Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
Angely Aprilia Bukit
"Penulisan ini dilatarbelakangi dengan munculnya Shopee sebagai e-commerce yang menduduki posisi Top of Mind tertinggi menurut MarkPlus Inc pada tahun 2020. Dalam mempromosikan produknya, Shopee menggunakan konsep Integrated Marketing Communication (IMC), salah satunya pada Kampanye “Shopee 12.12 Birthday Sale” tahun 2020. Jurnal makalah ini bertujuan untuk mengulas penerapan konsep IMC pada Kampanye “Shopee 12.12 Birthday Sale” tahun 2020. Hasil kajian menunjukkan bahwa Shopee menerapkan empat saluran komunikasi pemasaran yang tergabung dalam IMC, yaitu 1) Advertising (iklan) yang terdiri dari iklan TV (musik dan stop action), iklan media digital interaktif (Youtube), dan iklan luar ruangan (billboard), 2) Public relations (hubungan masyarakat) yang terdiri dari publikasi sosial media (website, Youtube, Instagram), publikasi media massa (portal berita online), endorsement dan influence (Stray Kids dan GOT7), serta special event (TV show), 3) Sales Promotions (promosi penjualan) yang terdiri dari promo dan games, dan 4) Direct Marketing (pemasaran langsung) yang terdiri dari email blast. Pelaksanaan IMC yang Shopee lakukan dapat dikatakan berhasil karena berhasil menyampaikan pesan merek dengan jelas, konsisten, dan kuat kepada konsumen, meningkatkan kesadaran merek atau brand awareness Shopee, menciptakan pengalaman pada pelanggan melalui konten interaktif, dan membangun citra Shopee. Sedangkan dalam segi penjualan, pelaksanaan IMC yang Shopee lakukan juga berhasil meningkatkan profit Shopee 8 kali lipat dibandingkan tahun 2019.
This writing is motivated by the emergence of Shopee as an e-commerce with the highest Top of Mind level according to MarkPlus Inc in 2020. When marketing their products, Shopee uses the concept of Integrated Marketing Communication (IMC), including the campaign "Shopee 12.12 Birthday Sale" in 2020. This journal paper aims to discuss the IMC implementation in 2020's "Shopee 12.12 Birthday Sale" campaign. The analysis results proved that Shopee used four channels of marketing communications of the IMC, which are 1) Advertising which consists of TV advertisements (music and stop action), interactive digital media advertisements (Youtube), and OOH advertisements (billboard); 2) Public Relations which consists of social media (website, YouTube, Instagram), mass media publications (online news portal), endorsements and influences (Stray Kids and GOT7), also special events (TV show); 3) Sales Promotions which include promo and games, and 4) Direct Marketing which includes email blast. Shopee's implementation of IMC is considered successful because they conveyed a clear, consistent, and strong brand message to their consumers, increased their brand awareness, created an experience for their consumers through interactive contents, and built Shopee's branding. On the other hand, on the sales side, Shopee's implementation of IMC also successfully raised Shopee's profit eight times higher than the year 2019."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Angely Aprilia Bukit
"Penulisan ini dilatarbelakangi dengan munculnya Shopee sebagai e-commerce yang menduduki posisi Top of Mind tertinggi menurut MarkPlus Inc pada tahun 2020. Dalam mempromosikan produknya, Shopee menggunakan konsep Integrated Marketing Communication (IMC), salah satunya pada Kampanye “Shopee 12.12 Birthday Sale” tahun 2020. Jurnal makalah ini bertujuan untuk mengulas penerapan konsep IMC pada Kampanye “Shopee 12.12 Birthday Sale” tahun 2020. Hasil kajian menunjukkan bahwa Shopee menerapkan empat saluran komunikasi pemasaran yang tergabung dalam IMC, yaitu 1) Advertising (iklan) yang terdiri dari iklan TV (musik dan stop action), iklan media digital interaktif (Youtube), dan iklan luar ruangan (billboard), 2) Public relations (hubungan masyarakat) yang terdiri dari publikasi sosial media (website, Youtube, Instagram), publikasi media massa (portal berita online), endorsement dan influence (Stray Kids dan GOT7), serta special event (TV show), 3) Sales Promotions (promosi penjualan) yang terdiri dari promo dan games, dan 4) Direct Marketing (pemasaran langsung) yang terdiri dari email blast. Pelaksanaan IMC yang Shopee lakukan dapat dikatakan berhasil karena berhasil menyampaikan pesan merek dengan jelas, konsisten, dan kuat kepada konsumen, meningkatkan kesadaran merek atau brand awareness Shopee, menciptakan pengalaman pada pelanggan melalui konten interaktif, dan membangun citra Shopee. Sedangkan dalam segi penjualan, pelaksanaan IMC yang Shopee lakukan juga berhasil meningkatkan profit Shopee 8 kali lipat dibandingkan tahun 2019.
