Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andong Begawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mencari faktor apa yang menentukan dalam pola perkaitan antarperistiwa (alur) sehingga menghasilkan konflik demi komflik di dalam drama Dog-Dig-Dug. Penulis berasumsi bahwa tokoh beserta perwatakannya memiliki fungsi penting dalam pengaluran. Cara yang ditempuh penulis dalam membuktikan amsumsi tersebut ditempuh dalam dua tahap. pertama. mengumpulkan data-data mengenai tokoh beserta perwatakannya dan data-data peristiwa atau lakuan serta bagaimana menyusun peristiwa-peristiwa tersebut (pengalurannya). tahap kedua, penulis menganalisis hubungan antara data pertama (tokoh beserta perwatakannya) dengan data kedua (pengaluran). Dari hasil analisis tersebut penulis memperoleh beberapa kesimpulan mengenai fungsi tokoh di dalam pengaluran, yakni sebagai pemicu terjadinya suatu lakuan atau peristiwa, sebagai pengembang dan pengarah alur cerita, berta sebagai faktor yang melogiskan hubungan antarperistiwa atau antarlakuan"
1996
S10731
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Th. Sri Rahayu Prihatmi
Jakarta: Grasindo, 2001
899.232 PUT k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Th. Sri Rahayu Prihatmi
"ABSTRAK
Cerkan merupakan kependekan dari cerita rekaan, artinya cerita yang direka pengarang (Saad, 1978). Istilah tersebut merupakan terjemahan M. Saleh Saad dari istilah prose fiction (1967, 1978). Dalam sastra modern, cerkan dapat berujud novel atau cerpen, dalam sastra lama dapat berujud dongeng, hikayat, cerita rakyat, legenda dan yang semacam dengan itu.
Novel kadang-kadang disebut roman. Di Indonesia, sebelum tahun 1950-an pada umumnya digunakan istilah roman, sehingga dikenal istilah roman-roman Balai Pustaka misalnya. Baru sesudah tahun 1960-an muncul istilah novel yang kadang-kadang dimaksudkan sebagai cerkan yang panjangnya antara cerpen dan roman (Long short story).
Meskipun Azab dan Sengsara (1921) karangan Merari Siregar sering dianggap sebagai novel pertama dalam dunia sastra Indonesia, akan tetapi kalau ditengok penerbitan di luar Balai Pustaka, ternyata Mas Marco Martodikromo sudah menulis Mata Getap pada tahun 1914 dan menulis Student Nidjo pada tahun 1919 (Damono, 1979: 33).
Lebih-lebih kalau tulisan Cina Peranakan diperhitungkan, pada tahun 1903 beberapa pengarang Cina sudah menulis cerkan, satu di antaranya Thio Tjien Boen yang menulis Oey Se (Salmon, 1985 : 48).
Cerpen merupakan kependekan dari cerita pendek, alih bahasa dari short story. M. Kasim dengan bukunya Teman Duduk (1936) dapat dikatakan seorang perintis dalam penulisan cerpen di Indonesia. Seperti namanya, cerpen ialah cerita rekaan yang pendek (Bdk. Summers melalui Lubis, t.th.: 5-6; Rosidi, 1959: IX; Wisjnu, 1963. 31-34; Jassin, 1965: 64).
Kalau diamati, cerkan-cerkan dalam dunia sastra Indonesia modern dari tahun 1900-an hingga sekarang, memiliki tipe-tipe yang berbeda. Rosemary Jackson dalam bukunya Fantasy: the Literature of Subversion (1981) mengemukakan teori tentang tipe-tipe, yang ia sebut mode. Ia mengartikan mode dalam pengertian Frederic Jameson.

