Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pratikto
2008
T39980
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulius Pamungkas
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2003
T40279
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The book is divided into four sections : characterisation of historic mortars, repair mortars and design issues, experimental research into properties of repair mortars, and assessment and testing. The papers present the latest work of researchers in their field. The individual contributions were selected from the contributions to the 2nd Historic Mortars Conference, which took place in Prague, September, 22-24, 2010."
Dordrecht: [Springer , ], 2012
e20398329
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Bangun, Gideon Oktavian
"Penelitian awal mortar dengan campuran semen, abu sekam padi (ASP) dan precious slag ball (PSB) dengan perbandingan 30% PCC, 20% ASP dan 50% PSB di uji beberapa sifat mekanisnya yaitu kuat tarik langsung, kuat tarik lentur, susut dan density. Pengujian di lakukan dengan mengikuti standar pengujian Kuat Tarik Langsung ASTM-C-307-03, Kuat Lentur ASTM-C-348-02, Susut ASTM-C-490-00, Density ASTM-D-720-00. Dari penelitian diharapkan campuran ini dapat menghasilkan mortar dengan sifat mekanis yang memenuhi standar SNI atau ASTM.
Nilai modulus kehalusan ASP adalah 0,754 dan PSB adalah 1,054, Akibat penambahan ASP dalam campuran nilai FAS yang di dapat tinggi yaitu lebih dari berat semen, hal ini disebabkan air yang dibutuhkan lebih banyak untuk mencapai konsistensi normal. Untuk semen tipe 1 (Tiga Roda) Campuran PCC dan PSB memiliki nilai kuat tarik langsung 3,6385 MPa ; kuat tarik lentur 13,992 MPa ; susut 0,0061% dan density 2,811 g/cm3. Campuran PCC ASP dan PSB memiliki nilai kuat tarik langsung 0,8975 MPa ; kuat tarik lentur 2,3625 MPa ; susut 0,0077% dan density 1,848 g/cm3. Untuk semen Tipe 2 (Holcim) Campuran PCC dan PSB memiliki nilai kuat tarik langsung 2,8667 MPa ; kuat tarik lentur 14,3166 MPa ; susut 0,0061% dan density 2,781 g/cm3 . Campuran PCC ASP dan PSB memiliki nilai kuat tarik langsung 0,8684MPa ; kuat tarik lentur 2,7882 MPa ; susut 0,0073% dan density 1,907 g/cm3.
Mortar yang dihasilkan dengan menggunakan campuran PSB memiliki density tinggi sehingga nilai kuat tarik langsung dan tarik lentur lebih tinggi jika dihitung berdasarkan rumus yang ada di dalam SNI 03-2847-2002, sedangkan untuk mortar yang menggunakan campuran ASP dan PSB memiliki density lebih rendah dan dapat diklasifikasikan dalam mortar ringan dengan nilai 1,900 g/cm3 untuk itu menggunakan rumus perhitungan kuat tarik langsung dan tarik lentur untuk mortar ringan sesuai dengan SNI 03-2847-2002.

Initial studies with a mixture of mortar cement, rice husk ash (ASP) and precious slag ball (PSB) with a ratio of 30% PCC, 20% RHA and 50% PSB tested several mechanical properties of the direct tensile strength, flexural tensile strength, shrinkage and density. Tests done by following the testing standard ASTM Direct Tensile Strength C-307-03, Flexural Strength ASTM C-348-02, Shrinkage ASTM-C-490-00, Density ASTM D-720-00. This mixture of research is expected to produce mortar with mechanical properties that meet SNI or ASTM standards.
