Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurfathonah Aryana
"Tuberkulosis dan diabetes melitus masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia karena angka kematian akibat dua penyakit ini masih tinggi. Beberapa penelitian mengungkapkan adanya hubungan antara kedua penyakit ini. Penulis ingin mengetahui besar angka kejadian TBDM dan hubungan dari faktor pendapatan dan tingkat pendidikan terhadap kejadian TBDM di Jakarta.
Subjek yang diteliti adalah pasien tuberkulosis di 12 puskesmas di Jakarta dan 2 klinik dokter keluarga FKUI. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 242 orang. Data diperoleh melalui pengisan kuesioner dan melakukan pengecekan kadar glukosa darah puasa. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan uji bivariat pada SPSS 20.0.
Dari 236 pasien tuberkulosis yang memenuhi kriteria inklusi, sebanyak 65 orang (27,5%) mengalami DM, 171 orang (72,5%) tidak mengalami DM. Kejadian diabetes melitus berdasarkan kategori pendidikan, sebanyak 46 orang pasien memiliki karakteristik pendidikan rendah dan 28 orang pasien berasal dari subjek yang memiliki pendapatan rendah-menengah. Pada analisis bivariat antara tingkat pendidikan dan TBDM diperoleh hasil adanya perbedaan proporsi bermakna sedangkan analisis bivariat tingkat pedapatan dan TBDM tidak diperoleh perbedaan proporsi bermakna.
Tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran individu untuk melakukan pengecekan kesehatan dengan kata lain mempengaruhi kesadaran pasien akan faktor risiko dari TBDM. Rendahnya pendapatan yang dimiliki oleh subjek tidak memberikan dampak yang berarti bagi kejadian TBDM.

Tuberculosis and diabetes mellitus are still a health problem in Indonesia because the number of deaths are still high. Several studies have revealed the relation between tuberculosis and diabetes mellitus. From this study, the writer want to know the prevalence of diabetes mellitus among tuberculosis patients and the relation between income and educational levels on the prevalence of diabetes mellitus in tuberculosis patients in Jakarta.
The subjects were tuberculosis patients at 12 Puskesmas in Jakarta and 2 Family Physician Clinics Faculty of Medicine Universitas Indonesia. Data obtained by questionnaires and checking fasting blood glucose levels. Then, from 242 subjects were analysed using bivariate test in SPSS 20.0.
The 236 tuberculosis patients who met the inclusion criteria, as many as 65 people (27.5%) had DM, 171 (72,5%) did not have diabetes. Based on the category of education, as many as 46 patients had characteristics of low education and 28 patients had a low-middle income. Level of education and diabetes mellitus showed significant proportion difference in bivariate analysis, income level and diabetes mellitus not showed a significant proportion difference.
The level of education affects the awareness of individuals to perform health checks, or in other words will affect the tuberculosis patient's awareness of the risk factors of diabetes mellitus. Low income did not give a meaningful impact for patients."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baiq Riadatul Haerani
"Latar Belakang: Tuberkulosis dan diabetes melitus masih menjadi permasalahan utama kesehatan di Indonesia. Korelasi antara kedua penyakit ini menyebabkan peningkatan risiko kegagalan pengobatan, kekambuhan, yang berpengaruh pada lamanya durasi pengobatan dan beban pembiayaan yang tinggi. Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dan biaya perawatan tuberkulosis dan diabetes mellitus pada peserta JKN tahun 2019. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekan kuantitatif dengan studi cross sectional menggunakan Data Sampel BPJS Kesehatan Tahun 2019. Sampel penelitian ini adalah pasien dengan diagnosis tuberkulosis dan diabetes mellitus pada pelayanan FKRTL. Hasil: Pasien dengan komobiditas TBDM di Indonesia adalah sebanyak 21.105 peserta. BPJS Kesehatan menghabiskan anggaran sebesar Rp. 120.563.754.830,00 untuk biaya pengobatan pasien dengan komobiditas TBDM selama satu tahun. Faktor-faktor yang berhubungan dengan komorbiditas dan pembiayaan perawatan TBDM adalah jenis kelamin, umur, hak kelas rawat, segmen kepesertaan, jenis FKTP, kepadatan penduduk, persentase merokok, dan kualitas lingkungan hidup (p-value <0,05). Kesimpulan: Variabel tingkat keparahan kasus dan tingkat kunjungan FKTP tidak memiliki pengaruh terhadap tingginya biaya perawatan pasien dengan komorbid TBDM.

Background: Tuberculosis and diabetes mellitus are major health problems in Indonesia. The correlation between these two diseases leads to an increased risk of treatment failure, relapse, which affects the duration of treatment and high financial burden. Objective: To identify factors associated with the incidence and cost of treating tuberculosis and diabetes mellitus among JKN participants in 2019. Methods: This study used a quantitative approach with a cross-sectional study using BPJS Health Sample Data in 2019. The samples of this study were patients with a diagnosis of tuberculosis and diabetes mellitus at FKRTL services in 2019. Results: Patients with TBDM comorbidities in Indonesia were 21,105 participants. BPJS Kesehatan spent a budget of Rp. 120,563,754,830.00 for the treatment of patients with TBDM comorbidities for one year. Factors associated with TBDM comorbidities and treatment costs were gender, age, entitlement to treatment class, membership segment, type of primary care provider, population density, smoking percentage, and environmental quality (p-value <0.05). Conclusion: The variables of case severity and primary care visit rate did not influence the high cost of care for patients with TBDM comorbidities"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library