Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Decky Joesiana Indrani
"ABSTRAK
Pendahuluan.
Hidroksiapatit sintesis dan hidroksiapatit (HA) yang diproleh secara komersial menunjukkan derajad kristalinitas tinggi. Salah satu usaha untuk meningkatkan kemampuan degradasi scaffold alginat/HA adalah menggunakan HA amorf dan dalam struktur komposit biopolimer/HA. Alginat yang diperoleh dari alga coklat Sargassum di perairan Banten belum dimanfaatkan untuk kegunaan rekayasa jaringan. Selain itu, pengamatan pertumbuhan sel pada scaffold selalu dilakukan pada scaffold yang materialnya diperoleh secara komerisal.
Tujuan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh scaffold dari komposit hidroksiapatit kalsinasi rendah dengan alginat (S.duplicatum dan S.crassifolium) yang dapat digunakan sebagai kerangkat pertumbuhan sel.
Material dan Metode.
Scaffold dipreparasi dari HA yang diperoleh secara sintesis dengan alginat yang ekstraksi dari alga S.duplicatum atau S.crassifolium. Karakterisasi dilakukan terhadap serbuk HA dengan kalsinasi suhu 400°-900°C , serbuk alginat dan scaffold alginat S.duplicatum/HA atau S.crassifolium/HA. Pemilihan dengan kemampuan degradasi tinggi selain berdasarkan berdasarkan derajat kristalinitas, ukuran kristalit dan luas mukaHA, juga berdasarkan uji degradasi dan uji mekanik dari scaffold. Selanjutnya, terhadap scaffold alginat S.duplicatum dan S.crassifolium/HA dilakukan kultur sel. Pertumbuhan sel diukur dari aktifitas ALP dan perlekatan sel pada scaffold.
Hasil.
Serbuk hidroksiapatit dengan kalsinasi suhu 400°C, 750°C atau 900°C telah diidentifikasi sebagai fasa hidroksiapatit karbonasi yang sesuai dengan tulang. Identifikasi terhadap alginat S.duplicatum atau S.crassifolium memperlihatkan terbentuknya alginat yang mengandung gugus yang sesuai dengan protein. Hidroksiapatit kalsinasi suhu 400°C menunjukkan degradasi terbesar. Namun, mempertimbangkan kekuatan mekanik, telah dipilih scaffold alginat S.duplicatum/HA750°C dan S.crassifolium/ HA750°C untuk dilakukan kultur sel punca mesenkimal. Pengamatan setelah lima minggu pada masingmasing scaffold diketahui bahwa sel punca mesenkim telah berdiferensiasi ke ostoeblas dan memperlihatkan perlekatan osteoblas pada masing-masing scaffold.
Pembahasan.
Pertumbuhan sel punca mesenkimal pada scaffold komposit alginat S.duplicatum/HA750°C dan S.crassifolium/ HA750°C dapat dijelaskan karena adanya degradasi dari material scaffold selama scaffold berada di dalam medium kultur. Degradasi memungkinkan terlepasnya ion-ion yang terkandung di dalam material scaffold dan masuk ke dalam sel serta mempengaruhi pertumbuhan sel punca mesenkimal.

ABSTRACT
Introduction.
Synthesized and commercially available hydroxyapatites have shown high degree of crystallinity which were difficult to degrade. Efforts to incrrease the degradation have used amorphous hydroxyapatite and alginate/hydroxyapatite structure. As an addition, the abundant of Sargassum algae in Banten shore have not been applied for tissue engineering purposes. The use of mesenchymal stem cell have showed more proliferation in scaffold than that of osteoblasts.
Aim.
The aims of the present study, therefore, were to provide alginat / hydroxyapatites of low calcination temperatures compsite scaffolds available for mesenchymal stem cell growth.
Materials and Methods.
Alginate/hydroxyapatite composite scaffolds were developed using S.duplicatum or S.crassifolium with amorphous hydroxyapatites. Characterizations were conducted for S.duplicatum or S.crassifolium alginates, hydroxyapatites as well as alginate/hydroxyapatite composite scaffolds. Alginat/ hydroxyapatite composite showing high degradation and high compressive strength were considered for cell culture in the scaffolds.
Results.