This writing is motivated by the emergence of Shopee as an e-commerce with the highest Top of Mind level according to MarkPlus Inc in 2020. When marketing their products, Shopee uses the concept of Integrated Marketing Communication (IMC), including the campaign "Shopee 12.12 Birthday Sale" in 2020. This journal paper aims to discuss the IMC implementation in 2020's "Shopee 12.12 Birthday Sale" campaign. The analysis results proved that Shopee used four channels of marketing communications of the IMC, which are 1) Advertising which consists of TV advertisements (music and stop action), interactive digital media advertisements (Youtube), and OOH advertisements (billboard); 2) Public Relations which consists of social media (website, YouTube, Instagram), mass media publications (online news portal), endorsements and influences (Stray Kids and GOT7), also special events (TV show); 3) Sales Promotions which include promo and games, and 4) Direct Marketing which includes email blast. Shopee's implementation of IMC is considered successful because they conveyed a clear, consistent, and strong brand message to their consumers, increased their brand awareness, created an experience for their consumers through interactive contents, and built Shopee's branding. On the other hand, on the sales side, Shopee's implementation of IMC also successfully raised Shopee's profit eight times higher than the year 2019."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2021
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Muhammad Dwiki Rivaldy
"Pertumbuhan angka pengguna internet di Indonesia memiliki pengaruh terhadap perkembangan belanja secara daring. Tercatat 88,1% dari 202,6 juta pengguna internet di Indonesia pernah menggunakan layanan berbelanja e-commerce pada April 2021. Selain itu, negara Indonesia menempati urutan ketujuh pertumbuhan e-commerce tercepat di dunia. Fenomena ini ditambah lagi dengan jumlah penjual di e-commerce sebanyak 16 juta dan munculnya hari belanja online nasional. Shopee adalah salah satu marketplace terbesar yang beroperasi di Indonesia. Hal-hal inilah memunculkan pertanyaan yaitu terkait dengan masalah kepatuhan pajak penghasilan pelaku usaha di e-commerce. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemahaman wajib, sanksi pajak, dan tarif pajak terhadap kepatuhan formal pajak penghasilan pelaku usaha Shopee di Indonesia. Penelitian ini menggunakan paradigma positivisme, pendekatan kuantitatif dan metode pengumpulan data survei. Teknik sampling yang digunakan adalah non-probabilita sampling yaitu convenience sampling sejumlah 385 responden. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik ketiga faktor independen yaitu pemahaman wajib pajak, sanksi pajak, dan tarif pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan formal pajak penghasilan. Selain itu, pemahaman wajib pajak, sanksi pajak, dan tarif pajak memiliki keeratan yang sangat tinggi dengan kepatuhan formal. Hasil koefisien determinasi menunjukkan variabel dependen dapat dijelaskan sebesar 56,2% oleh variabel-variabel independen penelitian ini. Penelitian ini memberikan rekomendasi agar DJP melakukan pemeriksaan lapangan dengan intensitas lebih tinggi, melakukan audiensi melalui undangan sosialisasi secara langsung kepada pengusaha di e-commerce, dan melakukan integrasi data dengan mewajibkan pengusaha Shopee mendaftarkan NPWP sebagai syarat berjualan agar bisa terdeteksi kepatuhan perpajakannya.
