Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rochmanadji Widajat
"ABSTRAK
Salah satu kebijakan Pemerintah selama PIP-II di bidang manajemen rumah sakit adalah pelaksanaan Program Akreditasi terhadap seluruh rumah sakit (RS), baik milik Pemerintah maupun Swasta di Indonesia. Tujuan dan manfaat program ini adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan RS, sekaligus untuk memudahkan program pembinaan bagi RS yang membutuhkan. Walau demikian, mengingat kendala dan keterbatasan yang ada, maka strategi pelaksanaan akreditasi RS dilaksanakan secara bertahap, baik jenis pelayanan yang diakreditasi maupun RS yang siap diakreditasi.
RSUP Dr. Kariadi, yang merupakan RS kelas Pendidikan juga mampu sebagai pusat percontohan mutu pelayanan RS. Oleh karenanya, di samping melaksanakan self assessment terhadap 5 jenis pelayanan dasar, dalam rangka uji-coba akreditasi tahun 1996, juga terhadap jenis pelayanan lain yang dianggap penting.
Salah satu jenis pelayanan RS yang dianggap penting ialah : Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS). Alasannya antara lain karena : RSUP Dr. Kariadi ditetapkan sebagai salah satu calon RS-panduan PGRS, sehingga berkinginan menjadi pusat rujukan ringan PGRS diwilayah sekitarnya.
Disamping itu hasil survei Tim Depkes (1995) terhadap 10 RS kelas A & B pendidikan belum menggembirakan (termasuk RSUP Dr. Kariadi), menunjukkan adanya kesenjangan antara keadaan sekarang dan gambaran/profil PGRS yang diinginkan.
Berangkat dari alasan dan masalah kesenjangan tersebut di atas, maka sangat bermanfaat bila diadakan suatu operational research (penelitian operasional) yang menganalisis faktor-faktor eksternal dan internal pada Instalasi Gizi untuk Perumusan Strategik (Strategy Formulation) Standar optimal PGRS di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Metodologi penelitian operasional ini secara diskriptif dengan mempergunakan tehnik analisis strategik yang terdiri atas 3 tahap (David FR, 1995) : (I) Tahap input, dengan analisis faktor eksternal (EFE) dan faktor internal (DE), ( II) Tahap matching, dengan analisis SWOT dan SPACE, ( III) Tahap decision, dengan analisis QSPM (kalau perlu).
Penentuan bobot (weight) dan nilai (score) pada tiap-tiap faktor kritis dilaksanakan dengan cara good intuitive judgement dan dimantapkan dengan metode Delphi. Hasil ke tiga tahap analisis merupakan Strategi Terpilih (Strategic Choice) untuk mencapai standar optimal PGRS di RSUP Dr. Kariadi Semarang.
Hasil penelitian sebagai berikut :
1. Kedudukan strategik Instalasi Gizi dan PGRS di RSUP Dr. Kariadi masih cukup kuat secara finansial, namun tidak dapat tumbuh dan berkembang baik karena tidak mempunyai daya saing kuat. Tempat kedudukan ada di kuadrat kiri atas.
Tipe strategi yang paling tepat : Stategi Konservatif.
2. Prioritas Strategi Terpilih ialah : I. Tingkatkan citra RSUP Dr. Kariadi, khususnya PGRS, dengan cara konsolidasi dan program pemasaran yang terpadu. II. Tonjolkan produk unggulan PGRS yang bersifat revenue, sementara produk layanan lainnya tetap dimantapkan, III. Tingkatkan manajemen SDM (terutama motivasi kerja dan pemanfaatan SDM mahasiswa/siswa praktek).
Disarankan antara lain, agar analisis strategik seperti tersebut di atas dapat dipergunakan oleh pimpinan RS/Intitusi lain di lingkungan Dep. Kes untuk merumuskan strategi mencapai sasaran seseuai dengan visi/misi yang telah ditetapkan.

ABSTRACT
One of the Government's policy in the hospital management during 2nd-PIP (Longterm National Development) is an implementation of the Hospital Accreditation Program in Indonesia. The goals of this program are to increase the quality of the hospital services, as well as to aid the underquality hospitals. Since there are some constrains in practices, the Hospital Accreditation Program will be implemented stage by stage. At present time, the first stage is being done as a pilot project of self-assessing hospital accreditation towards 5 kinds of primary hospital services : Administration and Management, Medical Care, Nursing Care, Emergency Care, and Medical Records.
Dr. Kariadi hospital, as a largest Teaching Hospital and Medical Referral Hospital in Central Java, should also be able to be a center of the Hospital Nutrition Service (PGRS) networks. For these reasons, during self-assessing hospital accreditation at Dr. Kariadi Hospital in 1996, there will also be completed with other important services i.e. Hospital Nutrition Services (PGRS). Besides, the result of study by Depkes Surveyors Team is disappointed. They highlighted that the highest accreditation score among 10 teaching hospitals (to be centers of PGRS) were only fair score, even there were very low score in 2 teaching hospitals of them. There were some problems in each hospitals especially in the facilitation and human resource.