ASP fineness modulus value is 0.754 and the PSB is 1.054, a result of the addition of ASP in a mixture of values that FAS can be as high as more than the weight of cement, this is due to more water needed to achieve normal consistency. The first type of cement (Tiga Roda) mixture of PCC and the PSB has a value of direct tensile strength 3.6385 MPa; Flexural Tensile Strength 13.992 MPa; Shrinkage 0.0061% and Density 2.811 g/cm3. Mixture of PCC, ASP and the PSB has a value of direct tensile strength 0.8975 MPa; Flexural Tensile Strength 2.3625 MPa; Shrinkage 0.0077% and Density 1.848 g/cm3. For the second tipe of cement (Holcim) Mixed PCC and the PSB has a value of Direct Tensile Strength 2.8667 MPa; Flexural Tensile Strength 14.3166 MPa; Shrinkage 0.0061% and Density 2.781 g/cm3. Mixture of PCC, ASP and the PSB has a value of Direct Tensile Strength 0.8684 MPa; Flexural Tensile Strength 2.7882 MPa; Shrinkage 0.0073% and Density 1.907 g/cm3.
Mortar is produced by using a mixture of PSB, has a high density so that the value of the direct tensile strength and flexural tensile higher if calculated on a formula that is in the SNI 03-2847-2002, while for the mortar using a mix of ASP and the PSB has a lower density and can be classified in the lightweight mortar with a value of 1.900 g/cm3 for it using a formula calculating the direct tensile strength and tensile bending to light mortar according to the SNI 03-2847-2002.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifuddin
"ABSTRAK
Mortar adalah campuran antara semen dengan pasir, mortar. Mortar digunakan sebagai bahan untuk pemasangan dinding, plesteran dan pondasi batukali atau pondasi lainnya. Semen sebagai perekat banyak type/jenis semen namun yang dijual (dipasarkan) adalagi semen yang disebut semen OPC (Ordinary Portland Cement) dalam kemasannya disebut type I, semen PCC ( Portland Composite Cement), semen PPC (Portland Puzzoland cement). Pembuatannya adalah membuat benda uji kubus mortar berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm dibuat 20 benda uji dari masing-masing type/jenis semen tersebut dengan perbandingan 1 banding 3 dan f.a.s 0,6 tetap. Pelaksanaan pengujian di laboratorium teknik sipil Politeknik Negeri Medan. Benda Uji tersebut di cetak sesuai dengan prosedur menggunakan acuan SNI 03 6825 2002 pelaksanaan di laboratorium teknik sipil, Setelah benda uji cukup umur 28 hari, di lakukan uji kuat tekan mortar masing masing uji dengan menggunakan alat test kuat tekan beton. Hasilnya diolah, rata rata dari masing masing variasi dicari standard deviasinya untuk menghitung kuat tekan karakteristik mutu mortarnya. Hasil dari pengujian kuat tekan karakteristik untuk semen type I 17 6,03 kg/cm2. Dari hasil pengujian dapat diambil kesimpulan yaitu untuk type semen PCC lebih baik kuat tekan karakteristik dibandingkan dari semen type OPC I, dan semen PPC."
Medan: Polimedia Negeri Medan, 2018
338 PLMD 21:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ratno Wijaya
"Dengan meningkatnya pertumbuhan pembangunan infrastruktur dunia berdampak pada meningkatnya permintaan material konstruksi. Umumnya, material konstruksi berasal dari alam dan terus dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan pembangunan yang jika dibiarkan maka akan terjadi kerusakan ekosistem dunia. Maka dari itu diperlukan material alternatif sebagai solusi, salah satunya adalah terak nikel yang dapat digunakan sebagai agregat. Terak nikel merupakan limbah dari produksi peleburan bijih nikel. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan terak nikel sebagai agregat halus secara ekonomis. Adapun karakteristik yang diuji berupa karakteristik fisis (karakterisasi visual, karakterisasi agregat, dan karakterisasi morfologi mikro) dan karakterisasi kimiawi (karakteristik komposisi kimia, karakterisasi fasa dan karakterisasi pelindian beracun) serta karakteristik mortar dengan Portland Composite Cement (PCC) beragregat terak nikel. Adapun uji mekanis yang menjadi fokus analisis pada penelitian ini adalah nilai kuat tekan serta perilaku ekspansi dari mortar beragregat terak nikel. Variasi komposisi agregat terak nikel adalah 30%, 40%, 50%, 60% dan 70% dengan waktu curing selama 28 hari. Dari hasil pengujian kuat tekan, didapatkan nilai maksimum kuat tekan sebesar 31 MPa, pada komposisi 70%. Dari hasil uji pelindian beracun pada penelitian ini, terak nikel dinyatakan aman dan dapat digunakan sebagai agregat pada mortar. Selain itu, terak nikel masuk dalam kategori non-reaktif sehingga ekspansi pada mortar cenderung aman. Secara keseluruhan, tidak ditemukan adanya ekspansi yang signifikan pada mortar beragregat terak nikel, sebaliknya justru ditemukan adanya kecenderungan penyusutan. Meskipun agregat terak nikel didominasi dengan fasa amorfus dan memiliki kecenderungan reaktif, namun tingkat reaktifitas tersebut masih di bawah ambang batas.

