarmasian serta mempelajari strategi dan kegiatan yang dapat dilakukan dalam pengembangan praktik kefarmasian di rumah sakit. Tugas khusus yang diberikan adalah pemantauan terapi obat pada pasien strok yang dirawat di ruang perawatan ICU periode 3 ndash; 6 April 2018. Tujuan dilakukannya pemantauan terapi obat adalah untuk mengetahui profil penggunaan obat dan melakukan analisis PCNE pada pasien strok yang dirawat di ICU.
Internship at RSUP Fatmawati period of March to April 2018 aims to understand role, duties, and responsibilities of pharmacist in hospital accordance to laws and ethics in pharmaceutical practice and health care; to have knowledge, skills, and experience as a pharmacist in hospital; to learn about challenges in pharmaceutical practice and strategy to develop pharmaceutical practice in hospital. The specific assignment was about therapeutic drug monitoring to patient with stroke in ICU. The purpose of therapeutic drug monitoring is to determine the profile of drug use and PCNE analysis in stroke patient who were admitted to the ICU."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zhafira Chairunnisa
"Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan oleh apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalisir risiko terjadinya efek samping obat. Salah satu pelayanan farmasi klinik ialah pemantaun terapi obat (PTO). Pemantauan terapi obat merupakan rangkaian proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat aman, efektif, dan rasional bagi pasien dengan tujuan meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalisir risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD). Tujuan dilaksanakannya PKPA ini adalah mengetahui peran apoteker dalam melakukan pemantauan terapi obat dan mengidentifikasi masalah terkait obat yang terjadi pada pasien dengan diagnosa superimposed preeclampsia with severe features pada G1 hamil 22 minggu dan obesitas grade II di VK Kebidanan Gedung Bougenville RSUP Fatmawati menggunakan klasifikasi PCNE V9.0. Peran apoteker dalam pemantauan terapi obat adalah melakukan identifikasi dan analisis mengenai masalah terkait obat yang timbul serta memberikan rekomendasi penyelesain terhadap masalah tersebut dalam rangka meminimalisasi risiko masalah terkait obat dan memaksimalkan keselamatan dan kualitas hidup pasien. Hasil pemantauan terapi obat terhadap pasien Ny. IK menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengobatan yang diterima Ny. IK sudah sesuai dengan tatalaksana terapi dan terdapat beberapa permasalahan terkait obat (DRP) yang terjadi, namun tidak terdapat adanya interaksi obat yang timbul pada pasien. Ny. IK.

Clinical pharmacy services are direct services provided by pharmacists to patients in order to improve therapeutic outcomes and minimize the risk of drug side effects. One of the clinical pharmacy services is Therapeutic Drug Monitoring (TDM). Therapeutic Drug Monitoring is a series of processes that include activities to ensure safe, effective and rational drug therapy for patients with the aim of increasing the effectiveness of therapy and minimizing the risk of Adverse Drug Reactions (ADR). The purpose of implementing this report is to determine the role of pharmacists in monitoring drug therapy and identifying drug-related problems that occur in patients with a diagnosis of superimposed preeclampsia with severe features at G1 22 weeks pregnant and grade II obesity at the Midwifery VK Bougenville Building Fatmawati Hospital using the PCNE V9.0 classification. The pharmacist's role in monitoring drug therapy is to identify and analyze drug-related problems that arise and provide recommendations for solutions to these problems in order to minimize the risk of drug-related problems and maximize patient safety and quality of life. The results of drug therapy monitoring of Mrs. IK shows that the overall treatment received by Mrs. IK was in accordance with the management of therapy and there were several drug-related problems (DRP) that occurred, but there were no drug interactions that occurred in patient Mrs. IK."
Depok: 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library