Because of these problems, it will be very important to perform a Study of the External and Internal factors of Nutrition Department for a Strategy Formulation to achieve the optimal standard of the Hospital Nutrition Services of Dr. Kariadi Hospital.
This is an Operational Research, and a descriptive study with 3 stages of strategic analysis and choice : ( 1 ).The input stage, consists of : Identifications, EFE (External Factor Evaluation) and 1FE (Internal Factor Evaluation), (2 ). The matching stage consists of : a SWOT (Strengths-Weaknesses-Opportunities-Threats) and a SPACE (Strategic Position and Action Evaluation) matrix analysis and (3 ). The decision stage consists of : a QSPM (Quantitive Strategic Planning Matrix) analysis.
Some integrations have to be combined between intuition and scientific analysis in the critical success factor evaluations. In this matter, a "good interactive judgment" in data scoring has to be done by a Delphi method.
The results of this study are as follow : (1 ). The strategic position of Nutrition Department is quite strong in the aspect of Financial Strength, but it is not able to grow up automatically due to the Competitive disadvantage (laid in upper left quadrant of SPACE matrix). (2 ). The appropriate type of strategy : Conservative Strategy. ( 3 ). The strategic choice that can be interpreted as The Grand Strategy are :
a). Market penetration & development, do an integrated marketing to increase a good reputation of Hospital Nutrition services (PGRS) in the community.
b). Product development and concentric diversifications, develop one or two new revenue product and while keeping on maintenance of the current products.
c). Increase the human resources management, especially how to motivate in working.
Even though it is such a recommendation to the hospital administrators to practice the strategic analysis and choice (especially SWOT analysis) for anything to achieve or to make a good strategic decision under conditions of uncertainty.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhardiningsih
"ABSTRAK
Perkembangan teknologi kedokteran dan tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan biaya yang terjangkau menyebabkan makin tingginya tingkat kompetisi rumah sakit. Di sisi lain subsidi Pemerintah untuk pelayanan kesehatan makin terbatas karena keterbatasan sumberdaya tenaga, peralatan maupun dana. Dalam menghadapi situasi persaingan tersebut, rumah sakit perlu meningkatkan efisiensi diantaranya melalui pemanfaatan sarana, prasarana dan peralatan secara optimal.
Pemeriksaan Kimia Klinik dengan menggunakan alat Auto Analyser merupaken salah satu pemeriksaan penunjang medis yang membutuhkan biaya besar dalam rangka menegakkan diagnosa dan monitoring suatu penyakit. Volume pemeriksaan dari tahun ke tahun cenderung meningkat sementara mekanisme kontrol tidak ada secara jelas dan formal.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapat gambaran pendapatan biaya alat Auto Analyser sebagai salah satu alat otomatik, serta mengetahui apakah biaya yang dikeluarkan dapat lebih ditingkatkan efsiensi penggunannya.
Dari hasil analisis biaya didapatkan bahwa pendapatan dari alat Auto Analyser baru dapat menutup biaya langsung, sehingga perlu dilakukan upaya meningkatkan volume pemeriksaan diantaranya melalui kerjasama dengan rumah sakit dan laboratorium klinik lain.
Hasil penelitian ini juga memberikan gambaran bahwa elemen biaya yang tertinggi adalah biaya variabel bahan habis pakai reagensia, dimana tidak seluruh penggunaannya untuk kebutuhan tes pasien. Sebagian adalah untuk melakukan kontrol (13 %), kalibrasi ( 6,5 %) dan volume reagensia yang terbuang 16,63 %. Dengan dibuatnya standar biaya untuk bahan habis pakai reagensia diharapkan dapat dilakukan kontrol dan upaya meningkatkan efisiensi penggunaannya.

ABSTRACT
Advances in medicine technology and the demand of the society for quality healthcare increase the competition situation among hospitals. On the other side, subsidies from the government for healthcare are becoming more and more limited because of the limitation in human resources, equipment as well as funds. In coping with the competitive situation, hospitals need to increase their efficiency, including taking the advantage of all devices, facilities and equipments optimally.
The clinical chemistry test , using Auto Analyzer equipment is one of supportive medical examinations that requires large cost in the context of esthablishing diagnosis and monitoring any disease. Utilization increases from year to year , while no clear and formal control mechanisms exist.
This study was performed to obtain a picture on incomes from and expenditures for the Auto Analyzer equipment as an automated equipment, and to determine the possibility to increase the efficiency of expenditures paid for the using equipment.
From the results of cost analysis, it was found that the incomes from the Auto Analyzer equipment were only sufficient to cover the direct cost, so it was necessary to make efforts to Increase the volume of examination, for example, through cooperation with other hospitals and clinical laboratories.
The results of this study also gave a picture that the largest element of the cost was variable cost for disposable reagents, which was not used entirely for patient's test. Part of it was used for performing control (13 %) , calibration (6,5%) and the volume of wasted reagent was 16,63 %. By establishing cost standard for the disposable reagents, it was hoped that control and effort to increase its efficiency could be done.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library