The increasing growth of world infrastructure development has an impact on increasing demand for construction materials. Generally, construction materials come from nature and continue to be exploited to meet development needs which, if left unchecked, will damage the world's ecosystems. Therefore, alternative materials are needed as a solution, one of which is nickel slag which can be used as an aggregate. Nickel slag is a waste from nickel ore smelting production. This study aims to analyze the use of nickel slag as a fine aggregate economically. The characteristics tested were physical characteristics (visual characterization, aggregate characterization, and micro-morphological characterization) and chemical characteristics (chemical composition characteristics, phase characterization and toxic leaching characterization) and mortar characteristics with Portland Composite Cement (PCC) with nickel slag aggregate. The mechanical test that is the focus of the analysis in this study is the value of the compressive strength and expansion behavior of the nickel slag aggregated mortar. Variations in the composition of nickel slag aggregate are 30%, 40%, 50%, 60% and 70% with a curing time of 28 days. From the results of the compressive strength test, the maximum value of the compressive strength is 31 MPa, at a composition of 70%. From the results of the toxic leaching test in this study, nickel slag was declared safe and could be used as aggregate in mortar. In addition, nickel slag is included in the non-reactive category so that expansion in mortar tends to be safe. Overall, no significant expansion was found in the nickel slag-aggregated mortar, on the contrary, a shrinkage trend was found. Although nickel slag aggregate is dominated by an amorphous phase and has a reactive tendency, the level of reactivity is still below the threshold."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Andika Prabowo
"Infrastructure development in Indonesia has massively increased the demand for cement production. Conventional cement production on the market has a major impact on environmental damage. Cement production in Indonesia contributes 190,826 tons of CO2 with the intensity production of 641.5 Kg/CO2 cement in 2021 (Ircham, 2021). Various methods are used to minimize the resulting environmental impact, one of which is by mixing fibers into the cement mortar. Fibers give effect on flexural, tensile, and compressive strength. Writers conducted this research to analyze the effect of natural fibers (ramie fibers) and artificial fiber (polypropylene fiber) on fresh and hardened mortar properties. In this case, writers used Ground Granulated Blast Furnace Slag (GGBFS) cement and Portland Composite Cement to mix the mixture. the use of GGBFS believe to improves the strength and durability of mix design at specific substitution. regarding fresh and hardened cement mortar as a material using PCC 100% and GGBFS 40% (OPC-GGBFS40%) varied with the addition of ramie fiber and polypropylene fiber with a variation of 0%, 1% and 2% of the weight of cement used in the mixture. Moreover, Writes also tested out the different length of the natural fiber that may affect the fresh and hardened properties of mortar. The setting time test method was carried out on fiber-containing paste cement, the results showed the effect of fiber can be seen from the increase in the initial setting time and final setting time on fiber-containing paste cement when compared to the reference paste cement. The result shows that the addition of ramie and polypropylene fibers reduces the workability of fresh mortar. The highest value of hardened mortar properties obtained on the 28th day-test with 3 different test methods. The results for the compressive test were obtained by MPC-PP-1%, the splitting tensile test by MPC-PP-1%, and the flexural test by MPC-PP-2%. While comparing to different length of natural fiber, it reduce the workability and hardened mortar properties rather than the mortar with the same length and content. it may happen because smaller fiber could fill up the space and the matrix on the cement mortar. Summing up everything, fiber types and content able to reduce fresh mortar properties however it increases hardened mortal properties, while different in fiber length reduce the fresh and hardened mortar properties.