Results showed that extractions of S.duplicatum and S.crassifolium algae were identified as alginates presenting the components similar to proteins. Synthesized hydroxyapatites calcinated at 400°C, 750°C or 900°C was identified as carbonated hydroxyapatite that simulate the human hard tissues. Hydroxyapatite of 400°C showed higher degradation. However, alginate S.duplicatum/hydroxyapatite of 750°C and S.crassifolium/ hydroxyapatite of 750°C composites scaffolds were chosen as scaffolds for the cell culture to secure the compression strength. Incubation of mesenchymal stem cells on both scaffolds for five weeks have showed differentiation of mesenchymal stem cells into osteoblasts and cell attachment in each scaffolds.
Discussion.
The growth of osteoblast in alginate S.duplicatum/hydroxyapatite of 750°C and S.crassifolium/ hydroxyapatite of 750°C composites scaffolds may have been due to the degradation each scaffolds that would transfer ions from the scaffolds to mesenchymal stem cells."
Depok: 2012
D1315
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Firda Amalia Afrah
"ABSTRAK
Fukoidan merupakan senyawa polisakarida tersulfasi yang banyak terdapat pada makhluk hidup laut terutama pada rumput laut coklat. Pemanfaatan rumput laut coklat di Indonesia belum banyak dan masih terbatas pada pemanfaatan sebagai bahan pangan. Namun sebenarnya telah banyak penelitian yang mengungkapkan manfaat fukoidan seperti antivirus, antikanker, dan lain-lain. Aktivitas imunomodulator pada fukoidan juga merupakan hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut, karena fukoidan telah terbukti dapat menjadi imunomodulator pada mahluk laut seperti pada udang dan ikan. Oleh karena itu dilakukan uji aktivitas imunomodulator pada tikus agar nantinya fukoidan dapat menjadi suplemen yang dapat digunakan skala besar. Mula-mula rumput laut coklat Sargassum yang telah dipotong-potong, dimaserasi dengan etanol selama 72 jam dan setelah itu disaring untuk kemudian diekstraksi. Ekstraksi menggunakan air sambil dipanaskan pada suhu 85 oC. Didapatkan rendemen ekstrak fukoidan sebesar 1,7806 . Pada ekstrak tersebut kemudian dilakukan penentuan kadar karbohidrat dan sulfat. Diperoleh kadar fukosa sebesar 22,64 dan xilosa sebesar 1,5277 serta kadar sulfat sebesar 11,882 . Pengujian aktivitas imunomodulator dilihat dari gambaran darah dan aktivitas makrofag tikus Rattus norvegicus dengan berat badan 200-250g. Fukoidan diberikan sebagai pakan pada tikus dengan cara disonde dengan 3 variasi konsentrasi yaitu 1g/kgBB, 2g/kgBB, dan 4g/kgBB. Pengujian aktivitas makrofag dilakukan dengan metode pewarnaan Giemsa. Diperoleh hasil yag optimum sebagai imunomodulator adalah pada konsentrasi 2g/kgBB.

ABSTRACT
Fucoidan is a sulfated polysaccharide compound that is widely found in marine life creatures, especially in brown seaweed. Utilization of brown seaweed in Indonesia has not been much and still limited to the utilization as food. But actually there are many studies that reveal the benefits of fucoidan such as antivirus, anticancer, and others. Immunomodulatory activity in fukoidan is also interesting to be investigated further, because fucoidan has been proven to be an immunomodulator in sea creatures such as shrimp and fish. Therefore, immunomodulatory activity test in mouse is conducted so later fukoidan can be used as supplement in large scale. At first the brown seaweed Sargassum was macerated with ethanol for 72 hours and then filtered for extracting. Extraction uses water while heated at 85 oC. Obtained rendement of fukoidan extract equal to 1,7806 . Then carbohydrate and sulfate levels of the extract was determined. Fucose content obtained by 22.64 and xylose of 1.5277 and sulfate content of 11.882 . Immunomodulatory activity assay is seen from blood and macrophage activity of Rattus norvegicus rat with weight 200 250g. Fucoidan is given by oral with 3 variation of concentration 1g kgBW, 2g kgBW, and 4g kgBW. Testing of macrophage activity was done by Giemsa staining method. Obtained optimum results as immunomodulator is at a concentration of 2g kgBW."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Marta Yusfita Sari
