Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
London: Imperial War Museum , 1984
940.547 2 BUR
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Thiphaakorawon, Cawphrajaa
Tokyo: Centre for East Asian culture studies, [c.1974]
959.3 THI d (1);959.3 THI d (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
I Dewa Gede Windhu Sancaya
"Cerita Sam Pek Erg Tay (selanjutnya disingkat SPET) di Bali dikenal dengan nama Geguritan Sampik. Geguritan Sampik (selanjutnya disingkat GGS) yang diteliti ini ditulis dalam bahasa dan aksara Bali pada tahun 1915, dan digubah dengan menggunakan tembang-tembang macapat, yaitu suatu bentuk metra dan prosodi yang khas, yang dapat ditemukan baik di Jawa, Madura, Sunda, Bali, maupun Lombok.
Cerita SPET merupakan salah satu karya sastra Cina yang popular di tanah air kita untuk masa lebih dari satu abad lamanya (Abadi, 1994:xii). Kepopulerannya tidak terbatas di Cina saja (Ah Ving, 1956:3 ; Prijono, 195623 ; Kwee, 1977:224 ; Lubis, 1989: 225), tetapi juga meresap sampai kalangan orang-orang bumiputera, khususnya dikalangan kelompok etnis Jawa, Betawi, dan Bali (Abadi, 1990:xii), juga Madura (Detomo, 1987). Hal ini terbukti dari akulturasi kisah ini dalam ludruk dan ketoprak di Jawa, drama, tari dan tembang macapat di Bali (Kwee, 1977:225 ; Abadi, 1994:xii) dan juga drama gong (Agastia, 1979).
Abadi mengatakan bahwa sejak saduran Boen, Sing Hoo pada tahun 1885 hingga sekarang telah ada tidak kurang dari sepuluh judul buku serupa (3.994:xii), bahkan mungkin lebih. Saduran Boerr Sing Hoo merupakan saduran pertama cerita SPET dari bahasa Cina ke dalam bahasa Melayu (Nio, 1962 ; Suryadinata. 1988:105 ; Salmon, 1985 dan 1987:429). Dari saduran Boen Sing Hoo itulah GGS digubah, seperti halnya Serat Ing Tay dalam bahasa Jawa.

The Serat Ing Tay of 1902 mentions that, is based on a Malay source, and the Balinese Sampik Ingtai of 1915 opens with a stanza in Malay before switching to Balinese, thereby also suggesting a Malay source for the work (Quinn, 1987:535
Dilihat dari panjang cerita, struktur alur, dan motif-motifnya, terdapat kesejajaran antara GGS dengan cerita SPET saduran Boen Sing Hoo tersebut.
Menurut Tjan Tjoe Siam, cerita SPET ini sudah mulai terkenal (di Cina) pada abad keempat Masehi. Mula-mula berupa cerita lisan yang diceritakan turun-temurun, lambat laun cerita tersebut muncul dengan berbagai redaksi atau bentuk, baik dalam bentuk buku, sandiwara maupun film (Prijono, 1956:5 ; Abadi, I990:X). Seperti.lazimnya ceritacerita rakyat, kisah ini anonim dan mempunyai beberapa versi (Abadi, 1990:x). Selain dalam bahasa Melayu, Jawa, Madura, dan Indonesia, salah satu versinya ditemukan juga dalam bahasa Bali, baik dalam bentuk manuskrip (lontar) maupun dalam bentuk seni pertunjukan."
Depok: Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Megi Rizki
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai hubungan Siam _ Inggris yang berlangsung pada masa kepemimpinan Raja Mongkut (1851_1868). Di bawah kepemimpinan Dinasti Chakri abad ke-19, Siam bersikap tertutup terhadap kedatangan bangsa-bangsa Barat. Baru setelah Raja Mongkut menjadi raja, Siam memasuki era modernisasi. Inggris yang berniat untuk menjalin hubungan dagang dengan Siam, beberapa kali mencoba mengirim utusannya. Namun, semua utusannya itu mendapat kegagalan. Sementara itu Inggris semakin meluaskan kekuasaannya di Asia Tenggara. Burma dan Cina telah mengalami kekalahan akibat peperangan dengan Inggris. Siam menjadi khawatir akan keamanan negaranya, terlebih setelah sejumlah pasukan Inggris sedang bersiap-siap untuk menyerang Siam. Beruntung sebelum penyerangan itu terjadi, Raja Mongkut naik tahta. Keberhasilannya dalam memimpin Siam ditunjukkan dalam kemampuannya berdiplomasi. Maka sebagai perwakilan Inggris John Bowring tiba di Siam untuk merundingkan perjanjian dagang dan persahabatan. Hasilnya adalah penandatangan Perjanjian Bowring pada tanggal 18 April 1855.

