Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 58 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Robertson, Heather
Toronto: James Lorimer, 1974
971.2 ROB s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nelson Saksono
"Proses pencucian garam yang baik pada dasarnya mampu meningkatkan kualitas garam, bukan hanya sekedar membersihkan garam dari kotoran lumpur atau tanah , tetapi juga mampu menghilangkan zat-zat pengotor seperti senyawa-senyawa Mg, Ca dan kandungan zat pereduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh proses pencucian terhadap kandungan zat pengotor higroskopis (Ca dan Mg) dan kandungan zat pereduksi pada garam. Selanjutnya akan diamati sifat-sifat penyerapan air, keasaman (pH) dan kandungan KIO3 sebagai fungsi waktu untuk mengamati efek dari proses pencucian ini terhadap stabilitas KIO3 pada garam. Dari hasil percobaan menunjukkan komposisi Mg dan zat pereduksi yang terendah masing-masing 0,016 % wt dan 2,65 ppm dicapai pada proses pencucian dengan garam halus dengan menggunakan brine 27 % wt. Hasil analisis kandungan air menunjukkan kenaikan kandungan Ca dan Mg menyebabkan kenaikan kemampuan penyerapan air pada garam. Sedangkan untuk pH tidak menunjukkan hubungan yang jelas.

Effect of Salt Washing Process on Content and Iodium Stability of Salt. Salt washing process should increase the salt quality. It should clean the salt from sludge or clay and also reduce the impurity compound such as Mg, Ca and the reductor content. The objective of these reseach is to assess the effect of washing process on the content og hygroscopic impurities compound (Ca and Mg), and reductor content of salt. The research also investigate the water absorbing, pH, KIO3 content as function of time to obtain effect of washing process on KIO3 stability in salt. The experiment result shows that the lowest content of Mg and reductor compound 0.016 % wt and 2.65 ppm respectively which is reached at the fi ne salt washing process using 27 % wt brine. The analysis of water content indicates an increase the Ca and Mg content, causing an water absorbtion in salt , However the effect on pH the is not clear."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2002
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cornelia
"ABSTRAK
A cross sectional study to determine the salt consumption at household level was carried out in Sukabumi District. Two hundred households with children 1-5 years were selected randomly. This study consisted of interviews of the mothers, observation of iodized salt usage and analysis of the iodine content in iodized salt.
The results showed that all households in the study area have used iodized salt but they were not aware that. they used iodized salt.
The average salt consumption at household level was 4.8 gr per day per capita with majority iodine intake (71 %) less than 100 pg. Using lodometry test, 47 % of households had iodine content in iodized salt was less than 30 ppm. In general, all cooked food used salt except for rice as staple food, but not all of food prepared with salt were consumed by children 1-5 years.
According to mothers' perception, the mother with better knowledge had higher percentages on using iodized salt and also had better educational level.
These findings showed that the recommended iodine intake by WHO of 100-300 pg per day per capita was not fulfilled, mainly because of the low quality of iodized salt, as well as improper ways of salt storage and food preparations. Lack of knowledge due to low educational level of mother was worsening this condition."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firmandes Sisko