"Fukoidan adalah polisakarida sulfat yang merupakan senyawa bioaktif dari rumput laut cokelat Sargassum sp. yang pemanfaatnya mulai banyak diteliti dalam pengobatan dan kosmetika. Pada penelitian ini, dilakukan ekstraksi fukoidan dari rumput laut cokelat Sargassum sp. menggunakan dua jenis larutan asam yaitu HCl 0,1 N yang kemudian dibandingkan dengan H3PO4 0,1N sehingga menghasilkan ekstrak kasar yang akan digunakan sebagai bahan uji pengikat mikotoksin Trikotesena (T-2). Pada ekstrak kasar tersebut dilakukan uji karakterisasi terlebih dahulu dengan FTIR, penentuan total karbohidrat, dan total kadar sulfat. Rendemen yang diperoleh sebesar 7,5% dari ekstraksi menggunakan HCl 0,1 N dan 7,02% untuk ekstraksi menggunakan H3PO4 0,1N. Pada konsentrasi 10 mg/mL ekstrak kasar fukoidan A memiliki kemampuan untuk mengikat mikotoksin jenis trikotesena (toksin T-2) dengan efisiensi 59,52±0,53 % pada pH 3 dan 58,11±0,27 % pada pH 6,8. Sementara ekstrak kasar fukoidan B mampu mengikat toksin T-2 dengan efisiensi 58,12±1,49 % pada pH 3 dan 57,65±0,39 % pada pH 6,8. Sedangkan untuk fukoidan komersial mampu mengikat toksin T-2 dengan efisiensi 57,31±1,04 % pada pH 3 dan 56,90±1,74 % pada pH 6,8. Uji antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH yang menunjukkan bahwa fukoidan masuk dalam kelas antioksidan kuat cenderung sedang dengan IC50 antara 77,32- 97,32 ug/mL. Dapat disimpulkan bahwa fukoidan dari rumput laut coklat Sargassum sp. dapat digunakan sebagai bahan pengikat toksin T-2 dan memiliki aktivitas antioksidan.

Fucoidan is a sulphated polysaccharide which is found mainly in brown seaweed such as sargassum sp and has been widely utilized in pharmacy and cosmetic industry recently. In this study, fucoidan was extracted from brown seaweed with two distinct approaches, one is using HCl 0.1 N and the other H3PO4 0.1N. The resulted crude extract was used as a study sample for Tricothecenes T-2 toxin binder. The crude extract of fucoidan was subjected for characterization using FTIR, and measurements of total carbohydrate and total sulphate levels. The yield of HCl extraction was 7.50% and H3PO4 7.02%. Quantitative analysis of mycotoxin binding capacity at 10 mg/ml of fucoidan extract A for T2-Toxin yielded an efficiency of 59,52±0,53 % at pH 3, and 58,11±0,27 % at pH 6.8. Fucoidan crude extract B had a T-2 toxin binding efficiency of 58,12±1,49 % at pH 3, and 57,65±0,39 % at pH 6,8. Meanwhile for crude fucoidan extracted from Fucus vesiculosus sp. had binding efficiency of 57,31±1,04 % at pH 3 and 56,90±1,74 % at pH 6,8. In addition, the antioxidant activity was analyzed using radical scavenging DPPH method with the IC50 around 77.32 -97.3 ug/mL. As a conclucion, it was indicated that fucoidan from brown seaweed Sargassum sp.could be used as binder for mycotoxin T-2 and had antioxidant activity."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52859
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"There species of sargassum with compressed primary branches,S.binderi sonder, S.oligocystum Montagne and S.swartzii (Turner) C.A..Agardh,have been described from from the Gulf to Thailand S. swartzii is the first record of this species from the coast of Thailand...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian mengenai kandungan kimia dari Sargassum binderi Sonder dan Sargassum polycystum Agardh telah dilakukan di Pulau Lipan, Kepulauan Seribu dan Pulau Kalong, Ujung Kulon pada bulan Juli--Agustus
2007. Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan nilai kandungan kimia yang dimiliki oleh kedua jenis Sargassum di kedua pulau tersebut, serta mengetahui pengaruh parameter lingkungan perairan
terhadap kandungan kimianya. Kandungan kimia yang dianalisis dalam penelitian adalah karbohidrat, serat, protein, lemak, dan mineral (N, P, K, I, Na, Ca, Fe, Mg). Parameter lingkungan perairan yang dianalisis adalah
kedalaman, suhu, salinitas, dan pH. Penelitian bersifat kuantitatif-deskriptif dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara acak pilih (purposive random) di sisi Timur dan Selatan pulau-pulau tersebut. Berdasarkan hasil
penelitian diketahui bahwa S. polycystum yang berasal dari Pulau Kalong memiliki kandungan kimia tertinggi di antara seluruh sampel. Parameter lingkungan perairan yang terbukti memengaruhi nilai kandungan kimia kedua
jenis Sargassum adalah kedalaman, suhu, dan salinitas."