Pembangunan infrastruktur di Indonesia telah meningkatkan permintaan produksi semen secara masif. Produksi semen konvensional di pasaran berdampak besar pada kerusakan lingkungan. Produksi semen di Indonesia menyumbang 190.826 ton CO2 dengan intensitas produksi sebesar 641,5 Kg/CO2 semen pada tahun 2021 (Ircham, 2021). Serat memberikan pengaruh terhadap kuat lentur, tarik, dan tekan. Penulis melakukan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh serat alami (serat rami) dan serat buatan (serat polipropilena) terhadap sifat mortar segar dan keras. Dalam hal ini, penulis menggunakan semen Ground Granulated Blast Furnace Slag (GGBFS) dan Portland Composite Cement untuk mencampur campuran tersebut. penggunaan GGBFS diyakini dapat meningkatkan kekuatan dan daya tahan mix design pada substitusi tertentu. mengenai mortar semen segar dan mengeras sebagai bahan menggunakan PCC 100% dan GGBFS 40% (OPC-GGBFS40%) divariasikan dengan penambahan serat rami dan serat polipropilena dengan variasi 0%, 1% dan 2% dari berat semen digunakan dalam campuran. Selain itu, Writes juga menguji perbedaan panjang serat alami yang dapat mempengaruhi sifat segar dan kerasnya mortar. Metode pengujian waktu pengerasan dilakukan pada pasta semen yang mengandung serat, hasil menunjukkan pengaruh serat dapat dilihat dari peningkatan waktu pengerasan awal dan waktu pengikatan akhir pada semen pasta yang mengandung serat jika dibandingkan dengan semen pasta acuan. . Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan serat rami dan polipropilena menurunkan workability mortar segar. Nilai sifat pengerasan mortar tertinggi diperoleh pada pengujian hari ke-28 dengan 3 metode pengujian yang berbeda. Hasil uji tekan diperoleh MPC-PP-1%, uji tarik belah diperoleh MPC-PP-1%, dan uji lentur diperoleh MPC-PP-2%. Sementara membandingkan panjang serat alami yang berbeda, itu mengurangi kemampuan kerja dan sifat mortar yang mengeras daripada mortar dengan panjang dan isi yang sama. Kesimpulannya, jenis dan kandungan serat mampu menurunkan sifat mortar segar namun meningkatkan sifat fana pengerasan, sedangkan perbedaan panjang serat menurunkan sifat mortar segar dan pengerasan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaiful Hazmi
"ABSTRAK
Pemanfaatan bahan lokal menjadi bahan bangunan yang tepat guna merupakan sesuatu hal yang patut dipertimbangkan, terutama dalam hal mendapatkan bahan bangunan ringan dan kuat serta memenuhi standar tertentu. Batu bata merah atau bata beton pejal merupakan bahan bangunan yang saat ini cukup populer dipergunakan untuk pembuatan dinding bangunan gedung meskipun sebenarnya bahan tersebut memiliki bobot sendiri yang cukup besar. Bambu merupakan tumbuhan alami yang banyak dipergunakan untuk bahan bangunan, selain mudah didapatkan juga bobotnya yang ringan serta sifatnya yang mirip dengan kayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi cacahan batang bambu dalam campuran mortar semen pasir terhadap kuat tekan, bobot isi, serta penyerapan airnya. Hasil pengujian tersebut akan ditinjau kesesuaiannya terhadap spesifikasi bata beton pejal menurut Standar Bahan Bangunan Indonesia yang diatur dalam Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia. Penelitian dilakukan dengan membuat benda uji berupa kubus mortar semen dengan berbagai macam komposisi cacahan batang bambu terhadap berat semen dengan faktor air semen yang sama. Variasi komposisi (dalam %) antara cacahan batang bambu dengan semen portland adalah 0%, 10%, 15%, 20%, dan 