Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deninda Firmanda Putri
"Penelitian ini membahas tentang perpanjangan konflik yang terjadi antara dua negara pecah belah yaitu Rusia dengan Ukraina. Dengan invasi yang dilakukan sejak tahun 2014, dan penyerangan kembali yang dilakukan pada tahun 2022, hal ini menyebabkan adanya krisis internasional yang disebabkan oleh Rusia. Dengan negara-negara lain menjadi aktor yang terdampak, mulai dari kenaikan harga energi, pertambahan pengungsi , maka nerbagai upaya dilakukan terutama oleh kawasan Barat, untuk dapat meredakan perselisihan ini dan juga untuk melemahkan kekuatan Rusia dalam penyerangan yang dilakukan terhadap Ukraina. Salah satu upayanya adalah memberlakukan sanksi berat terhadap Rusia. Mulai dari embargo ekspor impor, pembatasan transaksi perdagangan dan juga pemboikotan industri Rusia di negara-negara kawasan Barat. Dengan sanksi yang bertubi diberikan oleh banyak negara dari kawasan Barat, hal ini membuat Rusia juga melakukan pertahanan serta penyerangan balik sebagai respons Rusia menerima sanksi tersebut. Penelitian ini dibatasi dalam periode waktu 10 tahun terakhir, yaitu 2013 hingga 2023 dengan lingkup spasial Rusia, Uni Eropa dan juga Asia. Teori yang digunakan adalah Regional Security Complex melalui perspektif konstruktivisme dan membahas bagaimana pola geostrategi dan geopolitik Rusia berpengaruh dalam menjalankan kepentingannya untuk melakukan counter terhadap sanksi-sanksi yang diberikan kepada Rusia. Menggunakan metode analisis kualitatif studi kasus, penelitian ini berisi respons yang diberikan Rusia atas sanksi yang diberlakukan oleh kawasan Barat. Mulai dari perubahan geopolitik dan geostrategi Rusia, dan juga alasan Rusia melakukan alternatif kerjasama dengan negara-negara non-barat secara multisektoral, mulai dari bidang yang esensial hingga bidang-bidang yang bersifat low politics.

This research aims to explore the aspirations and mechanisms of Ukrainian refugee arrivals in the Nordic region. The war has led to a massive migration of Ukrainian citizens to various European countries, but the focus of this study is on the reasons why Ukrainian refugees migrate to the Nordic region. The prolonged conflict between Russia and Ukraine, starting in 2014 and escalating into war in February 2022, has complex and significant impacts on various aspects. One of the resulting impacts is the migration issue of Ukrainian communities, which is the central theme of this research. The research methodology employs exploratory qualitative methods through observation and literature review to illustrate the reality and complexity of the Ukrainian migration issue and the influence of their aspirations in the Nordic region. The theoretical framework includes the Social Integration Theory and the concept of Transnational Connections. The key findings of this research indicate that the aspirations of Ukrainian refugees to migrate to the Nordic region are influenced by both mechanical and organic solidarity. They aspire to migrate to the Nordic countries due to the support provided by these nations amidst the challenges faced by refugees. Transnational connections, whether through social networks, community organizations, or volunteer networks already established in the Nordic region, play a crucial role in providing support and information to Ukrainian refugees."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sonny Satyabhakti
"ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk menunjukkan Permasalahan keamanan maritim
terbesar di Asia Tenggara antara negara-negara internal dan eksternal kawasan
menyebabkan terjadinya interaksi keamanan maritim sebagai satu kompleks
keamanan maritim yang terpusat pada institusi (centered regional institutional
maritime security complex). Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini akan
menjelaskan beberapa pokok bahasan yang terkait dengan kompleks keamanan
kawasan yang dimaksud. Pendekatan yang digunakan untuk membahas interaksi
keamanan kawasan adalah teori kompleks keamanan regional (regional security
complex theory, RSCT) yang dikembangkan oleh Buzan dan Wæver (2003).
RSCT membahas mengenai interaksi institusi keamanan maritim negara-negara di
Asia Tenggara dan pengaruhnya berdasarkan komponen struktur esensial
(essential structure) RSCT, yakni: batas-batas kawasan (boundary), struktur
anarkis (anarchic structure), polaritas (polarity), dan konstruksi sosial (social
construction).