The growing number of internet users affected the rising number of businesses selling on e-commerce. It was recorded that 88.1% of the 202.6 million internet users in Indonesia had used e-commerce shopping services in April 2021. In addition, Indonesia ranks seventh in the fastest-growing e-commerce in the world. This phenomenon is coupled with the number of e-commerce sellers of 16 million and the emergence of a national online shopping day. Shopee is one of the largest marketplaces operating in Indonesia. These things raise questions related to the income tax compliance problem for business actors in e-commerce. This study aimed to determine the effect of mandatory understanding, tax sanctions, and tax rates on the formal income tax compliance of Shopee business actors in Indonesia. This study uses a positivist paradigm, a quantitative approach, and a survey data collection method. The sampling technique used was non-probability sampling, namely convenience sampling, with a total of 385 respondents. The results of this study indicate that both the three independent factors, namely understanding of the taxpayer, tax sanctions, and tax rates, have a positive and significant effect on formal income tax compliance. In addition, understanding taxpayers, tax sanctions, and tax rates have a very high relationship with formal compliance. The results of the coefficient of determination show that the dependent variable can be explained by 56.2% of the independent variables of this study. This research recommends that tax authorities conduct field inspections with higher intensity, conduct hearings through invitations to socialize directly with entrepreneurs in e-commerce and integrate data by requiring Shopee entrepreneurs to register NPWP as a condition for selling so that tax compliance can be detected."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Nandita Nur Zahrani
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perilaku konsumsi di kalangan generasi Z melalui live shopping Shopee pada pembelian skincare, saat ini masyarakat melakukan konsumsi barang karena keinginan (desire) alih-alih kebutuhan (needs). Studi-studi terdahulu menemukan bahwa hadirnya Shopee sebagai platform belanja online meningkatkan minat beli konsumen dan terjebak dalam gaya hidup konsumtif. Studi terdahulu membahas bagaimana konsumen Shopee membeli produk yang sedang tren atau viral, termasuk skincare. Namun, studi-studi terdahulu belum membahas peran live shopping Shopee sebagai media belanja online mendorong perilaku konsumsi barang karena keinginan (desire) alih-alih kebutuhan (needs). Melalui konsep needs vs desire mengenai perilaku konsumsi masyarakat dari Zygmunt Bauman, studi ini berargumen bahwa hadirnya fitur live shopping di e-commerce Shopee mengkondisikan pergeseran pola perilaku konsumsi masyarakat yang sebelumnya untuk memenuhi keinginan, kini berganti menjadi memenuhi hasrat, emosional, bahkan untuk identitas diri. Untuk melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dan melakukan pengumpulan data dengan metode in-depth interview terhadap generasi Z dengan rentang usia 19 - 23 tahun. Pengumpulan data juga dilakukan dengan metode observasi digital dan studi literatur. Hasil temuan penelitian ini menyatakan terdapat pergeseran aktivitas konsumsi masyarakat yang sebelumnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan, kini menjadi untuk memuaskan emosionalnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang terdapat dalam live shopping Shopee yaitu tergiur dengan produk viral, terdapat harga murah, bundling produk, voucher, hingga praktisnya pembayaran, membuat keinginan informan untuk berbelanja meningkat. Masyarakat juga merasa tidak puas dan ingin mencoba produk skincare dengan jenis dan brand yang berbeda. Pembelian skincare dengan fitur live shopping kemudian membuat konsumen merasa seperti melakukan berbelanja langsung ke Offline Store. Hal ini menunjukkan pembelian produk skincare untuk memenuhi keinginan (desire), bukan kebutuhan (needs) dan akhirnya terjerat dalam gaya hidup yang konsumtif.
This research aims to explain consumption behavior among generation Z through live shopping Shopee when purchasing skincare. Currently, people consume goods because they want rather than need. Previous studies have found that the presence of Shopee as an online shopping platform increases consumers' buying interest and makes them trapped in a consumerist lifestyle. Previous studies discussed how Shopee consumers buy products that are trending or viral, including skincare. However, previous studies have not discussed the role of Shopee live shopping as an online shopping medium that encourages goods consumption behavior out of desire rather than need. Using the need vs desire concept regarding people's consumption behavior from Zygmunt Bauman, this study argues that the presence of the live shopping feature in Shopee e-commerce has conditioned a shift in people's consumption behavior patterns which were previously to fulfill desires, now have changed to fulfilling desires, emotions, even for self-identity. To conduct this research, researchers used qualitative research methods and collected data using in-depth interviews with generation Z with an age range of 19 - 23 years. Data collection was also carried out using digital observation methods and literature studies. The findings of this research state that there is a shift in people's consumption activities, which were previously carried out to fulfill their needs, now to satisfy their emotions. This is caused by several factors in Shopee live shopping, namely being tempted by viral products, low prices, product bundling, vouchers, and the convenience of payments, making the informant's desire to shop increase. People also feel dissatisfied and want to try skincare products with different types and brands. Purchasing skincare with the live shopping feature then makes consumers feel like they are shopping directly at an offline store. This shows that purchasing skincare products is to fulfill desires, not needs and ultimately becomes entangled in a consumptive lifestyle."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Alita Claudia Raisa
"Perkembangan industri e-commerce adalah sebuah fenomena global, yang terbukti telah mengubah cara sebuah bisnis dijalankan, di mana internet memungkinkan sebuah bisnis untuk berjalan tanpa keberadaan toko fisik. Koneksi internet yang didukung dengan kehadiran smartphone menjadi kunci pertumbuhan bisnis e-commerce. Perkembangan perusahaan e-commerce di Indonesia pun turut menuntut perusahaan untuk hadir dengan berbagai inovasi agar tidak kalah saing. Salah satunya lewat pemilihan target khalayak yang sangat tersegmentasi.