25%, sedangkan nilai faktor air semen adalah 0,55%. Banyaknya sampel untuk tiap-tiap jenis campuran adalah 4 buah, sehingga jumlah sampel seluruhnya adalah 40 buah. Pengujian bobot isi, penyerapan air dan kuat tekan mortar dilakukan pada umur 14 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase komposisi cacahan batang bambu terhadap berat semen di dalam campuran mortar berpengaruh terhadap nilai bobot isi, penyerapan air dan kuat tekan mortar. Makin besar persentase cacahan batang bambu terhadap berat semen, makin menurut nilai bobot isi, penyerapan air dan kuat tekan mortar. Jika ditinjau kesesuaiannya terhadap persyaratan kuat tekan bata beton pejal menurut Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI) tahun 1982, mortar jenis M0, M10, dan M15 memenuhi sayarat spesikasi bata beton jenis A1, A2, B1, dan B2 sedangkan mortar jenis M20 dan M25 memenuhi syarat spesikasi bata beton jenis A1, A2, dan B1. Jika ditinjau kesesuaiannya terhadap persyaratan penyerapan air mortar jenis M0, M10, M15, M20, dan M25 memenuhi syarat spesikasi bata beton jenis B1 dan B2. Jika dibandingkan dengan bata beton pejal dari salah satu produk lokal di Medan, mortar jenis M0, M10, M15, M20, dan M25 lebih ringan dari pada bata beton pejal produk lokal tersebut."
Medan: Politeknik Negeri Medan, 2017
338 PLMD 20:4 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Setiawan
"Salah satu masalah yang sampai sekarang cukup menarik perhatian para peneliti adalah getaran. Telah banyak studi yang meneliti masalah ini. Studi-studi tersebut umumnya meneliti gerakan berosilasi dan kondisi-kondisi dinamisnya. Gerakan ini dapat berupa gerakan beraturan dan berulang secara kontinyu, atau dapat juga berupa gerakan tidak beraturan seperti gempa bumi. Salah satu jenis lain dari getaran adalah getaran respons singkat akibat beban tumbukan (impact) yang bekerja pada struktur. Beban ini umumnya menghasilkan respons yang cukup besar. Oleh karena itulah diperlukan adanya pengetahuan yang cukup mengenai gaya ini, karena tidak semua material cukup mampu untuk menanggung beban yang diakibatkannya. Dalam skripsi ini akan dibahas respons dari struktur pelat tipis kantilever akibat beban tumbukan. Benda uji yang digunakan terbuat dari mortar fiber mutu K 300 dengan kandungan fiber yang berbeda-beda, dan variasi kadar per m3 adalah 0 Kg, 0.7 Kg, 0.9 Kg dan 1.1 Kg. Dari keempat jenis benda uji ini akan diteliti untuk mendapatkan kondisi yang paling optimum terhadap beban tumbukan, dengan menggunakan parameter frekuensi dan faktor peluruhan. Keempat jenis mortar ini masing-masing dijepitkan ke dalam pelat penjepir sedemikian rupa sehingga dapat diasumsikan sebagai kantilever, kemudian diuji terhadap beban tumbukan dengan tinggi jatuh yang bervariasi hingga benda uji mengalami keruntuhan. Sinyal percepatan yang dihasilkan dari struktur tercatat pada osiloskop dan terekam oleh komputer. Sinyal inilah yang mempakan bahan memah yang nantinya akan diolah dengan menggunakan program-program yang telah ada untuk mendapatkan parameter-parameter frekuensi dan faktor peluruhan Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa penambahan fiber pada mortar memberikan kontribusi yang cukup baik terhadap beban tumbukan (impact). Hal ini dapat terlihat pada perbandingan besarnya nilai frekuensi dan faktor peluruhan yang dihasilkan oleh mortar dengan kandungan fiber dengan mortar tanpa fiber. Mortar dengan fiber umumnya menghasilkan frekuensi yang lebih besar, terutama pada mortar fiber 1.1 Kg/m3.