Universitas Indonesia, 2008
S31510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Dharmayanti
"

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai ekologi di tiga lokasi yang berbeda, keanekaragaman morfologi, molekuler dan struktur alginat yang dihasilkan. Pengambilan sampel  menggunakan metode transek. Analisis data menggunakan analisis Statistik R. Analisis pohon filogeni menggunakan metode Maximum Likelihood (ML) berdasarkan marker ITS2, rbcL dan COX3 boostrap untuk 1000 ulangan >50%. Isolasi alginat dilakukan melalui hidrolisis parsial dilanjutkan dengan analisis kualitatif dan kuantitatif menggunakan FTIR. Hasil penelitian menunjukkan indikator salinitas sebesar 36 ‰, DO 4,74 dan suhu 29,00 oC menjadi ciri khas lokasi Binuangeun. Hasil analisis statistik pada morfometri menunjukkan indikator Pulau Lima memiliki ciri khas morfometri dengan indikator panjang total tertinggi. Binuangeun dan Ujung Kulon memiliki komponen berkebalikan yaitu lebar daun, panjang daun, batang utama dan vesikel. Binuangeun memiliki diameter talus yang lebih besar dibandingkan Ujung Kulon dan Pulau Lima. Hasil analisis filogenetik memperlihatkan adanya tiga buah klad dengan dukungan bootstrap >50%. Hasil uji hidrolisis alginat parsial menunjukkan alginat di Pulau Lima, Ujung Kulon dan Binuangeun konsentrasi M/G % adalah 1,35 %, 1,44 % dan 2,33 %. Kesimpulan penelitian ini adalah lokasi Binuangeun di pantai Samudera Indonesia merupakan lokasi ekologi terbaik bagi habitat S. polycystum untuk mendapatkan alginat yang memenuhi persyaratan kualitas bahan baku industri pangan dan non pangan.


The study aim was to obtain information on ecology in three different locations, the morphology, molecular and alginate characters from Sargassum polycystum. The sampling technique was using the transect methode. Data analysis using R statistic analysis. Phylogeny tree analysis was using the Maximum Likelihood (ML) method based on ITS2, rbcLS and COX3 bootstrap alignment for 1000 replications. Isolation of alginate was conducted through partial hydrolysis, the parameters were measured qualitatively and quantitatively using FTIR. The results showed that the highest salinity 36 o/oo, DO 4,74 and the lowest temperature 29,00oC as characteristic indicators of the Binuangeun location. The results of the morphometric analysis showed that the indicator of Pulau Lima with the highest total length indicator, Binuangeun and Ujung kulon have the opposite component. The results of phylogenetic analysis tree based on ITS-2, rbcL and COX3 marker showed that there are three clades supported by bootstrap 1000 >50%. The results of the partial alginate hydrolysis test showed that concentration of alginate on the Lima Island, Ujung Kulon and Binuangeun M/G % were 1.35 %, 1.44 % and 2.33 %, respectively.The conclusion is Binuangeun is a good ecological location for the growth habitat of S. polycystum for food and non-food industries.

"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
D2759
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Azmi Suryabrata
"ABSTRAK
Fukoidan merupakan salah satu polisakarida alami yang tersusun dari sebagian besar L-fukosa yang di antaranya memiliki gugus ester sulfat. Salah satu sumber fukoidan adalah rumput laut cokelat Sargassum binderi Sonder. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh hilangnya warna pigmen dalam rumput laut cokelat terhadap aktivitas fukoidan hasil isolasi. Pada penelitian ini, dilakukan variasi pelarut dan variasi waktu yang digunakan pada perendaman maserasi rumput laut cokelat dengan menggunakan pelarut dalam menghilangkan pigmen. Pelarut yang digunakan adalah etil asetat teknis, aseton teknis, dan etanol 95 dengan variasi waktu 24 jam, 72 jam, 120 jam, dan 168 jam. Secara fisik, hasil depigmentasi yang paling optimum diperoleh dari kelompok pelarut etanol. Isolasi fukoidan dilakukan dengan metode asam, rendemen hasil isolasi fukoidan terdepigmentasi yang didapatkan berkisar 0,6-2,5 . Fukoidan dikarakterisasi menggunakan penentuan total karbohidrat, total senyawa fenolik, dan total sulfat, dengan masing-masing menghasilkan nilai 60-80 , 0,6-1,2 , dan 16-22 . Selain itu dilakukan identifikasi gugus fungsi dengan FTIR yang menunjukkan semua sampel hasil variasi maserasi rumput laut cokelat merupakan fukoidan. Penentuan analisa residu etanol juga dilakukan dan didapatkan hasil bahwa semua fukoidan tidak mengandung residu etanol. Kemudian, dilakukan uji sitotoksik fukoidan terdepigmentasi dengan aseton 24 jam terhadap sel kanker payudara T47D, dengan hasil IC50 yang didapatkan adalah 150,80 ?g/mL.