ABSTRACT
For when we speak of a mode, what can we mean but that this particular type of Literary discourse is not bound to the convention of given age, nor indissolubly linked to a given type of verbal. artifact, but rather persist as a temptation and a mode of expression across a whole ranee of historical periods, seeming to offer itself, if only interm.ittenLy, as a formal possibilitiy which can be revived and renewed (Jameson melalui Jackson, 1981: 7)
Jackson mengatakan: "The term 'mode' is being employed here to identify structural features underlying various works in different periods of time." (198:17). Jadi istilah mode digunakan untuk mengidentifikasi ciri-ciri struktural dari tipe khusus wacana sastra, tidak terikat pada konvensi-konvensi zaman tertentu, model ekspres,i yang melewati segala mazhab dan zaman yang dapat diulang dan diperbaharui. Karena yang diidentifikasi itu adalah ciri-ciri strukturalnya, padahal struktur dapat juga diterjemahkan sebagai cara pengungkapan, maka mode lebih tepat diterjemahkan dengan 'modus' yang maksudnya 'cara pengungkapan'.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
D262
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bangun, Hendry Ch.
"Keputusan untuk memilih sebuah topik skripsi agaknya memang sukar dihindarkan dari subyektivitas penulisnya. Alasan-alasan yang bersifat pribadi yang tidak selamanya mengesampingkan keilmiahan bentuk karya tulis itu besar sekali peranannya. Apalagi penelitian terhadap cipta sastra, yang tak lepas dari pandangan pandangan atau pengalaman terhadap pengarangnya sebelum kemunculan fiksi tersebut. Pada saat pertama penulis membaca Stasiun, novel karya Putu Wijaya pada suatu hari di tahun 1978, pengarang yang juga dramawan kelahiran Tabanan, Bali, ini, sudah punya nama besar. Telegram yang terbit sebelum Stasiun dianggap sebagai lompatan baru dalam khazanah kesusastraan Indonesia, setelah karya-karya Iwan Simatupang, dengan gaya penulisan arus kesadaran yang utuh. Dan seorang mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1982
S10865
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pudji Isdriani
"ABSTRAK
Setelah mengadakan analisa lakon. Edan, dari segi struktur maupun tekstur, maka saya dapat menarik beberapa kesimpulan se_bagai berikut: 1. Lakon Edan sebagai naskah lakon Indonesia modern (pemenang sayembara penulisan naskah lakon Dewan. Kesenian Jakarta tahun 1976) dapat didekati melalui struktur dan tekstur. 2. Fakta-fakta struktur terutama alur dan penokohan di_sajikan secara inkonvensional (tidak berdasarkan kaidah-kaidah yang mapan). 3. Berdasarkan kenyataan nomor 2 maka jika lakon Edan ha_nya dilihat dari aspek strukturnya saja agak sulit di_pahami. 4. Fakta-fakta aspek tekstur melengkapi lakon Edan sehingga menjadikan lakon itu menarik publik dan sebagai pra lakon dapat dipentaskan. 5. Dengan demikian, tekstur mempunyai arti yang panting sebagai salah satu aspek lakon modern. Tanpa adanya aspek tekstur maka lakon itu hanya menarik untuk dibaca tetapi tidak untuk dipentaskan. 6. Secara keseluruhan lakon Edan digolongkan lakon absurd_

"
1984
S11165
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leimena, Michael Albert
"Aspek keterasingan manusia di dalam novel-novel Putu Wijaya terlihat dari perilaku dan kehidupan yang dijalani tokoh-tokoh di dalam novel-novel tersebut. Mereka adalah manusia-manusia yang kehilangan jati diri sebagai akibat terjadinya benturan antara keinginan mereka secara priba_di dengan tuntutan masyarakat yanq dirasakan tidak sesuai dengan keinginan mereka itu. Hal itu mengakibatkan tokoh_-tokoh tersebut dalam menghayati eksistensinya mereka menjadi resah dan gamanq berada di dalam tatanan masyarakat tempat mereka berada. Mereka pun menarik diri dari pergaulan dan hidup dalam bayanq-bayang. Sebaliknya orang-oranq di sekitar mereka pun menjauh. Tindakan selanjutnya memperlihatkan adanya penyimpangan dari kebiasaan masyarakat. Penyimpangan itu terjadi karena iri mereka semakin terbelenggu dengan konflik batin yang mereka hadapi. Hal itulah yang mendominasi novel-novel Putu Wijaya yang merupakan suatu nilai yang ingin disampaikan penga_rang. Ni1ai tersebut adalah hasil penghayatan pengarang terhadap kenyataan hidup di sekitarnya. Oleh karena itu jika kehidupan para tokoh di dalam novel-novel Putu Wijaya dihubungkan dengan kehidupan orang-orang di jaman modern sekarang ini maka akan terlihat kesejajaran antara keduanya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S10982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utjen Djusen Ranabrata