"Direktur Utama (Dirut) PT. Garam dinyatakan bersalah secara sah dan meyakinkan, sehingga dijatuhkan Pidana Penjara selama 2 Tahun oleh Hakim Pengadilan Negeri Gresik karena melanggar Pasal 9 Ayat (1) Huruf h Jo. Pasal 62 Ayat (1) Undang-Undang 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). Jaksa Penuntut Umum (JPU) menganggap Pidana Penjara yang dijatuhkan Hakim Pengadilan Negeri Gresik terlalu rendah, sehingga JPU melakukan Banding, namun Hakim Pengadilan Tinggi Surabaya membatalkan Putusan Pengadilan Negeri Gresik dengan pertimbangan Dirut PT Garam terbukti melakukan Tindakan pada Pasal 9 Ayat (1) Huruf h UUPK, akan tetapi Tindakan tersebut adalah bukan tindak pidana. Atas Putusan Hakim Tingkat Banding tersebut, JPU mengajukan Upaya Hukum Kasasi yang amarnya membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Surabaya dan menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Gresik. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggung jawab PT. Garam dan Perlindungan Hukum bagi Konsumen terhadap pelanggaran atas penjualan garam impor yang tidak sesuai dengan spesifikasi ketentuan impor garam. Penelitian ini menggunakan Metode penelitian hukum normatif dengan metode pendekatan penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini adalah PT Garam dapat dimintai pertanggungjawaban secara Perdata dan Pidana. Perlindungan Hukum bagi Konsumen telah diatur pada beberapa Undang-Undang seperti Pasal 19 UUPK tentang Tuntutan Ganti Kerugian, 61-63 UUPK Tentang Sanksi Pidana, Pasal 86 dan 91 UU PANGAN tentang Standar Mutu Pangan dan Izin Edar. Kesimpulan Penelitian ini, Konsumen yang merasa dirugikan oleh PT. Garam dapat menuntut ganti kerugian ke BPSK ataupun ke Pengadilan Negeri, Selain itu, menurut penulis pemakaian Pasal 9 Huruf (h) dalam Putusan Mahkamah Agung No. 36 K/PID.SUS/2019 kurang tepat dikarenakan pertimbangan hakim kasasi menitikberatkan bahwa Garam PT Garam tidak sesuai dengan Spesifikasi yang telah ditetapkan.

President Director (CEO) of PT. Garam has been officially and convincingly found guilty, resulting in a 2-year prison sentence by the Judge of Gresik District Court for violating Article 9 Paragraph (1) Letter h of Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection. The Public Prosecutor deemed the prison sentence imposed by the Gresik District Court Judge to be too lenient, so the Public Prosecutor filed an Appeal. However, the Surabaya High Court overturned the Gresik District Court's verdict, considering that the CEO of PT Garam was proven to have taken actions under Article 9 Paragraph (1) Letter h of the Consumer Protection Law, but those actions were not criminal offenses. In response to the Court of Appeal's decision, the Public Prosecutor filed a Cassation Legal Effort, requesting the cancellation of the Surabaya High Court's verdict and the affirmation of the Gresik District Court's verdict. The purpose of this study is to determine the responsibility of PT. Garam and the Legal Protection for Consumers regarding the violation of selling imported salt that does not comply with the specified import salt provisions. This study uses a normative legal research method with a descriptive research approach. The results of this study indicate that PT. Garam can be held liable both in Civil Law and Criminal Law. Legal protection for consumers is regulated in several laws, such as Article 19 of the Consumer Protection Law concerning Claims for Damages, Articles 61-63 of the Consumer Protection Law regarding Criminal Sanctions, Article 86 and 91 of the Food Law concerning Food Quality Standards and Distribution Permits. In conclusion, consumers who feel aggrieved by PT. Garam can seek compensation through the Consumer Dispute Settlement Board (BPSK) or the District Court. Additionally, according to the author, the use of Article 9 Letter (h) in Supreme Court Decision No. 36 K/PID.SUS/2019 is not appropriate because the cassation judge emphasized that the salt produced by PT Garam did not meet the specified specifications."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elly Musa
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang produksi dan distribusi di Kabupaten Majalengka Kabupaten Majalengka merupakan satu diantara 10 kabupaten endemis GAKY di Jawa Barat yang mempunyai permasalahan distribusi garam beryodium belum menjangkau secara merata wilayah kabupaten.
Jenis Penelitian adalah penelitian operasional, menggunakan triangulasi proses berupa pemanfaatan data sekunder, wawancara mendalam, dan observasi lapangan. Sumber informasi antara lain Kepala Kantor Departemen Perindustrian dan Perdagamgan Majalengka, tiga orang Kepala Pasar, beberapa orang Pedagang gosir dan eceran di pasar, dan warung-warung.
Data sekuader diolah dan disajikan dalam tabel frekuensi dan dianalisa secara deskriptif Sedangkan analisis domain dilakukan untuk mengolah hasil wawancara mendalam dan observasi lapangan.