Produk fesyen dan kecantikan merupakan kategori produk yang paling banyak diminati masyarakat Indonesia dalam berbelanja online. Shopee melihat adanya potensi untuk mengembangkan kategori produk ini lewat program Shopee Look. Program ini akan menggunakan strategi Komunikasi Pemasaran Terpadu dengan alur feel-learn-do. Penyelenggaraan program dimulai sejak Januari-Juni 2019 dan akan menghabiskan biaya sebesar Rp2,409,500,000.00.
The development of the e-commerce industry is a global phenomenon, which has proven to change the way how a business is run, where the internet allows a business to run without the existence of a physical store. Internet connection supported by the presence of smartphones is key to the growth of e-commerce businesses. The development of e-commerce companies in Indonesia also requires companies to come up with various innovations to survive in the market. One of them is through the selection of highly segmented target audiences. Fashion and beauty products are the most popular product categories for Indonesians in shopping online. Shopee Indonesia sees the potential to develop this product category through the Shopee Look program. This program will use Integrated Marketing Communication strategy with feel-learn-do model. The program will start from January to June 2019 and will cost Rp2,409,500,000.00."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Indah Hurun Hayana
"Penggunaan internet yang semakin luas dengan munculnya e-commerce telah mengakibatkan perubahan pada pola belanja konsumen. Perubahan pola belanja konsumen saat ini yang banyak menggunakan e-commerce ternyata telah membuka peluang bagi para konsumen untuk melakukan pembelian impulsif secara online. Beberapa peneliti melaporkan bahwa banyak konsumen online melakukan pembelian impulsif. Namun pembahasan tentang pembelian impulsif online dan berbagai aspeknya yang masih perlu untuk digali, peneliti bermaksud untuk meneliti secara empiris hubungan langsung dan tidak langsung faktor/rangsangan eksternal yaitu rangsangan website, rangsangan pemasaran, dan rangsangan situasional serta hubungan langsung dan efek moderasi religiusitas intrinsik dan ekstrinsik terhadap perilaku pembelian impulsif online muslim di Indonesia saat menggunakan e-commerce Shopee. Penelitian ini didesain menggunakan pendekatan kuantitatif dengan basis data survei. Metode analisis kuantitatif yang digunakan adalah partial least squares structural equation modeling (PLS-SEM). Penggunaan metode PLS-SEM ditujukan untuk menganalisis faktor stimulus eksternal dan religiusitas terhadap kecenderungan pembelian impulsif ketika menggunakan aplikasi belanja online “Shopee” pada muslim Indonesia dengan pendekatan Stimulus-Organism-Response (SOR). Penelitian ini menemukan bahwa rangsangan pemasaran yaitu atribut harga, religiusitas intrinsik dan religiusitas ekstrinsik mempengaruhi pembelian impulsif online. Pembelian impulsif online muslim di Indonesia saat menggunakan e-commerce Shopee juga dipengaruhi oleh rangsangan website yaitu kualitas dari website dan rangsangan situasional yaitu variasi pilihan barang secara tidak langsung yang dimediasi oleh penjelajahan hedonis. Selain itu juga terdapat efek moderasi dari religiusitas intrinsik yang dapat melemahkan dan religiusitas ekstrinsik yang dapat memperkuat hubungan penjelajahan hedonis terhadap pembelian impulsif online muslim di Indonesia saat menggunakan e-commerce Shopee.