"Hakekat ceritera rekaan, sebagai sebuah ragam kesusastraan, ialah berceritera. Ini berarti ada yang diceriterakan, dan ada cara penceriteraannya. Dua hal inilah yang ingin penulis gambarkan alam penelaahan atas novel Telegram karya Putu Wijaya yang diterbitkan oleh Pustaka Jaya, pada tahun 1973. Novel tersebut menarik untuk dijadikan pokok penulisan skripsi karena cara penceriteraannya memperlihatkan kelainan dari cara penceriteraan yang biasa digunakan dalam novel sas_tra Indonesia pada umumnya. Peristiwa-peristiwa yang membangun novel ini penampilannya ada yang dilakukan dengan menggu_nakan cara stream of consciousness. Dalam hubungannya dengan sejarah penulisan novel Indonesia, sebenarnya cara penyajian ceritera dengan menggunakan metode atau cara seperti tersebut pernah juga diperlihatkan dalam novel Belenggu karya Armijn Pane dan di dalam novel Jalan tak ada ujung karya _"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1979
S11089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Erika
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai proses kegiatan pelestarian pengetahuan pembuatan Kue Putu Piring melalui kajian preservasi pengetahuan melalui enam tahap, yaitu capturing, codification, documentation, debriefing, storage, dan dissemination. Enam tahap ini dilakukan untuk mengetahui pemikiran, perilaku kebiasaan, interaksi budaya yang melatarbelakangi proses pembuatan Kue Putu Piring yang diungkap, hingga teridentifikasi pula partisipasi masyarakat di Provinsi Kepulauan Riau mempertahankan keberadaan Kue Putu Piring ini dan menyimpan dokumentasi pengetahuan tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Informan yang digunakan berjumlah enam orang yang terdiri dari informan utama, yaitu pembuat Kue Putu Piring, dan informan tambahan, yaitu budayawan, tetua adat, dan pihak pemerintah.
Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa Kue Putu Piring merupakan resep yang diwariskan secara turun-temurun kepada anggota keluarga yang perempuan. Dalam proses preservasi pengetahuan pembuatan Kue Putu Piring ini teridentifikasi memiliki beberapa kekurangan yang menjadikannya kurang dipromosikan sehingga jarang diketahui orang, terutama anak muda. Peran pemerintah sendiri saat ini adalah membuat buku resep makanan dan minuman khas Melayu Kepulauan Riau yang mana salah satu resepnya adalah Kue Putu Piring.

ABSTRACT
This theses discusses about the process of knowledge preservation activities in the making of Kue Putu Piring through six stages, there are capturing, codification, documentation, debriefing, storage, and dissemination. The using of those six stages are to determine the thought, behavior habits, cultural interactions underlying the manufacturing process of Kue Putu Piring, that unidentified there is a community participation in Provinsi Kepulauan Riau in order to maintain the existence of Kue Putu Piring and store the knowledge documentation. This theses is a qualitative research with case study approach. Six informants participate in this research consist of main and additional informants. The main informants are Kue Putu Piring makers, and the additional informants are cultural observer, indigenous elders, and government.
The results of this study is Kue Putu Piring recipe passed down through the generations to the woman family members. Knowledge preservation in the making of Kue Putu Piring has identified some shortcomings that make it less promoted so rarely known to people, especially young generation. The role of government itself is create a recipe book of Kepulauan Riau traditional food and drinks which one of the recipe is Kue Putu Piring."
2015
T43558
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library