ABSTRACT
This thesis aims to identify the greatest maritime security issue in
Southeast Asia among the states in the region, as well as those, which are located
outside the region. This causes the maritime security interaction as a centered
regional institutional maritime security complex. For that purpose, this study
explains the subjects related to regional security complex. The approach used to
explore the regional security interaction is the regional security complex theory
(RSCT) by Buzan and Wæver (2003). RSCT explains about the institution
interaction of the maritime security in the Southeastasian countries and also its
impact based on the RSCT essential structure components, which are: boundary,
anarchic structure, polarity, and social construction"
2016
T46352
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Koes Amalia Az-Zahra Putri
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dinamika geopolitik Greenland dengan Denmark dan Uni Eropa, serta dinamika geostrategi Greenland dengan Denmark dan NATO di kawasan Arktika. Greenland sebagai salah satu daerah yang wilayahnya berada di Arktika menjadi wilayah paling strategis ditinjau dari berbagai faktor, seperti politik, ekonomi, sosial, hingga pertahanan dan keamanan. Sebagai bekas koloni Denmark yang saat ini menjadi negara induknya, hubungan Greenland dan Denmark memiliki pengaruh pada dinamika geopolitik di Arktika yang dirasakan Uni Eropa dan NATO karena Denmark merupakan anggota keduanya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif eksploratif melalui pendekatan geospasial dan studi literatur. Penelitian ini menggunakan Teori Regional Security Complex oleh Barry Buzan dan Konsep Kepentingan Stratejik. Temuan utama dari penelitian ini yakni aspek sejarah memengaruhi hubungan geopolitik Greenland, Denmark, dan Uni Eropa karena relasi ketiga entitas ini sudah ada sejak lama dan kemudian memunculkan isu-isu penting di geopolitik kontemporer. Selain itu, letak geografis Greenland yang strategis menjadikan wilayah tersebut memegang peran penting di berbagai isu geostrategi di Arktika, seperti GIUK Gap, Pangkalan Udara Pituffik, dan hadirnya Tiongkok di Arktika. Dengan demikian, penelitian ini memberi perhatian besar pada peran Greenland di Arktika secara geopolitik dan geostrategi.

This research aims to analyze the geopolitical dynamics of Greenland with Denmark and the European Union, as well as the geostrategic dynamics of Greenland with Denmark and NATO in the Arctic region. Greenland, as one of the regions in the Arctic, is the most strategic region in terms of various factors, such as political, economic, social, defense, and security. As a former Danish colony, which is now its parent country, the relationship between Greenland and Denmark influences the Arctic's geopolitical dynamics that the European Union and NATO feel because Denmark is a member of both. The research method used is exploratory qualitative research using a geospatial approach and literature study. This research uses the Regional Security Complex Theory by Barry Buzan and the Concept of Strategic Interests. The main finding of this research is that historical aspects influence the geopolitical relations between Greenland, Denmark, and the European Union because the relations between these three entities have existed for a long time and have given rise to important issues in contemporary geopolitics. In addition, Greenland's strategic geographic location makes the region play an important role in various geostrategic issues in the Arctic, such as the GIUK Gap, Pituffik Air Base, and China’s presence in the region. Thus, this research pays excellent attention to Greenland's role in the Arctic geopolitically and geostrategically."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global, 2024
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dendy Perwira Dhira Satria
"Pandemi COVID-19 telah memberikan dampak yang signifikan pada banyak aspek kehidupan manusia, termasuk pada aktivitas kejahatan lintas negara seperti human trafficking sebagai transnational organized crimes. Di Eropa Tenggara, daerah ini telah lama menjadi pusat perhatian terkait kejahatan lintas negara tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan angka Human Trafficking sebagai Transnational Organized Crimes (TOC) di Eropa Tenggara, studi atas negara Turki dan Yunani selama masa pandemi COVID-19 dari tahun 2019-2022. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan teori regional security complex, konsep transnational organized crime dan konsep resolusi konflik. Dalam penelitian ini, menggunakan penelitian data sekunder. Teknik analisis deskriptif dan naratif melalui analisis dokumen terkait, laporan pemerintah, dan literatur terkait. Pendekatan teori ini membantu dalam memahami kompleksitas dan dinamika kejahatan lintas negara dengan memperhatikam hubungan antara Turki dan Yunani, serta dampak pandemi COVID-19 terhadap kejahatan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan pandemi COVID-19 meningkatkan kerentanan terhadap human trafficking di Turki dan Yunani, terutama pada kelompok migran dan pengungsi. Penelitian ini juga membahas upaya pemerintah dan organisasi masyarakat sipil dalam melindungi korban dan menangani human trafficking secara komprehensif.

