Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Brinkman, Willem
Amsterdam: L.J. Veen, 2006
BLD 839.313 BRI d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Diemer, W.
Gorinchem: J. Noorduijn en Zoon, 1959
R BLD 839.3 DIE b
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Wiersma, K.
[Place of publication not identified]: J.B. Wolters Groningen, 1963
BLD 347 WIE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kollewijn, R.D. (Roeland Duco)
"mengnai hukum dan tindak hukum."
'S-Gravenhage: N.V. Uitgeverij W. Van Hoeve, 1955
BLD 340.9 KOL i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lily Hermansyah
"Menggunakan data sekunder dan jenis data tahunan periode tahun 1975 - 1991, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mcmpengaruhi volume ekspor minyak sawit mentah (CPO) Indonesia dengan me - ngambil kasus ekspor ke Belanda sebagai negara konsumen utama CPO Indonesia yang mengkonsumsi rata-rata 55 % dari total ekspor Indonesia periode 1975 - 1991. Dengan metode OLS dan model analisis Regresi ber - ganda serta bentuk fungsi dugaan pada model yang digunakan adalah model linear, hasil analisis menunjukkan bahwa volume ekspor minyak sawit Indonesia dipengaruhi oleh .
Pertama, produksi minyak sawit (CPO) Indonesia berpe - ngaruh positif sebesar 0,25. Hal ini menunjukkan keberhasilan Pemerintah dalam meningkatkan produksi minyak sawit melalui periuasan areal dan penggunaan bibit unggul yang dilakukan sejak tahun 1975. Kedua, harga CPO Indonesia berpengaruh sebesar 0,90. Hal ini menunjukkan I1arg sangat sensitif terhadap permintaankarena sebagai bahan baku industri, produk CPO adalah seragam dengan mutu/komposisi kandungan bahan yang sudah ditetapkan. Ketiga, harga minyak kedele di Belanda berpengaruh sebesar 0,05 terhadap volume ekspor CPO Indonesia. Keempat, harga minyak rape di pasar Belanda berpengaruh negatif sebesar 0,08. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan minyak sawit di Belanda adalah sebagai komplementer bagi minyak kedelei dan sebagai substitusi terhadap minyak rape.
Beberapa saran dari hasil penelitian ini adalah Pertama, perlu segera diambil langkah-langkah kearah jaminan suplai CPO Indonesia kenegara konsumen. Jaminan ml meliputi kesesuaian dalam pemenuhan terhadpap volume permintaan, tepat dalam waktu penerimaan barang dan kualitas produk terjaga sampai ketangan konsumen. Dengan cara ini diharapkan dapat terbentuk jaminan dalam pemasaran produkCPO Indonesia karena industri CPO dinegara konsumen akan merasa aman terhadap pengadaan bahan baku industrinya sehingga bersedia mengadakan kontrak pembelian jangka panjang. Kedua, produsen harus berusaha untuk meningkatkan efisiensi dalam biaya produksi sehingga harga produknya mampu bersaing dengan produk yang sama dari produsen negara lain. Ketiga, Ketiga, produsen CPO harus dapat mengantisipasi perubahan nilai mata uang negaramitra dagangnya terhadap US Dollar. Keempat, perlu diadakan pengembangan pasar melalui diversifikasi produk yaitu mengekspor minyak sawit yang telah diolah ( Processed Palm Oil/ PPO } sehingga dapat memasarkan produk PPO kienegara sedang berkembang yang pada umumnya tingkat pertumbuhan konsumsiminyak nabati dan lemaknya sedang tinggi."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T2633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Henry Alfin Fathan
"ABSTRAK
Kekejaman NAZI meninggalkan bekas di negara-negara yang mereka jajah, setelah kekalahan Jerman pada 1945 para seniman membuat komik yang mengolok-olok Jerman yang disebut bevrijdingstrips. Het ABC s van het NAZI Regiem merupakan salah satu bevrijdingstrips yang ada pada masa itu. Komik yang bertema sejarah dengan bentuk alfabetis yang bercerita tentang pendudukan NAZI di Belanda. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif analitik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui representasi NAZI, negara lain yang terlibat, dan Belanda, serta kepada siapa komik ini ditujukan. Dalam penelitian ini akan dibahas tentang pengertian komik, analisis representasi NAZI, negara lain yang terlibat, dan situasi masyarakat Belanda. Hasil dari penelitian ini berupa tokoh pemimpin NAZI yang digambarkan tidak secara eksplisit, lalu negara-negara lain yang terlibat digambarkan oleh perwakilan-perwakilan tokoh negara mereka, dan situasi masyarakat Belanda yang digambarkan melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa itu.

