Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadhira Azizah
"Perburuan badak putih yang terjadi beberapa tahun terakhir di Afrika Selatan, diakibatkan oleh kebutuhan manusia terhadap cula badak. Perburuan ini menjadi masalah serius yang dapat mengancam kelestarian badak putih. Para konservasionis dan pemerintah
telah melakukan upaya untuk mengurangi perburuan liar. Salah satunya dengan melakukan penangkapan terhadap pemburu. Pada skripsi ini, dibahas mengenai model matematika perburuan badak putih dengan intervensi penangkapan pemburu. Model dibentuk berdasarkan model predator-prey dengan badak putih sebagai prey dan manusia (pemburu) sebagai predator. Populasi badak putih dibagi menjadi tiga subpopulasi berdasarkan keadaan culanya, yaitu badak putih muda (ukuran cula kecil), badak putih
dewasa bercula yang siap diburu, dan badak putih dewasa yang telah diambil culanya, tetapi dibiarkan hidup. Kajian analitis terkait proses nondimensionalisasi, eksistensi dan kestabilan titik keseimbangan dilakukan terhadap model. Berdasarkan kajian analitis yang dilakukan, semakin banyak pemburu yang ditangkap, maka semakin baik untuk pelestarian badak putih. Namun, intervensi ini membutuhkan biaya yang mahal. Oleh karena itu, model ini dikembangkan dengan pendekatan kontrol optimal menggunakan Prinsip Minimum Pontryagin dan diselesaikan secara numerik. Simulasi numerik yang mendukung kajian analitis dan simulasi kontrol optimal dilakukan untuk memberikan interpretasi yang lebih baik terhadap dinamika model.

The human desire for rhino horn is the reason why southern white rhinos poached since the last few years in South Africa. Poaching is one of the severe problems affecting the population of white rhinos. To overcome poaching, conservationist and government have tried to prevent illegal hunting by arresting hunters. Here, we will discuss a mathematical modelling for white rhino poaching with intervention to control the number of hunters. The model constructed based on a predator-prey model with a white rhino as prey and human (hunter) as predator. We divide white rhino into three subpopulations based on their horn condition i.e. juvenile rhino with small size of horn, adult rhino with horn ready to be hunt, and adult rhino that has been hunted for its horn but left alive. We also discuss some analytical results related to model analysis i.e. non-dimensionalization process, equilibrium points, and its stability. From analytical result, it is trivial that by arresting as many hunters as possible can conserve white rhino better, but the costs are very high. Therefore, an optimal strategy is needed. The optimal control then constructed using
Pontryagin’s Minimum Principle and solved numerically. Both numerical simulation that supports analytic studies and optimal control simulation are given to provide additional insight into the dynamics of the model.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hamdy Yusuf
"Negara Indonesia dikenal sebagai negara dengan sumber daya alam yang berlimpah, salah satu contoh sumber daya alam yang dimiliki adalah beragamnya jenis satwa khas Indonesia seperti gajah sumatera, namun saat ini gajah sumatera termasuk kedalam kategori critically endangered karena diburu untuk diambil gadingnya yang diolah menjadi berbagai komoditas, seperti pipa gading gajah. Perdagangan pipa gading gajah merupakan bisnis yang menguntungkan bagi para pelaku kejahatan karena masih adanya celah dalam upaya penegakan hukum di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat perdagangan pipa gading gajah sebagai bentuk illegal wildlife trade dan menganalisis upaya penegakan hukum dalam kerangka conservation criminology. Penelitian ini menggunakan metode analisis studi literatur dan sumber data utama melalui data sekunder. Penelitian ini menghasilkan temuan berupa saran kebijakan yang didasari konsep conservation criminology sebagai kerangka kerja utama. Kebijakan yang disarankan adalah adanya kebijakan yang menyeluruh dari setiap tahapan, kebijakan yang berfokus pada penurunan demands, kebijakan yang berfokus pada upaya perlindungan satwa, kebijakan yang berfokus pada pengurangan potensi negara Indonesia terhadap ancaman perdagangan satwa liar, dan penguatan aspek penegakan hukum serta pemberantasan pelaku kejahatan terorganisir kejahatan satwa liar.