The widespread use of the internet with the emergence of e-commerce has resulted in changes in consumer shopping patterns. Changes in consumer shopping patterns today, which use a lot of e-commerce, have opened up opportunities for consumers to make online impulsive buying. Several researchers report that many online consumers make impulse buying. However the discussion about online impulsive buying and its various aspects still need to be explored, the researcher intends to empirically examine the direct and indirect relationships of external factors/stimuli, such as website stimuli, marketing stimuli, and situational stimuli as well as direct relationships and moderating effects of intrinsic and extrinsic religiosity on online impulse buying behavior of Muslims in Indonesia when using Shopee e-commerce. This study was designed using a quantitative approach with a survey database. The quantitative analysis method used is partial least squares structural equation modeling (PLS-SEM). The use of the PLS-SEM method is intended to analyze external stimulus factors and religiosity towards impulse buying tendencies when using the online shopping application "Shopee" for Indonesian Muslims using the Stimulus-Organism-Response (SOR) approach. This study found that marketing stimuli (price attributes), intrinsic religiosity and extrinsic religiosity has a direct effect on online impulsive buying. Muslim online impulsive buying in Indonesia when using Shopee e-commerce are also influenced by website stimuli (quality of the website) and situational stimuli (variety of selection) indirectly mediated by hedonic browsing. In addition, there is also a moderating effect of intrinsic religiosity which can weaken and extrinsic religiosity which can strengthen the relationship of hedonic browsing of online impulse buying of Muslims in Indonesia when using Shopee e-commerce."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Abhipraya Tjondronegoro
"Shopee adalah salah satu m-commerce terbesar di Indonesia yang terus berkembang saat ini dengan tujuan memaksimalkan pengalaman pengguna pada m-commerce tersebut. Pada Q2-2020, Shopee memiliki sebesar 260 juta transaksi dan terus bertambah pada kuartal-kuartal selanjutnya. Salah satu aspek bisnis yang sedang berkembang saat ini adalah gamification. Shopee menerapkan gamification menggunakan Shopee Games yang merupakan implementasi m-commerce games paling dewasa dibandingkan game di m-commerce lainnya dan memiliki 19 permainan di dalamnya. Pengguna Shopee dapat bermain permainan seperti Shopee Tanam atau Shopee Lucky Prize untuk mendapatkan hadiah berupa Koin Shopee, Grand Prize, atau Saldo ShopeePay. Suatu kecenderungan yang ditemukan adalah saat ada kampanye besar, Shopee Games dapat mendapatkan banyak pemain baru, namun setelah kampanye tersebut selesai terdapat penurunan dari jumlah pemain. Untuk mencari tahu faktor-faktor yang dapat mempertahankan pemain dalam bermain Shopee Games, penelitian ini menggunakan uses and gratification theory (UGT) dan flow theory. Analisis pada penelitian ini menggunakan metode covariance-based structural equation modelling (CB-SEM) dengan data yang dikumpulkan dengan cara menyebar kuesioner daring yang diisi oleh 372 responden valid. Hasil analisis membuktikan bahwa faktor reward dan escapism memengaruhi satisfaction dan flow experience; achievement dan passing time memengaruhi satisfaction dan flow experience secara negatif; challenge hanya memengaruhi flow experience; satisfaction dan flow experience memengaruhi game continuance intention; dan game continuance intention memengaruhi platform purchase intention. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan di bidang game terutama pada m-commerce. Hasil temuan penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan untuk pengelolaan game pada Shopee Games dengan strategi yang tepat.