ABSTRACT
NAZI cruelty left traces in the countries they invaded, after Germany s defeat in 1945 the artists made comics that made fun of Germany called bevrijdingstrips. Het ABC s van het Nazi Regiem is one of the bevrijdingstrips that existed at that time. Historical comics with an alphabetical form that tells the story of the NAZI occupation in the Netherlands. This research is a qualitative research with descriptive analytic method. The purpose of this study was to find out the representation of the Nazis, other countries involved, and the Netherlands, and to whom this comic was intended. In this study we will discuss the definition of comics, the analysis of representations of the Nazis, other countries involved, and the social situation in Netherland. The results of this study were in the form of Nazi leaders who were not explicitly described, then the other countries involved were represented by representatives of their country s leaders, and the situation of the Netherland community was described through the events that occurred at that time."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ouwehand, Liesbeth
"This articles examines the position of Chinese photographers in the visual colonial landscapes. The Chinese toekang potret were involed in both commissioned photographs and the production of commercial imgaes, but the latter was lesswidespread. Contratry to the image that Chinese photographers client wew from the lower strata of society, this article shosw the they were commissioned by the European, Chinese and Javanese elite. The image materiality of the portrats reveals the visual traces of circulation and exchange. Hence, the Chinese photographers were indirectly involved in these elite networks as well."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
909 UI-WACANA 18:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Yambeyapdi
"Belanda mulai menaruh perhatian di wilayah Papua Barat selama dan setelah Perang Dunia II, atas desakan Amerika Serikat, karena letaknya yang strategis dan untuk menjamin kepentingan AS dan sekutunya di Pasifik Selatan. Dengan kondisi seperti ini, maka tesis ini bermaksud mengungkapkan "causal factor" Belanda dan Sekutunya setuju Papua Barat di integrasikan ke dalam wilayah RI pada tahun 1962.
Tulisan ini merupakan kajian sejarah diplomasi, dimana peran aktor sangat penting. Selain itu, unsur penawaran dan pengambilan keputusan dalam situasi konflik sangat menentukan. Karena itu, dalam pengungkapan maksud tesis ini digunakan Teori Permainan (Game Theory) dengan model Permainan jumlah Nilai Nol (Zero-sum Games), yaitu ketika dua pihak berusaha ke arah tujuan yang sama dan yang satu berhasil dan yang lain kalah. Teori ini terbukti benar, karena dalam proses negosiasi dengan Belanda, Indonesia berhasil memperoleh Papua Barat.
Masalah Papua Barat telah menjadi sengketa antara Indonesia dan Belanda sejak tahun 1950. Ketika Konferensi Meja Bundar (KMB) ditandatangani-yang mengakhiri konflik antara Republik Indonesia (RI) dan Belanda, status politik Papua tetap di bawah kekuasaan Pemerintah Belanda. Seperti keputusan KMB, bahwa masalah Papua akan dibicarakan lagi setahun kemudian, ternyata dalam perkembangannya, ±13 tahun, Papua merupakan sumber konflik diplomatik antara Indonesia - Belanda. Konflik ini menjadi rumit dan berlarut-larut, karena baik Belanda maupun Indonesia mempunyai agenda penyelesaian yang berbeda. Menurut Belanda, penduduk Papua Barat berbeda secara sosial budaya dengan penduduk Indonesia lainnya. Selain itu, pemerintah Indonesia dinilai belum mampu untuk memerintah Papua. Kebalikannya, bagi Indonesia, Papua merupakan bagian dari wilayah Hindia Belanda yang notabene adalah Indonesia.
Ketika masalah Papua diajukan RI ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) antara tahun 1954 -- 1957, dan tahun 1961, Belanda tetap bersikeras mempertahankan Papua. Hal ini terjadi karena Amerika Serikat selalu bersikap abstain selama pemungutan suara. AS bersikap demikian, ini berkaitan dengan strategi "Cold War". Di lain sisi, sikap politik AS ini sangat menguntungkan pihak Belanda. Namun dalam perkembangannya, AS mengubah kebijakan politik luar negerinya dari netralitas pasif ke netralitas aktif. Nampaknya AS (Presiden Kennedy) tidak ingin melihat pecahnya perang antara Indonesia dengan Belanda yang akibatnya hanya membuka bagian Asia itu bagi masuknya pengaruh Uni Soviet dan komunis.