One of the problems that has attracted the attention of researchers until now is vibration. There have been many studies examining this problem. These studies generally examine oscillatory motion and its dynamic conditions. This motion can be a regular and continuously repeated motion, or it can also be an irregular motion such as an earthquake. Another type of vibration is the short response vibration due to the impact load acting on the structure. This load generally produces a fairly large response. Therefore, sufficient knowledge is needed regarding this force, because not all materials are capable of bearing the resulting load. This thesis will discuss the response of a thin cantilever plate structure due to impact loads. The test specimens used were made of K 300 quality fiber mortar with different fiber contents, and the variation in content per m3 was 0 Kg, 0.7 Kg, 0.9 Kg and 1.1 Kg. From these four types of test specimens, they will be studied to obtain the most optimum conditions for impact loads, using frequency parameters and decay factors. These four types of mortar are each clamped into the clamping plate in such a way that it can be assumed as a cantilever, then tested against impact loads with varying drop heights until the test object collapses. The acceleration signal generated from the structure is recorded on an oscilloscope and recorded by a computer. This signal is the cement material that will later be processed using existing programs to obtain frequency parameters and decay factors. From the results of this study, it was found that the addition of fiber to the mortar provides a fairly good contribution to the impact load. This can be seen in the comparison of the frequency values ​​and decay factors produced by mortar with fiber content with mortar without fiber. Mortar with fiber generally produces a higher frequency, especially in 1.1 Kg/m3 fiber mortar.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S34682
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membuat mortar menggunakan limbah kertas yang telah diproses sebelumnya untuk mendapatkan mortar yang ramah lingkungan dengan memaanfaatkan limbah namun tetap memiliki sifat mekanis dan fisik yang baik dimana kuat tekan melampaui 17.24 MPa dan densitasnya di bawah 1.8 gr/cm3 . Benda uji ditambahkan zat adiktif berupa fly ash dengan proporsi 4%, 8%, dan 12 % serta superplasticizer sebanyak 1% terhadap berat semen yang digunakan. Pengujian yang dilakukan adalah kuat tekan, kuat lentur, susut, modulus elastisitas, densitas, dan daya serap air. Penelitian ini akan merujuk pada ASTM C 873-94 dan ASTM C 78-94. Dari rata-rata hasil pengujian pada umur 28 hari, sampel dengan fly ash 8% memiliki nilai kuat tekan dan kuat lentur paling tinggi yaitu masing-masing sebesar 18.55 MPa dan 6.35 MPa. Susut terbesar terjadi pada sampel dengan penambahan fly ash sebesar 4% yaitu dengan nilai kumulatif sebesar 19.1%. Modulus elastisitas paling tinggi ada pada penambahan fly ash sebesar 12% yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 3233.8 MPa. Densitas terbesar ada pada sampel dengan penambahan fly ash sebesar 12% yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 1.78 gr/cm3. Dan untuk daya serap air paling rendah dimiliki oleh sampel dengan penambahan fly ash sebesar 12% yaitu dengan nilai rata-rata 11.59%.
ABSTRAK
The purpose of this research is making mortar using waste paper that has passed its pretreatment in order to get green mortar using waste but still has good mechanical and physical characteristic which is the compressive strength should be above 17.24 MPa and the density should be below 1.8 gr/cm3. All samples have been added by fly ash with proportion 4%, 8%, and 12% and superplasticizer 1% based on cement mass. Tests that have been done are compressive strength, flexural strength, shrinkage, elastic modulus, density, and absorption. This research referred to ASTM C 873-94 and ASTM C 78-94. Average result at age 28 day, samples with addition 8% of fly ash have the highest score for compressive and flexural strength with each of them 18.55 Mpa and 6.35 MPa. The highest shrinkage happened on samples with addition 4% of fly ash with the cumulative result 19.1%. For elastic modulus, the highest score happened on samples with addition 12% of fly ash with the average result 3233.8 MPa. The highest score for density happened on samples with addition 12% of fly ash with the average result 1.78 gr/cm3. And for absorption, the lowest score happened on samples with addition 12% of fly ash with average result 11.59%."
Unversitas Indonesia. Fakultas Teknik, 2016
S65039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>