Ditemukan 196 dokumen yang sesuai dengan query
Koblitz, Neal
New York: Springer-Verlag , 1984
512.74 KOB p
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Minderaa, P
Zwolle : Tjeenk Willink, 1962
839.33 Cat zm
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
H. Siswantoto
"Resisten klorokuin merupakan masalah penanggulangan malaria di Indonesia, terutama di Papua. DaIam rangka menilai efikasi pengobatan malaria yang tersedia di Timika, Papua, telah dilakukan uji pengobatan klorokuin dan atan fanpa sulfadoksin-pirimetamin. Pasien dengan malaria Plasmodium falciparum, P. vivax, P. ovale atau P. malariae tanpa komplikasi ditkulkan datum stiuli dan diberikan obat klorokuin plus sulfadoksin-pirimetamin (malaria falsiparum) afau klorokuin (malaria non-falsipanim) dengan pengawasan ininum obat. Selanjutnya pasien dipantau selama 28 sampai 42 hari. Pasien yang tidak sembuh akan diobali ulang dengan kina dan atau tanpa doksisiklin. Sebanyak 207 pasien diikutkan dalam studi (88 P. falciparum, 40 P. vivax, 15 campuran P. falciparum dan P. vivax, 50 P. malariae dan 14 P. ovale). Kegagalan pengobatan dini ditemukan 4 dan 86 pasien (5%) dengan malaria falciparum, 6 dari 37 pasien (16%) dengan malaria vivaks dan tidak dijumpai pada jenis infeksi yang laiimya. Kegagalan pengobatan pada hari ke-28 untuk P. vivax sebanyak 22 dart 30 pasien (73%) dengan konsentrasi klorokuin daiain plasma lebih linggi dari konsentrasi efektif minimal (Minimum Effective Concentration/MEC>15ng/inl). Setelali dikoreksi dari adanya infeksi yang baru, angka kegagalan pengobatan kasep pada hari ke-42 untuk malaria falciparum 48%[95%:CI 31-65] dan 61 % di antaranya dengan konsentrasi klorokuin lebih dari 30ng/ml. Pasien yang tidak sembuh diberikan pengobatan itiang dengan kina dan afau lanpa doksisiklin tanpa pengawasan mimtm obat. Angka kegagalan pengobatan ulang tersebut sebesar 48%{95%Cl:3I-65J pada infeksi P. falciparum dan 70%[95CI:37-100] pada infeksi P. vivax. Kegagalan pengobatan tidak ditemukan pada infeksi P. malariae atau P. ovale dengan species yang sama setelah dipantau selama 28 hari. Di Papua, terdapat prevalensi resistensi obat yang tinggi untuk malaria P. falciparum dan P. vivax dengan pengobalan yang tersedia (klorokuin dan sulfadoksin-pirimetamin). Klorokuin masih memiliki efikasi yang baik pada P. ovale dan P. malariae. (MedJ Indones 2006; 15:251-8)
Chloroquine resistant malaria is a serious problem in Indonesia particularly in Papua. A trial of the existing antimalarial drugs was conducted in Timika, Papua. The objective of the study wax to determine the efficacy ofcloroquine (CQ) +. sulfadoxine-pyri/nethamine (SP). Patients with uncomplicated malaria due to Plasmodium falciparum, P. vivax, P. ovale or P. malariae were enrolled and treated with supervised CQ+SP (P. falciparum) or CQ (non-P. falciparum). Patients were followed for 28-42 days. Patients failing thernpv were retreated with unstipen'ised quinine+tioxycycline. 207 patients were enrolled in the studv (88 P. falciparum, 40 P. vivax, 15 mixed infections, 50 P. malariae and 14 P. ovale). Early treatment failures occurred in 4 of 86 (5%) patients with falciparum malaria. 6 of 37 (16%) patients with vivax malaria and none of those with P. ovale or P. malariae infection.1,'. The failure rate by day 28 for P. vivax was 22 of 30 (73%) patients, with all recurrences occurring in the presence of plasma chloroquine concentration above the minimum effective concentration (MEC>15ng/ml). After correcting for re infect ions the dav 42 recrudescence rate for falciparum malaria was 48% 195%CI:31-65I and in 61% of cases this was in the presence of chloroquine levels above 30 ng/ml. Retreatment with unsiipervised quinine+tloxycycline resulted in further recurrence of malaria in 48% [95%CI:31-65] of P. falciparum infections and 70% {95%Cl:37-100] of P. vivax infections. None of the patients with P. ovale or P. malariae had treatment failures within 28 da\s. There is a high prevalence of antimalarial drug resistance of P. falciparum and P. vivax to the existing antimalarial drugs. However chloroquine retains adequate efficacy against P. ovale and P. malariae in Papua. (Med J Indones 2006; 15:251-8)"
[place of publication not identified]: Medical Journal of Indonesia, 2006
MJIN-15-4-OctDec2006-251
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Ratna Utami
"
ABSTRAKp-Klorofenol merupakan salah satu bahan yang digunakan pada beberapa proses industri, penggunaan dari senyawa ini akan menghasilkan limbah yang mencemari lingkungan. Metode yang dikembangkan adalah dengan proses fotokatalitik menggunakan katalis TiO2 dan sinar UV sebagai sumber energi. Proses katalitik ini memanfaatkan spesi radikal bebas reaktif yang dihasilkan pada permukaan semikonduktor setelah dikenai energi foton. Pada penelitian ini digunakan sumber energi berupa lampu UV didalam reaktor kemudian dicari kondisi degradasi p-Klorofenol yang paling efektif dengan menentukan beberapa parameter seperti jumlah katalis TiO2 optimum, waktu optimum, pH optimum, konsentrasi larutan p-Klorofenol serta perbedaan degradasi p-Klorofenol yang menggunakan katalis TiO2 saja dan sinar UV saja. Pengukuran absorbansi dilakukan dengan spektrofotometer UV/Visibel. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini yaitu kondisi yang efektif untuk mendegradasi larutan p-Klorofenol 20 ppm adalah dengan menggunakan katalis TiO2 sebanyak 2 g/L, waktu 180 menit (3 jam) serta pH optimum 6."