The COVID-19 pandemic has had a significant impact on many aspects of human life, including transnational organized crimes such as human trafficking. In Southeast Europe, this region has long been the center of attention regarding these transnational crimes. This research aims to analyze the increasing number of human trafficking as Transnational Organized Crimes (TOC) in Southeast Europe, a study of Turkey and Greece during the COVID-19 pandemic from 2019-2022. This research uses qualitative research methods with a regional security complex theory approach, the concept of transnational organized crime and the concept of conflict resolution. In this study, secondary data research was used. Descriptive and narrative analysis techniques through analysis of related documents, government reports, and related literature. This theoretical approach helps in understanding the complexity and dynamics of transnational crime by considering the relationship between Turkey and Greece, as well as the impact of the COVID-19 pandemic on these crimes. The results show that the COVID-19 pandemic has increased vulnerability to human trafficking in Turkey and Greece, especially among migrants and refugees. This research also discusses the efforts of the government and civil society organizations in protecting victims and dealing with human trafficking comprehensively."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Okvivio Vergina Gihoni
"Penelitian ini membahas tentang perpanjangan konflik yang terjadi antara dua negara pecah belah yaitu Rusia dengan Ukraina. Dengan invasi yang dilakukan sejak tahun 2014, dan penyerangan kembali yang dilakukan pada tahun 2022, hal ini menyebabkan adanya krisis internasional yang disebabkan oleh Rusia. Dengan negara-negara lain menjadi aktor yang terdampak, mulai dari kenaikan harga energi, pertambahan pengungsi, maka nerbagai upaya dilakukan terutama oleh kawasan Barat, untuk dapat meredakan perselisihan ini dan juga untuk melemahkan kekuatan Rusia dalam penyerangan yang dilakukan terhadap Ukraina. Salah satu upayanya adalah memberlakukan sanksi berat terhadap Rusia. Mulai dari embargo ekspor impor, pembatasan transaksi perdagangan dan juga pemboikotan industri Rusia di negara-negara kawasan Barat. Dengan sanksi yang bertubi diberikan oleh banyak negara dari kawasan Barat, hal ini membuat Rusia juga melakukan pertahanan serta penyerangan balik sebagai respons Rusia menerima sanksi tersebut. Penelitian ini dibatasi dalam periode waktu 10 tahun terakhir, yaitu 2013 hingga 2023 dengan lingkup spasial Rusia, Uni Eropa dan juga Asia. Teori yang digunakan adalah Regional Security Complex melalui perspektif konstruktivisme dan membahas bagaimana pola geostrategi dan geopolitik Rusia berpengaruh dalam menjalankan kepentingannya untuk melakukan counter terhadap sanksi-sanksi yang diberikan kepada Rusia. Menggunakan metode analisis kualitatif studi kasus, penelitian ini berisi respons yang diberikan Rusia atas sanksi yang diberlakukan oleh kawasan Barat. Mulai dari perubahan geopolitik dan geostrategi Rusia, dan juga alasan Rusia melakukan alternatif kerjasama dengan negara-negara non-barat secara multisektoral, mulai dari bidang yang esensial hingga bidang-bidang yang bersifat low politics.

This research discusses the prolonged conflict between two divided countries, namely Russia and Ukraine. With the invasion that began in 2014 and the renewed attacks in 2022, it has led to an international crisis caused by Russia. Other countries have become affected actors, resulting in increased energy prices and a rise in refugees. Various efforts have been made, especially by Western nations, to alleviate this dispute and weaken Russia's power in its attacks on Ukraine. One such effort is the imposition of heavy sanctions on Russia, including export-import embargoes, trade transaction restrictions, and boycotting Russian industries in Western countries. With multiple Western countries imposing consecutive sanctions, Russia has responded with defense and counter attacks. The research is limited to the past 10 years, from 2013 to 2023, focusing on Russia, the European Union, and Asia. The theoretical framework used is the Regional Security Complex through a constructivist perspective, exploring how Russia's geostrategic and geopolitical patterns influence its efforts to counter the sanctions imposed. Using qualitative case study analysis, the research covers Russia's responses to the sanctions imposed by the Western region. This includes changes in Russia's geopolitical and geostrategic landscape, as well as the reasons behind Russia seeking alternative cooperation with non-Western countries across various sectors, ranging from essential to low-politics areas."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fandy Afriyanto Putra