Shopee is a growing m-commerce constantly being developed to maximize their user’s experience. Shopee posted 260 million transactions in Q2-2020 and kept on growing in the following quarters. One aspect of Shopee that is growing is gamification. Shopee utilizes gamification through Shopee Games which is the most mature implementation of m-commerce games when compared to other m-commerces in Indonesia with19 total games at their disposal. Users can play games such as Shopee Tanam or Shopee Lucky Prize to gain rewards such as Koin Shopee, ShopeePay, and grand prize. A tendency that arises in Shopee Games is that they acquire a large number of players during a big campaign and proceed to lose a portion of those players when the campaign ends. To find out the factors that would retain players in Shopee Games, this research uses the uses and gratification theory (UGT) and flow theory. This research uses the covariance-based structural equation modelling (CB-SEM) method with data that is collected from a survey with 372 respondents. The results of the analysis proves that reward and escapism positively affects satisfaction and flow experience; achievement and passing time negatively affects satisfaction and flow experience; challenge only affects flow experience; satisfaction and flow experience affects game continuance intention; and game continuance intention affects platform purchase intention. This research hopes to bring a richer understanding of the gamification landscape especially in e-commerce. The findings in this research also aims to be a guide in making decisions for Shopee Games to run its games."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Abhipraya Tjondronegoro
"Shopee adalah salah satu m-commerce terbesar di Indonesia yang terus berkembang saat ini dengan tujuan memaksimalkan pengalaman pengguna pada m-commerce tersebut. Pada Q2-2020, Shopee memiliki sebesar 260 juta transaksi dan terus bertambah pada kuartal-kuartal selanjutnya. Salah satu aspek bisnis yang sedang berkembang saat ini adalah gamification. Shopee menerapkan gamification menggunakan Shopee Games yang merupakan implementasi m-commerce games paling dewasa dibandingkan game di m-commerce lainnya dan memiliki 19 permainan di dalamnya. Pengguna Shopee dapat bermain permainan seperti Shopee Tanam atau Shopee Lucky Prize untuk mendapatkan hadiah berupa Koin Shopee, Grand Prize, atau Saldo ShopeePay. Suatu kecenderungan yang ditemukan adalah saat ada kampanye besar, Shopee Games dapat mendapatkan banyak pemain baru, namun setelah kampanye tersebut selesai terdapat penurunan dari jumlah pemain. Untuk mencari tahu faktor-faktor yang dapat mempertahankan pemain dalam bermain Shopee Games, penelitian ini menggunakan uses and gratification theory (UGT) dan flow theory. Analisis pada penelitian ini menggunakan metode covariance-based structural equation modelling (CB-SEM) dengan data yang dikumpulkan dengan cara menyebar kuesioner daring yang diisi oleh 372 responden valid. Hasil analisis membuktikan bahwa faktor reward dan escapism memengaruhi satisfaction dan flow experience; achievement dan passing time memengaruhi satisfaction dan flow experience secara negatif; challenge hanya memengaruhi flow experience; satisfaction dan flow experience memengaruhi game continuance intention; dan game continuance intention memengaruhi platform purchase intention. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan di bidang game terutama pada m-commerce. Hasil temuan penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi acuan untuk pengelolaan game pada Shopee Games dengan strategi yang tepat.
Shopee is a growing m-commerce constantly being developed to maximize their user’s experience. Shopee posted 260 million transactions in Q2-2020 and kept on growing in the following quarters. One aspect of Shopee that is growing is gamification. Shopee utilizes gamification through Shopee Games which is the most mature implementation of m-commerce games when compared to other m-commerces in Indonesia with19 total games at their disposal. Users can play games such as Shopee Tanam or Shopee Lucky Prize to gain rewards such as Koin Shopee, ShopeePay, and grand prize. A tendency that arises in Shopee Games is that they acquire a large number of players during a big campaign and proceed to lose a portion of those players when the campaign ends. To find out the factors that would retain players in Shopee Games, this research uses the uses and gratification theory (UGT) and flow theory. This research uses the covariance-based structural equation modelling (CB-SEM) method with data that is collected from a survey with 372 respondents. The results of the analysis proves that reward and escapism positively affects satisfaction and flow experience; achievement and passing time negatively affects satisfaction and flow experience; challenge only affects flow experience; satisfaction and flow experience affects game continuance intention; and game continuance intention affects platform purchase intention. This research hopes to bring a richer understanding of the gamification landscape especially in e-commerce. The findings in this research also aims to be a guide in making decisions for Shopee Games to run its games. "
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Luvina Alya Syakira
"Dalam E-WOM, terjadi interaksi antar konsumen yang dapat mempengaruhi purchase intention. Shopee merupakan salah satu perusahaan yang menerapkan strategi E-WOM. E-WOM yang digunakan oleh Shopee berbentuk konten Shopee haul. Strategi konten haul juga digunakan oleh kompetitor Shopee. Tulisan ini bertujuan untuk membahas bagaimana Shopee haul dapat bertindak sebagai E-WOM dan pengaruhnya terhadap purchase intention. Melalui metode secondary research, tulisan ini akan membahas perbedaan Shopee haul dengan kompetitornya. Hal yang menjadi perbedaan Shopee dibandingkan kompetitornya adalah adanya fitur Shopee haul dalam aplikasi Shopee. Namun, tulisan ini menemukan bahwa potensi dari fitur Shopee haul yang ada di aplikasi Shopee belum berkembang secara maksimal. Oleh karena itu, fitur Shopee haul yang ada di aplikasi Shopee belum dapat sepenuhnya mempengaruhi purchase intention. Di sisi lain, konten Shopee haul di media sosial terlihat memiliki potensi yang lebih besar.