Penelitian ini menyajikan informasi bahwa produksi garam beryodium di Majalengka hanya dapat memenuhi 18°% kebutuhan. Tetapi tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk suplementasi unsur yodium bagi masyarakat, karena mutunya kurang mengandung kadar yodium < 40 ppm. Kebutuhan garam beryodium di Kabupaten Majalengka 82% dipenuhi oleh produsen garam dari kabupaten lain di Jawa Barat diantaranya dari Kabupaten Cirebon, Karawang, den Subang, Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi Jawa Timur.
Ketersediaan garam dari sisi jumlahnya tidak menjadi masalah karena tersedia berbagai bentuk garam (halus, curah, briket dan krosok), bermacam-macam merek, ukuran dengan harga terjangkau oleh masyarakat. Ketersediaan garam beryodium dilihat dari mutunya, hanya 47,9% yang tersedia di pasar-pasar dan 49,9% dari garam yang dijual di warung - warung mengandung kadar yodium cukup (>40 ppm), 28% diantaranya baik yang ada di pasar maupun warung tidak mengandung yodium(O ppm). Terutama 40 - 63.5% garam briket dan lebih dari 70 % garam krosok tidak mengandung yodium. Distribusi garam beryodium yang dilakukan oleh produsen adalah melalui grosir dan pedagang eceran di warung-warung atau langsung ke warung.
Untuk menjamin ketersediaan garam beryodium yang memenuhi syarat yaitu mengandung kadar yodium 40 ppm di Kabupaten Majalengka diperlukan Peraturan daerah untuk mengatur pengadaan dan penyaluran garan beryodium di daerah ini pembinaan tehnis produksi, bimbingan dan bantuan permodalan kepada produsen yang ada di Majalengka, serta meningkatkan pengawasan garam yang beredar dengan lebih meningkatkan peran Kepala Pasar, Pedagang di pasar-pasar dan Staf Puskesmas. Sejalan dengan upaya menggalakkan konsumsi garam beryodium kepada masyarakat.

The Production and Distribution of Iodized Salt in Kabupaten Majalengka, West Java, 1998An operational study on iodized salt were conducted in Kabupaten Majalengka, West Java The objectives were to investigate the role of local products in supplying the iodized salt in the kabupaten and the levels of iodine in the salt available in the area.
The triangulation process of secondary data, in-depth interviews and observations were used in this study. The respondents were; the head of local office of the Ministry of Industrial and Business, 3 market supervisors; several distributors and retailers in 3 markets, and small shops (warung).
Secondary data were analyzed descriptively, and domain analysis was employed to data collected by in-depth interviews and observations.
It was found that local salt production contributed only 18 % of required iodized salt in the areas, and the rest 82% were supplied from kabupaten Cirebon, Karawang, Subang, Central Java and East Java. In additions the local production salt contained iodine of less than 40 PPM.
The problem of salt in kabupaten Majalengka was not in the quantity but in the quality. Only 47.9% of salt in the market and 49.9% of the salt available in warung contained iodine 40 PPM. More than 50% about 28% contained less than 40 PPM. About 40-36.5 % of brick salt and 70% of crystal or granular salt have no iodine.
To ensure the avordability of iodated salt it was suggested that produces locally, and that came into the area contained sufficient iodine. Local procedures should be nurtured in the technical aspect of production, guidance in storing and distribution. credits for capital. Salt that come from outside the area should be monitored and only those that contain iodine X40 PPM are allowed to be sold in the market However, this can only be done there are local regulations on the production and distribution of salt in Kabupaten Majalengka. Monitoring of the quality of the salt in the market should be enhanced by promoting more involvement of market supervisors, distributors, retailers and health center.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniarti Soeroso
"ABSTRAK
Air garam hangat dan H2O2 3% sating digunakan sebagai obat kumur untuk terapi keradangan Gingiva. Belum pernah dilakukan penelitian dibagian perio FKG UI mengenai efektivitas kedua bahan obat kumur tersebut terhadap keradangan gingiva. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan'efektivitas air garam hangat dengan larutan H2O2 3% sebagai obat kumur, terhadap penurunan keradangan gingiva secara klinis. Penelitian dilakukan pada 90 penderita gingivitis yang datang ke klinik periodonsia FKG UI, berusia antara 18-40 tahun, terdiri dari 52 wanita 39 pria. Sampel dibagi atas 3 kelompok dengan randomisasi. Kelompok I berkumur dengan air garam hangat 1,2%, kelompok II berkumur dengan lantan H202 3°/g kelompok III merupakan kelompok kontrol berkumur dengan air hangat. Konsentrasi air garam hangat 1,2% ditetapkan berdasarkan pemilihan beberapa takaran berat garam yang dianjurkan dan rasa yang paling dapat diterima didalam mulut. Masing-rnasing kelompok menggunakan obat kumur 2x 1 hari selama 5 hari, pagi dan malam.