"Selama beberapa dekade, UE (Uni Eropa) dikenal memiliki pengaruh global yang signifikan, tetapi pengaruh ini melemah setelah memuncaknya ketegangan Rusia-Ukraina. Konflik Ukraina menjadi faktor pendorong signifikan terhadap pergeseran pengaruh politik, membuka peluang bagi aktor lain, seperti SCO (Shanghai Cooperation Organisation), untuk memperkuat pengaruhnya. Dengan demikian, faktor pendorong oleh UE dan faktor penarik oleh SCO menjadi dua pilar penting dalam perubahan pengaruh politik internasional. Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat dugaan bahwa power shifting politik global dapat terjadi dari UE ke SCO. Sehingga, perlu adanya sebuah kegiatan eksplorasi yang di mana penelitian ini hadir untuk mengungkapkan dinamika power shifting politik global dari UE ke SCO sebagai dampak perang Rusia-Ukraina. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi literatur dan analisis kritis yang mencakup penelusuran geopolitik, analisis keamanan dan politik internasional. Teori yang digunakan dalam proses penelitian adalah Regional Security Complex Theory (RSCT) dan Teori Structural Power. Penelitian ini menemukan bahwa konflik Ukraina telah melemahkan pengaruh politik UE secara global karena memperlihatkan perpecahan dan ketidaksepakatan internal di antara negara-negara anggotanya dalam menanggapi konflik tersebut. UE telah terlibat aktif sejak krisis Krimea 2014 dan perang di Donbas, dengan salah satu respons utamanya berupa sanksi ekonomi terhadap Rusia. Upaya UE untuk mengatasi konflik ini bertujuan mempertahankan posisi globalnya melalui solidaritas internal dan peran aktif dalam diplomasi dan mediasi. Sebaliknya, SCO, yang anggotanya terdiri dari negara-negara Asia dengan populasi besar, semakin menjadi platform kerjasama regional yang berpengaruh di tingkat global. Pergeseran pengaruh dari UE ke SCO dapat berdampak besar pada politik dan keamanan dunia, menggeser pusat kebijakan dan diplomasi dari Eropa ke Asia. Pengaruh politik SCO yang semakin kuat dapat menciptakan paradigma baru dalam hubungan internasional, dengan negara-negara Asia memainkan peran lebih besar dalam menentukan arah kebijakan global. Kesimpulannya, Konflik Ukraina telah melemahkan pengaruh politik global UE karena memperlihatkan perpecahan internal di antara negara-negara anggotanya, sementara SCO semakin menjadi platform kerjasama regional yang berpengaruh. Implikasi penelitian ini yaitu, pergeseran pengaruh dari UE ke SCO dapat mengubah pusat kebijakan dan diplomasi global dari Eropa ke Asia, menciptakan paradigma baru dalam hubungan internasional dengan negara-negara Asia memainkan peran lebih besar dalam menentukan arah kebijakan global.

For decades, the EU (European Union) was known to have significant global influence, but this influence weakened after mounting Russian-Ukrainian tensions. The Ukrainian conflict has become a significant driving factor in shifting political influence, opening up opportunities for other actors, such as the SCO (Shanghai Cooperation Organisation), to strengthen their influence. Thus, push factors by the EU (European Union) and pull factors by the SCO are two important pillars in changes in international political influence. Based on the explanation above, there is a suspicion that global political power shifting could occur from the EU to the SCO. Thus, there is a need for exploratory activities in which this research is present to reveal the dynamics of global political power shifting from the EU to the SCO as a result of the Russia-Ukraine war. This research uses qualitative methods with a literature study approach and critical analysis which includes geopolitical exploration, security analysis and international politics. The theories used in the research process are Regional Security Complex Theory (RSCT) and Structural Power Theory. This research finds that the Ukraine conflict has weakened the EU's political influence globally because it shows internal divisions and disagreements among its member states in responding to the conflict. The EU has been actively involved since the 2014 Crimea crisis and the war in Donbas, with one of its main responses being economic sanctions against Russia. The EU's efforts to resolve this conflict aim to maintain its global position through internal solidarity and an active role in diplomacy and mediation. In contrast, the SCO, whose members consist of Asian countries with large populations, is increasingly becoming an influential regional cooperation platform at the global level. A shift in influence from the EU to the SCO could have a major impact on world politics and security, shifting the center of policy and diplomacy from Europe to Asia. The increasingly strong political influence of the SCO could create a new paradigm in international relations, with Asian countries playing a greater role in determining the direction of global policy. In conclusion, the Ukraine conflict has weakened the EU's global political influence as it exposed internal divisions among its member states, while the SCO has increasingly become an influential regional cooperation platform. The implication of this research is that the shift in influence from the EU to the SCO can shift the center of global policy and diplomacy from Europe to Asia, creating a new paradigm in international relations with Asian countries playing a greater role in determining the direction of global policy."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library