In E-WOM, there is interaction between consumers that can affect purchase intention. Shopee is one of the companies that implement E-WOM strategy. The E-WOM used by Shopee is in the form of Shopee haul. Shopee’s competitors are also using haul content as their strategy. This paper aims to discuss how Shopee haul can act as an E-WOM and its influence on purchase intention. Through secondary research method, this paper will discuss the differences between Shopee haul and its competitors. What makes Shopee different from its competitor is the Shopee haul feature in the application. However, this paper finds that the potential of this feature has not been maximally developed. Therefore, the Shopee haul feature in the application has not been able to fully influence purchase intention. Meanwhile, Shopee haul content on social media seems to have greater potential."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Moza Halimatus Sadiyah
"Praktik menjual rugi adalah tindakan menetapkan harga yang sangat rendah terhadap suatu produk barang dan/atau jasa dengan maksud menyingkirkan atau mematikan pelaku usaha pesaingnya. Dalam menjalankan usahanya, pelaku usaha senantiasa melakukan tindakan-tindakan yang bertujuan menarik perhatian konsumen, salah satunya adalah pemberian potongan harga atau diskon. PT Shopee Indonesia sebagai E-Commerce nomor 1 di Indonesia dapat menarik perhatian konsumen dengan banyaknya penawaran yang diberikan, salah satunya melalui potongan harga atau diskon yang cukup besar. Bersamaan dengan PT Shopee Indonesia yang menguasai pasar, terdapat salah satu bisnis ritel yang mulai menutup beberapa gerainya yaitu PT Ramayana Lestari Sentosa. Skripsi ini akan membahas apakah pemberian potongan harga atau diskon oleh PT Shopee Indonesia merupakan bentuk praktik menjual rugi yang berdampak terhadap pelaku usaha pesaingnya yaitu PT Ramayana Lestari Sentosa. Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif dengan pendekatan undang-undang serta bahan-bahan hukum primer dan sekunder yang didukung dengan alat pengumpulan data berupa studi dokumen dan wawancara. Berdasarkan hasil studi dokumen dan wawancara narasumber, pemberian potongan harga atau diskon PT Shopee Indonesia tidak terpenuhi sebagai bentuk praktik menjual rugi. Adapun PT Ramayana Lestari Sentosa sebagai pelaku usaha pesaingnya terbukti tidak sepenuhnya mati dan tersingkir dari pasar. Untuk menjamin kesempatan menjalankan strategi usaha yang sama dan berimbang antara E-Commerce dan bisnis ritel, diharapkan adanya pengaturan atau penjelasan lebih lanjut terkait terknis pemberian potongan harga atau diskon oleh para pelaku usaha di dalam pasar.
Predatory pricing is the act of setting a very low price for an item and/or service with the aim of getting rid of competitor. In running a business, merchant will take actions aimed at attracting consumers, one of which is through discounts. PT Shopee Indonesia as the number 1 E-Commerce in Indonesia, can attract consumers with the number of offers given, one of which is through a considerable discount. Along with PT Shopee Indonesia which controls the market, there is one retail business that has started to close some of its outlets, namely PT Ramayana Lestari Sentosa. This thesis will discuss whether the discount given by PT Shopee Indonesia is a form of predatory pricing that affect the business of its competitor, PT Ramayana Lestari Sentosa. This research used normative legal research method with legislation approach and the author uses primary and secondary legal materials supported by data collection tools in the form of document studies and interviews. Based on the results of the study documents and interviews, the discounts given by PT Shopee Indonesia are not proven to be a form of predatory pricing. PT Ramayana Lestari Sentosa as a competitor business is not proven to be completely eliminated from the market. To ensure the opportunity to carry out a fair business strategy between E-Commerce and retail businesses, it is expected that there are regulations or further explanations on the technicality of discounting by merchant."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library