ABSTRAK
Fucoidan is a polysaccharide composed of L fucose with sulfate ester, found in brown seaweeds, Sargassum binderi Sonder. The objective of this study was to remove brown pigment from seaweed and observed the effect of the result to the activity of isolated fucoidan. Therefore, in this study, the pigment will be removed by varying organic solvents in the maceration step, such as ethyl acetate, acetone, or ethanol. Also, by varying the time of maceration in 24 hours, 72 hours, 120 hours, and 168 hours. Physically, the depigmentation result shows that ethanol is the best of organic solvent for depigmentation. Acid method was used for the isolation of fucoidan, giving 0,6 2,5 of fucoidan. Fucoidan then characterized by total carbohydrate, total phenolic compounds, and sulfate content, with result 60 80 , 0,6 1,2 , and 16 22 , respectively. Characterization by FTIR to identify functional groups, showed that the samples were consistent with the characteristic of fucoidan. The analysis of ethanol residue confirmed that there was no ethanol left. Finally, isolated fucoidan from maceration with acetone for 24 hours, was tested against breast anti cancer T47D and the IC50 was 150,80 g mL."
2017
S68057
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Futihati Ruhama Zulfa
"Kanker paru merupakan salah satu kanker yang memiliki angka mortalitas yang tinggi di Indonesia. Sargassum polycystum merupakan salah satu spesies rumput laut yang banyak ditemui di perairan laut Indonesia dan memiliki potensi sebagai agen antikanker namun belum banyak diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan metabolit sekunder dan aktivitas sitotoksik dari ekstrak Sargassum polycystum terhadap sel kanker paru A-549. Sargassum polycystum diekstraksi menggunakan empat jenis pelarut, sehingga menghasilkan empat jenis ekstrak Sargassum polycystum, yaitu ekstrak n-heksana, ekstrak etil asetat, ekstrak kloroform, dan ekstrak etanol. Uji fitokimia pada keempat ekstrak Sargassum polycystum menunjukkan metabolit sekunder berupa flavonoid, tannin, glikosida, alkaloid, triterpenoid, dan steroid. Pada uji KLT menunjukkan bahwa ekstrak Sargassum polycystum memiliki tiga hingga empat senyawa kimia. Uji in vitro aktivitas sitotoksik keempat ekstrak Sargassum polycystum terhadap sel kanker paru A549 menggunakan metode MTT assay pada panjang gelombang 492 nm dengan 5 variasi konsentrasi, yaitu 3,125 g/mL; 6,25 g/mL; 12,5 g/mL; 25 g/mL; dan 50 g/mL. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan microsoft excel sehingga diperoleh nilai IC50. Berdasarkan nilai IC50 yang diperoleh, semua ekstrak memiliki nilai IC500,05. Hal ini menunjukkan ekstrak n-heksana memiliki aktivitas sitotoksik paling kuat terhadap sel kanker paru A-549 dibandingkan ekstrak lainnya, sehingga ekstrak n-heksana Sargassum polycystum berpotensi dikembangkan sebagai agen antikanker paru.