Dengan demikian, sebelum konflik tersebut berdampak luas, Amerika Serikat berhasil menekan pemerintah Belanda maupun Indonesia agar mau berunding. Baik Belanda maupun Indonesia akhirnya tanggal 15 Agustus 1962 di Dewan Keamanan PBB menandatangani persetujuan penyelesaian masalah Papua Barat. Persetujuan ini lebih dikenal dengan New York Agreement. Sebagai realisasi dari Perjanjian New York, oleh PBB dibentuk United Nation Trearty Executive Administration/UNTEA, untuk menerima dan menjalankan pemerintahan interim di Papua Barat, dari pemerintah Belanda. Pada 1 Mei 1963, akhirnya kekuasaan administrasi pemerintahan Papua diserahkan kepada RI."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T10431
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fildza Khairina Adriani
"Kolonialisasi Belanda di Indonesia pada abad ke-19 membawa budaya Indonesia lebih dekat dengan budaya Eropa Belanda . Hal ini semakin terasa dengan proses akulturasi antara Indonesia dan Belanda. Salah satu akulturasi ini melahirkan kebudayaan baru yaitu kebudayaan Indis. Kuliner sangat erat berhubungan dengan fenomena sosial karena berkaitan dengan gaya hidup masyarakat pada masa kolonial. Pengaruh akulturasi kuliner tidak terlepas dari peran para nyonya eropa dan para nyai. Ketersediaan bahan makanan Belanda di Hindia Belanda yang minim memaksa mereka menggunakan rempah-rempah lokal. Hal ini menyebabkan timbulnya makanan Belanda bercita rasa Indonesia, salah satunya adalah kaasstengels. Makalah ini bertujuan untuk memaparkan perbedaan antara kaasstengels Belanda dan kastengel Indonesia. Perbedaan tersebut antara lain dilihat dari segi penampilan, rasa, dan fungsi kue. Makalah ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif melalui studi pustaka. Perbedaan dan inovasi menghasilkan keunikan tersendiri pada kastengel di Indonesia.

ABSTRACT
Dutch Colonization in Indonesia on the 19th century brought Indonesian culture closer with the European the Dutch . That was more felt with an acculturation process between Indonesia and Netherland. One of these acculturation gave birth to a new acculturation that was Indisch culture. Culinary had been closely related to the social phenomenon because it associated with the people rsquo s lifestyle in colonial times. The influence of culinary acculturation can not be separated from the role of the mistresses of Dutch and the nyai. The low stock of Dutch ingredients in Hindia Belanda forced them to use local ingredients. This causes the occurrence of Dutch food with Indonesian flavored, one of which is kaasstengels. This paper aimed to describe the differences between Dutch kaasstengels and Indonesian kastengel. That differences are among others seen in terms of appereance, flavour, and function of the cookies. This paper employs qualitative descriptive methods by used to collect the data from literature. The difference and innovation produce its own kastengel rsquo s uniqueness in Indonesia."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Esa Jati Natyakalyana
"Sejak tahun 1944 pemerintah Belanda di London sudah membuat rencana untuk mengirim tentara ke Hindia Belanda untuk mengambil kembali Hindia Belanda dari Jepang. Pada 1 Oktober 1944, dikeluarkan Dekrit Kerajaan mengenai perekrutan sukarelawan perang (oorlogsvrijwilliger). Untuk memastikan adanya pendaftar yang cukup, pemerintah Belanda menerbitkan sejumlah buklet dan poster propaganda untuk menarik minat pemuda Belanda. Penelitian ini berfokus pada delapan poster propaganda oorlogsvrijwilliger untuk melihat bagaimana strategi Belanda dalam membangun motivasi ideologi pemuda Belanda. Metode analisis sumber visual sejarah oleh Marga Altena (2003) diterapkan pada penelitian ini. Di samping itu, konsep Cultural Studies juga diterapkan untuk memaknai teks dan gambar visual pada poster. Setelah menganalisis kedelapan poster, ditemukan bahwa Belanda berupaya untuk membangun motivasi ideologi dengan menggunakan gambar visual serta pesann singkat yang membentuk sebuah narasi. Narasi-narasi yang dibangun di antaranya adalah bahwa posisi Belanda sebagai yang superior; Jepang sebagai pihak antagonis dan lebih lemah; serta Hindia Belanda yang dilihat masih ‘milik’ Belanda dan
perlu diselamatkan.

Since 1944 the Dutch government in London had plans to send troops to the Dutch East Indies to take back the Dutch East Indies from Japan. On October 1, 1944, a Royal Decree was issued concerning the recruitment of war volunteers (oorlogsvrijwilliger). To ensure that there were sufficient registrants, the Dutch government published several booklets and propaganda posters to attract the interest of Dutch youth. This study focus on eight oorlogsvrijwilliger propaganda posters to see how the Dutch strategy builds the ideological motivation of Dutch youth. This research will apply the historical visual source analysis method by Marga Altena (2003). In addition, the interpretation of the text and visual images on posters will use the concept of Cultural Studies. After analyzing the eight posters, it was found that the Dutch government tried to build ideological motivation by using visual images and short messages that form narratives. The built narratives include that the Dutch position is superior; Japan as the antagonist and weaker; and the Dutch East Indies were still owned by the Dutch and needed to be saved."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>