Kumur-kumur dilakukan selama 1 menit. Pencatatan skor pink (Loa dan Silness) clan skor PBI (Modifikasi Papillae Bleeding Index dari Muhlemann) dilakukan pada hari ke 1 dan hari ke 5. Perubahan skor indeks plak dan skor PBI antara sebelum dan sesudah kumur-kumur air garam hangat 1,2%, H202 3% dan air hangat, diuji dengan "Paired Sample T Test" pada tingkat kepercayaan 95%. Untuk mengetahui perbedaan efektivitas air garam hangat 1,2% dan H2O2 3% terhadap perubahan skor indeks plak dan skor PBI (keradangan gingiva) dilakukan uji "Anova" pada tingkat kepercayaan 950/0. Hasilnya menunjukkan terdapat penurunan skor indeks plak yang bermakna sesudah berkumur air garam hangat 1,2% clan H2O2 3% (P < 0,05 ), sedang pada kelompok kontrol tidak terdapat penurunan skor indeks plak yang ber makna ( P > 0,05 ). Terdapat penurunan skor PBI atau keradangan gingiva yang sangat bermalcna setelah berkumur dengan air garam hangat 1,2%, H202 3% dan air hangat (p > 0,001 ). Antara ketiga bahan obat kumur tidak terdapat perbedaan efektivitas yang bermakna dalam menurunkan skor indeks plak (p > 0,05 ). Terdapat perbedaan efektivitas yang sangat bermakna antara ketiga bahan obat kmur didalam menurunkan skor PBI atau keradangan gingiva (p < 0,001 ). Air Karam hangat 1,2% lebih efektif dari H2O2 3% dalam menurunkan skor PBI. Air garam hangat 1,2% dan 102 3% lebih efektif dari kelompok kontrol dalam menurunkan skor PBI. Dapat diambil kesimpulan bahwa air garam hangat 1,2% lebih efektif dari H2O2 3% dalam menurunkan keradangan gingiva. Hal ini kemungkinan karena sifatnya sebagai antiseptik dan ada peran temperatur hangat terhadap vaskularisasi gingival."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The important thing considered in the processing of fish mince meat based products is gel forming ability, which is affected by additives applied in the processing of the products. This research was aimed at studying the effect of TGase and salt addition on the physical and sensory properties of restructured product from Priacanthus macracanthus. Salt was added into minced meat at the concentration of 0, 1 and 2%, TGase with the concentration of 0; 0.3; 0.6 and 1%. The meat dough was then filled into plastic tubes and heated at 30o
C for an hour before being heated at 90oC. The restructured meat was then evaluated its sensory properties texture profile (hardness,
chewiness, gumminess, cohesiveness, springiness and breaking force, deformation/distance, gel strength), and its microscopic observation under the scanning electron microscope. The result showed that addition of salt as well as TGase gave significant effect on the sensory properties related to texture, appearance and brightness; and physical properties ofthe restructured products espescially gumminess and breaking force. Based on the sensory score, addition of 2% salt was
enough to produce gel which met with panelist preference, however based on the physical/texture properties addition of 2% salt and 0.3% TGase was needed to increase the gel properties. At this treatment combination, the gel strength produced was 3,235 g cm."
620 JPBK 6:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: PT Bank Mandiri, 2012
333BANH001
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: PT Bank Mandiri, 2012
333BANH002
Multimedia  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>