Abstract
This thesis discusses the relationship between Siam and Britain during leadership of King Mongkut (1851-868). Under the leadership of Dynasty Chakri of 19th century, Siam had been closed to the arrival of West. After the new King Mongkut became a king, Siam entered the era of modernization. Britain who intended to establish trade relations with Siam several times tried to send delegations. But all of them only produced failure. Meanwhile, Britain lost their battles with Britain. Siam became concerned about the security of their country, especially after a number of British troops were preparing to attack Siam. Luckly, before the attack took place, King Mongkut ascended to the throne. His successful in leading Siam, was aresult his diplomacy. Then, British representative, John Bowring arrived at Siam to negotiate treaty of commerce and friendship. The result was the signing of the Bowring Treaty on 18th April 1855.
"
2010
S12519
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Landon, Margaret
Garden City: N.Y., Garden City Publishing, 1945
915.93 LAN a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Stephen Keck
"ABSTRAK
Finding distinguishing characteristics of Southeast Asia has proven to be a significant challenge: by focusing on the encounters which primarily colonial British writers had with the region state rulers, it becomes possible to recover the early conceptualizations of regional governance. The writings of Henry Yule, Anna Leonowens, Sir George Scott, and Hugh Clifford all document the orientalist features of Western discourses because these writers at once were affected by it
as they contributed to it. The discourse about royalty and rulers was central to many of the tropes associated with orientalism, but also with ornamentalism. David Cannadine has shown that ornamentalism (in which British conceptualized many imperial practices in relation to their own hierarchical conceptions of society) was as critical a
feature of imperial outlook as was orientalism. The need to understand ruling elites was at the heart of the imperialist project. Tracing the ways in which colonizing powers represented the region ruling elite offers a new avenue for recognizing the affinities of the regional experience. Beyond orientalism, the paper explores questions about the representation andpresentation of authority. Understanding the conceptualizations of rulers is connected to the comprehension of social organization including representations of traditional society."
ISEAS/BUFS, 2018
327 SUV 10:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wisnu Wardhana
"Penelitian pengaruh pakan buatan terhadap pertumbuhan ikan Jambal Siam (Fanga ius sutchi; Pangasidae) telah dilakukan di 8 jaring apung selama 3 bulan. Ikan Jambal Siam sebagai ikan uji diberi 4 macam pakan dengan kandungan protein dan bahan baku yang berbeda sebagai perlakuan. Perbedaan pertumbuhan pada masing-masing perlakuan dapat dilihat dari pertambahan berat absolut dan persamaan eksponensial hubungan panjang-berat. Untuk mengetahui ada tidaknya, perbedaan pertambahan panjang dan berat ikan Jambal Siam yang diberi 4 macam pakan yang berbeda digunakan uji Kruskal-Wallis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan Jambal Siam yang diberi pakan komersial dengan kadar protein 30% (D) jauh lebih baik daripada pertumbuhan ikan yang diberi pakan buatan dengan kadar protein 30% (A) dan 40% (B) maupun pakan komersial dengan kadar protein 24% (C). Setelah 42 hari berat akhir rata-rata ikan Jambal Siam yang diberi pakan D dapat mencapai 139 gram dengan kenaikan sebesar 463,44%. Seluruh ikan Jambal Siam yang diberi pakan buatan maupun komersial menunjukkan pertumbuhan yang allometrik dengan tubuh yang cenderung tidak pipih. Perbedaan pertumbuhan akibat pemberian pakan yang berbeda diduga dipengaruhi oleh komposisi bahan bakunya."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Huriyah Adani Saoemi
"Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi kombinasi sari buah jeruk siam Citrus nobilis Lour. dan nanas Ananas comosus L. Merr. 1:1 dalam pengencer terhadap kualitas spermatozoa domba garut Ovis aries L. 24 jam pascakriopreservasi. Sampel semen ditampung dari lima ekor domba garut jantan satu kali dalam satu minggu menggunakan vagina buatan. Semen diencerkan dengan pengencer Tris-kuning telur yang mengandung kombinasi sari buah jeruk siam dan nanas 0 KK, 5 KP 1, 10 KP 2, 15 KP 3, dan 20 KP 4. Semen dikemas dalam straw mini 0,25 ml dengan dosis 50 juta sel/ml. Semen diekuilibrasi pada suhu 5 oC selama dua jam, kemudian dibekukan dan disimpan dalam nitrogen cair. Hasil uji ANAVA satu faktor yang dilanjutkan dengan uji Duncan menunjukkan perbedaan nyata.