Indonesia is known as a country with abundant natural resources, one example of the natural resources it has is the various types of typical Indonesian animals such as the Sumatran elephant, but currently Sumatran elephants are included in the critical category because they are hunted for their ivory which is processed into various commodities. , like an elephant ivory pipe. The trade in elephant ivory pipes is a profitable business for criminals because there are still gaps in law enforcement efforts in Indonesia. Therefore, this research aims to look at the trade in elephant ivory pipes as a form of illegal wildlife trade and analyze law enforcement efforts within the framework of conservation criminology. This research uses a literature study analysis method and primary data sources through secondary data. This research produces findings in the form of policy suggestions based on the concept of conservation criminology as the main framework. The recommended policy is a comprehensive policy from every stage, a policy that focuses on reducing demands, a policy that focuses on efforts to protect animals, a policy that focuses on reducing the potential of the Indonesian state for the threat of illegal animal trafficking, and strengthening aspects of law enforcement and eradicating criminals."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nadia Aqmarina
"Penelitian ini menganalisis bagaimana seluruh elemen yang terdapat pada tiga poster WWF meningkatkan kesadaran masyarakat tentang anti perburuan liar terhadap hewan. Poster-poster yang menampilkan gambar gajah, badak, dan harimau ini diterbitkan pada 2013 dan masih dipakai sampai saat ini oleh WWF di situsnya. Penelitian menggunakan metode analisis tekstual dengan teori Analisis Wacana Kritis yang digunakan oleh Yu dan O?Halloran (2009). Mereka fokus pada hubungan antara bahasa dan aspek semiotik pada sebuah produk. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa bahasa masih menjadi aspek paling penting dalam menyampaikan pesan, sementara elemen-elemen selain bahasa pada ketiga poster menjadi pendukung penyampaian pesan pada elemen bahasa dan menjadi pendukung diskusi tentang perburuan liar terhadap hewan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sebagian besar elemen pada ketiga poster menampilkan keburukan tentang kegiatan perburuan liar terhadap hewan. Elemen-elemen pada ketiga poster membantu WWF mendorong pembaca untuk menyadari bahaya dan konsekuensi dari perburuan liar terutama terhadap ketiga hewan pada poster, sehingga masyarakat dan WWF dapat bersatu dan bekerja sama menghentikan kegiatan perburuan liar terhadap hewan.
This research paper analyzes how all the elements in three anti-poaching posters published in 2013 by WWF featuring an elephant, a rhino, and a tiger raise awareness about animal poaching activities. The main research method is textual analysis using Critical Discourse Analysis (CDA), specifically by Yu and O?Halloran (2009). Their objectives are focusing on the cohesiveness between the language and semiotics aspects in a product. However, the findings of this research show that language still holds the most important aspect in delivering the message while the other elements act as supports to the language and to the discussion of animal poaching. The research also shows that most of the elements in the posters reveal negativity about animal poaching. The elements help WWF in encouraging the readers to be aware of the consequences resulted from the poaching activities especially on those three animals so that people and WWF can unite and work together stopping the animal poaching activities."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gigih Mazda Zakaria
"Kawasan konservasi merupakan kawasan khusus yang dilindungi untuk menjaga keanekaragaman hayati di dalamnya. Pada kenyataannya, terdapat banyak kasus perburuan liar di dalam kawasan konservasi yang mengancam keberadaan satwa langka. Perburuan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang terjadi di Taman Nasional Kerinci Seblat di Sumatera adalah salah satu contohnya. Studi ini akan menjelaskan bahwa perburuan liar terhadap satwa langka yang terjadi di kawasan konservasi dapat dikategorikan sebagai bentuk kejahatan lingkungan. Perburuan satwa langka yang terjadi di dalam kawasan konservasi Taman Nasional Kerinci Seblat akan dianalisis dengan menggunakan teori dalam environmental criminology, yaitu teori aktivitas rutin yang melihat adanya pelaku potensial, keberadaan target, dan tempat.

Conservation area is specific protected area to maintain biodiversity inside it. But in fact, there are many cases of poaching inside conservation areas that threatened the endagered species. The poaching of sumatran tiger (Panthera tigris sumatrae) that happens in Kerinci Seblat National Park in Sumatera is one of the example. This study will explain that poaching can be categorized as environmental crime. Poaching in Kerinci Seblat National Park protected areas will be analyzed using environmental criminology, that is routine activity theory which see potential offender, suitable target, and places."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library