Lung cancer is one of cancer that has high mortality rate in Indonesia. Sargassum polycystum is one of macroalgae species that commonly found in Indonesian marine and can be developed as anticancer agent but has not been widely studied. Objective of this research is to know second metabolites compounds and cytotoxic activity of extract Sargassum polycyctum on A 549 lung cancer cell. Sargassum polycystum was extracted using four solvent to produce four extract, there are n hexane extract, ethyl acetate extract, chloroform extract, and ethanol extract. Phytochemical test of each extract showed positive result of flavonoid, tannin, glycoside, alkaloid, triterpenoid, and steroid. Besides, TLC test showed there were three to four chemical compound in each extract of Sargassum polycystum. In vitro cytotoxic activity of four extract Sargassum polycystum on A 549 lung cancer were tested using MTT assay on 492 nm wavelength and devided into five different concentration, there are 3,125 g ml 6,25 g ml 12,5 g ml 25 g ml and 50 g ml. The obtained data were analyzed using microsoft excel to get IC50 value. The result showed that each extract of Sargassum polycycstum had IC50 values less than 100 g ml. This means each extract of Sargassum polcystum has cytotoxic activity against A 549 lung cancer cell. Among four extract of Sargassum polycytum, n hexane extract has the lowest IC50 value 24,1 g ml and shows the most potent cytotoxic activity against A 549 lung cancer cell. Statistical analytic showed p value 0,05. So, n hexane extract of Sargassum polycystum potential to be developed as antilung cancer agent."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monica Salsabilla
"Makroalga merupakan tumbuhan yang banyak dimanfaatkan sebagai sumber makanan bagi organisme laut dan manusia. Makroalga Sargassum cinereum pada bagian permukaan thalli dapat terakumulasi oleh miktoplastik yang memiliki daya akumulasi tinggi di perairan Pulau Semak Daun. Kontaminasi mikroplastik pada bagian makroalga terjadi karena adanya akumulasi mikroplastik pada tempat tumbuh makroalga. Mikroplastik dapat menempel, melilit, maupun terbungkus oleh makroalga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk, warna, dan ukuran mikroplastik dan pengaruh variasi waktu pengocokkan terhadap pengurangan kelimpahan mikroplastik pada makroalga Sargassum cinereum J. Agardh 1848. Sampel pada permukaan makroalga diambil sebanyak 10 g, kemudian diberi perlakuan pengocokkan dengan perbedaan waktu 5 menit, 10 menit, dan 15 menit dan disaring menggunakan kertas saring Whatman filter. Sampel yang menempel kuat pada makroalga dilarutkan dengan larutan NaOH, kemudian disaring menggunkan kertas Whatman filter. Sampel kontrol negatif di diamkan selama 15 menit, sedangkan kontrol positif langsung dilakukan penyaringan. Bentuk mikroplastik didominasi oleh fiber sebesar 58% dengan jumlah 36,5 partikel/g. Warna mikroplastik didominasi oleh biru sebesar 75%. Persentase pengurangan kelimpahan mikroplastik pada kelompok perlakuan tertinggi terdapat pada perlakuan pengocokkan selama 15 menit (K15) sebesar 70% dan terendah pada perlakuan kontrol negatif (KN) sebesar 45%. Uji One Way ANOVA membuktikan bahwa adanya perbedaan rata-rata kelimpahan mikroplastik pada kelompok perlakuan pengocokkan dengan nilai signifikan sebesar 0,002 (< 0,05). Waktu pengocokkan mempengaruhi pengurangan kelimpahan mikroplastik pada makroalga Sargassum cinereum.

Macroalgae are plants that are widely used as a food source for marine organisms and humans. Sargassum cinereum macroalgae on the surface of the thalli can be accumulated by mytoplastics which have high accumulation power in the waters of Semak Daun Island. Microplastic contamination in the macroalgae section occurs due to the accumulation of microplastics in the macroalgae growing sites. Microplastics can be attached, wrapped around, or covered by macroalgae. This study aims to determine the shape, color, and size of microplastics and the effect of variations in shaking time on the reduction of microplastics in macroalgae Sargassum cinereum J. Agardh 1848. Samples on the surface of macroalgae were taken as much as 10 g, then given shaking treatment with a time difference of 5 minutes, 10 minutes, and 15 minutes and filtered using a Whatman filter paper filter. Samples that adhered strongly to macroalgae were dissolved with NaOH solution, then filtered using Whatman filter paper. The negative control sample was allowed to stand for 15 minutes, while the positive control sample was immediately assessed. The form of microplastic is dominated by fiber by 58% with a total of 36.5 particles/g. The color of microplastic is dominated by blue by 75%. The percentage of microplastic reduction in the treatment group was highest in the shaking treatment for 15 minutes (K15) by 70% and the lowest in the negative treatment (KN) 45%. The One-Way ANOVA test proved that the difference between the mean and microplastics in the shaking treatment group had a significant value of 0.002 (< 0.05). Shaking time affects the reduction of microplastic in macroalga Sargassum cinereum."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>