The research aimed to find out the effect of various concentrations of siam orange Citrus nobilis Lour. and pineapple Ananas comosus L. Merr. juices combination 1:1 in extender on garut ram Ovis aries L. spermatozoa quality 24 hours postcryopreservation. Semen samples were collected from five garut rams once a week using an artificial vagina. The samples were diluted in Tris egg yolk extender with siam orange and pineapple juices combination 0 KK, 5 KP 1, 10 KP 2, 15 KP 3 and 20 KP 4. Diluted semen samples were loaded into mini straws 0.25 ml with 50 million cells ml dosage. Samples were equilibrated at 5 oC for two hours, then freezed and stored in liquid nitrogen. The one factor ANOVA and continued with Duncan test showed a significant differences.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68123
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudharmono
Yogyakarta: Ombak, 2012
959 SUD s (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Prasojo
"Pendahuluan: Kembar siam adalah gangguan kongenital yang langka dengan insiden 1/50.000 hingga 1/500.000 kelahiran di seluruh dunia.1 Operasi pemisahan adalah pengobatan utama yang memiliki tingkat kematian tinggi hingga 60%. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kembar siam memiliki tingkat kejadian penyakit jantung kongenital hingga 66%, dengan kejadian tertinggi terlihat pada kembar siam thorakopagus.2 Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi hubungan antara penyakit jantung kongenital (PJK) dan mortalitas kembar siam setelah operasi pemisahan.
Metode: Kami melakukan studi retrospektif, pada semua pasien kembar siam yang menjalani operasi pemisahan di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dari tahun 2009 hingga 2022. Dua puluh enam subjek ditemukan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi kami. Kompleksitas penyakit jantung kongenital didefinisikan oleh klasifikasi kompleksitas penyakit Bethesda. Hubungan antara kompleksitas PJK dan mortalitas dalam satu tahun pada pasien kembar siam yang menjalani operasi pemisahan dianalisis menggunakan uji Fisher.
Hasil: Penyakit jantung kongenital terjadi pada kembar omfalopagus di RSCM. Tingkat kematian kembar siam dengan PJK yang menjalani operasi pemisahan di pusat kami adalah 40%, menunjukkan tidak adanya korelasi signifikan antara PJK dan mortalitas setelah operasi pemisahan, (p= 0,369).
Kesimpulan: Kembar siam dengan PJK tidak menunjukkan korelasi dengan tingkat mortalitas setelah operasi pemisahan dalam studi awal ini. Penelitian lebih lanjut diperlukan dengan lebih banyak subjek untuk mendapatkan hasil yang lebih konklusif.

Introduction: Conjoined twins are a rare congenital disorder with an incidence of 1/50.000 up to 1/500.000 births around the world.1 Separation surgery is the mainstay treatment which yields a high mortality rate of up to 60%. Previous studies show conjoined twins have a high incidence of congenital heart disease up to 66%, with the highest incidence evident in thoracopagus conjoined twins.2 This study aimed to evaluate the relationship between congenital heart disease (CHD) and conjoined twins mortality after separation surgery.
Methods: We performed a retrospective study, on all conjoined twin patients who underwent separation surgery in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (CMH) from 2009 until 2022. Twenty-six subjects were found to have fulfilled our inclusion and exclusion criteria. Congenital heart disease complexity was defined by Bethesda disease complexity classification. The relationship between CHD complexity within one-year mortality in conjoined twins patients who underwent separation surgery was analysed using Fischer’s exact test.
Results: Congenital heart disease occurs in omphalopagus twins in CMH. The mortality rate of conjoined twins with CHD who underwent separation surgery in our centre was 40%, showing no significant correlation between CHD and mortality after separation surgery, (p= 0,369).
Conclusion: Conjoined twins with CHD showed no correlation to mortality rates following separation surgery in this preliminary study. Further research is needed with more subjects to make more conclusive results.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library