2007
S30648
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Vondel, Joost van den, 1587-1679
Rotterdam Thijmfonds t.th
839.33 Von o
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Castillo, Teofilo del
Manila: Associated Authors Company, 1949
920 CAS s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
K. F. Ibrahim
Yogyakarta: Andi, 1996
621.381 9 IBR dt
Buku Teks Universitas Indonesia Library
"This studies was carried out to evaluate the influence of ethanol extract of phyllanthus niruri(EEPN) to the macrophage phagocytosis activity of male Swiss mice during P. berghei infection. ...."
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Jonno Berty Bradly Bernadus
"Malaria merupakan penyakit yang masih menimbulkan masalab kesehatan Masyarakat Indonesia. Prevalensi malaria di beberapa daerah cukup tinggi dan menjadikan daerah tersebut endemik malaria. Diagnosis malaria ditegakkan melalui pemariksaan gejala ktJnis dan penemuan parasit pada pemariksaan darah seoara mikroskopik. Pemariksaan mikroskopik masih merupakan "Gold Standard", tetapi masih terdapat beberapa kendala dalam sensitivitas dan akurat.
Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengemhangkan diagnosis altematif pemariksaan malaria yang lebih sensitif dan akurat. Teknik PCR pada sampel urin tems dikembangkan sehagai altematif diagnosis malaria. Penelitian ini dileknkan pada 58 sampel urin yang diambil pada orang yang tlnggal di daerah endemik malaria dan dipariksa dengan teknik PCR dengan menggunakan primer ssu rRNA, didapatkan 42 sampel positif dengan sensitivitas 98 % dan spesilisitas 94 %.
Uji diagnostik mikroskopik pada sampel darah dan PCR pada sampel untuk P falclparum didapatkan 18 posltif dengan sensitivitas 94% dan spesifisitas 94%, sedangkan untuk P. vlvax didapatkan 25 sampel positlf dengan sensitivitas 96% dan spesifisitas 94%. Teknik PCR dengan sampel urin dapat digunakan sebagai alat diagnostik malaria untuk menggantikan pemeriksaan mikroskopik darah karena memilild sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi (lebih dari 90% ).
Malaria is an infectious disease which is still causing a public health problem in many parts of Indonesia. There are many endemic areas where the prevalence of malaria is high . The diagnosis of malaria is commonly done by clinical examination and parasite finding at microscopic examination of blood sample. Microscopic examination is still used as a gold standard for malaria diagnosis, however this method is less sensitivity and accuracy especially in low parasitemia. Therefore, it is a need to develop an alternative method which is more sensitive and accurate fur Malaria diagnosis. PCR method for urine sample is being developed as an alternative diagnosis for Malaria. A total of 58 individuals living in malaria endemic areas participated in blood and urine collections. The presence of malaria parasites in blood samples were detected by microscopic examination whereas the DNA of mrdarial parasites, P. falciparum and P. vivax, in urine samples were detected by PCR method using ssu rRNA primers. Positive results of both malarial parasites were found in 42 samples with 98% sensitivity and 94 % specificity. Diagnostic test of microscopic examination of blood samples and PCR of urine samples showed that 18 samples were P. falciparum positive with 94% sensitivity and 94% specificity whereas 25 samples were positive for P. vivax with 96% sensitivity and 94% specificity. This study revealed that PCR method can be used as an alternative diagnostic tool for malaria because it has high sensitivity and specificity (more than 90 %)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
T32801
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library