Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nainggolan, Avelia Devina Calista
"Pengembangan pengobatan regeneratif berbasis sel punca banyak dikembangkan karena sel tersebut dapat memproduksi Sekretom. Mayoritas produk berbasis sel dan gen yang telah dijual berbentuk sediaan injeksi rute parenteral yang memiliki berbagai kekurangan sehingga diperlukan rute alternatif seperti rute indtradermal dengan bentuk sediaan Microneedle yang dapat menembus penghalang stratum corneum. Penelitian ini berfokus pada pengembangan sediaan dissolving microneedle (DMN) untuk penghantaran sekretom dari sel punca mesenkimal dan dilakukan evaluasi secara in vitro, ex vivo dan in vivo sebagai salah satu alternatif terapi regeneratif. DMN dibuat menggunakan metode two-step casting dan tersusun dari dua kombinasi polimer yakni Poli(vinil pirolidon) (PVP) dengan Poli(vinil alkohol) (PVA) dan PVP dengan sodium hialuronat (SH). Evaluasi morfologi, kekuatan mekanis, pelarutan sediaan, kandungan protein dalam sediaan, permeasi, iritasi kulit dan stabilitas dilakukan pada DMN yang telah dibuat. Pada evaluasi morfologi dan kekuatan mekanis diperoleh 2 formula yang memenuhi kriteria penerimaan dan dapat larut dalam waktu kurang dari 10 menit pada kulit porcine. Pada uji kandungan protein kedua formula diketahui bahwa F12 (kombinasi eksipien PVP-SH) mengandung protein lebih banyak daripada F5 (kombinasi PVP-PVA). F5 dapat menghantarkan protein sebesar 100,84% ± 0,88 dan F12 sebesar 99,63% ± 9,21 dalam 24 jam berdasarkan uji permeasi secara in vitro. Selama 4 hari pengamatan uji iritasi kulit tikus Sprague-Drawley, terlihat tidak adanya tanda iritasi seperti edema dan kemerahan setelah aplikasi kedua formula. Berdasarkan uji stabilitas selama 14 hari, terdapat penurunan kemampuan mekanis yang diketahui dari uji kompresi. Kombinasi eksipien PVP-PVA dan PVP-SH dapat membentuk sediaan DMN tidak menimbulkan iritasi pada kulit dan dapat menghantarkan sekretom.

Development of regenerative therapy based on stem cells is being developed since these cells can produce Secretome. Majority of marketed cellular and gen therapy products are parenteral injectable dosage forms, leading to several limitations that required alternative route such as intradermal route with Microneedle as dosage form which penetrates stratum corneum barrier. This research focused on the development of dissolving microneedles (DMN) for secretome mesenchymal stem cell delivery and have been evaluated by in vitro, ex vivo, and in vivo models as an alternative for regenerative therapy. DMN was made by two-step casting method and composed of two polymer combinations: Poly(vinyl pyrrolidone) (PVP) with Poly(vinyl alcohol) (PVA) and PVP with sodium hyalrunate (SH). Morphology, mechanical strength, dossage dissolution, protein content in dossage form, permeation, skin irritation, and stability evaluation were carried out on the DMN. On morphology and mechanical strength evalation, 2 formulas met the acceptance criteria and dissolved less than 10 minutes in porcine skin. Evaluation of protein content showed that F12 (combination of PVP-SH) have higher protein content than F5 (combination of PVP-PVA). F5 could deliver protein by 100.84% ± 0.88, while F12 by 99.63% ± 9.21 in 24 hours based on in vitro permeation study. After 4 days observation on Sprague-Drawley rat’s skin, there were no signs of irritation such as edema and redness after application of both formulas. Based on stability study after 14 days, mechanical strength of both formulas showed a decline as determined by compression. Combinations of PVP-PVA and PVP-SH were safe to be used as excipients of DMN secretome delivery."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Oktavina
"

Cedera hati kronis dapat disebabkan oleh berbagai infeksi, gangguan metabolik, toksin atau gangguan sirkulasi yang jika berlanjut dapat menjadi cedera hati parah sampai sirosis hati jika tidak mendapat pengobatan yang adekuat. Disamping itu, hati memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi untuk membantu pemulihan pasca cedera. Berbagai model cedera hati hewan coba tikus secara khusus dibuat untuk menyerupai penyakit hati kronis pada manusia. Pada penelitian ini, dikembangkan model hewan coba untuk mempelajari proses regenerasi hati menggunakan 2-AAF/CCl4. 2-Acetylaminoflourene (2-AAF) yang menghambat proliferasi hepatosit, sedangkan Carbon tetrachlorida (CCl4) digunakan untuk menginduksi fibrosis hati dan sirosis hati. Setelah pembuatan model hewan coba 2-AAF/CCl4 kemudian diberikan sel punca mesenkimal asal tali pusat manusia dengan harapan dapat memberikan efek positif pada cedera hati kronis yang dinilai dari parameter kadar ALT, Albumin, perubahan anatomi dan histologi dari jaringan hati tikus. Dalam penelitian ini, dalam pembuatan model hewan coba menggunakan tikus winstar jantan dengan pemberian CCl4 dua kali seminggu (2ml/kg) diencerkan dalam olive oil, pemberian secara subkutan selama 12 minggu. Kemudian dikombinasikan dengan 2-AAF setiap hari diencerkan dalam polietilen glikol, pemberian secara intragastrik. Kelompok percobaan terlihat peningkatan kadar ALT, tidak ada perbedaan untuk kadar Albumin, perubahan warna hati menjadi lebih terang dengan permukaan kasar dan bernodul serta memiliki ukuran lebih besar dibandingkan dengan kontrol yang memiliki hati dengan warna merah gelap, permukaan licin tanpa nodul. Selanjutnya dilakukan juga pemeriksaan histopatologis dengan pewarnaan HE, masson trichome dan imunohistokimia (ekspresi kaspase 3), didapatkan hasil yang menunjukkan adanya kerusakan hati (fat degeneration, nekrosis, cell swelling, inflamasi dan fibrosis hati, serta kematian hepatosit). Pada kelompok yang diberikan sel punca asal tali pusat manusia dapat memperbaiki kerusakan hati yang ditandai dengan kecenderungan penurunan kadar ALT, kecenderungan peningkatan kadar albumin, perbaikan anatomi berupa warna hati merah gelap dengan permukaan licin, perubahan histologi yaitu perbaikan jaringan, penurunan derajat fibrosis dan penurunan kematian sel.

 


Chronic liver injury can be caused by a variety of infections, metabolic disorders, toxins or circulatory disorders which, if it continues, can become severe liver injury to cirrhosis of the liver if it does not receive adequate treatment. Besides that, the liver has a high regeneration ability to help with post-injury recovery. Various models of animal liver injury in rats tried specifically made to resemble chronic liver disease in humans. In this research, an experimental animal model was developed to study the process of liver regeneration using 2-AAF/CCl4. 2-Acetylaminoflourene (2-AAF) which inhibits hepatocyte proliferation, while Carbon tetrachloride (CCl4) is used to induce liver fibrosis and liver cirrhosis. After making 2-AAF/CCl4 experimental animal models, human umbilical cord derived mesenchymal stem cells were given in the hope that they would have a positive effect on chronic liver injury assessed by parameters of ALT, albumin, anatomic and histological changes in rat liver tissue. In this study, in making animal models using male winstar rats by administering CCl4 twice a week (2ml/kg) diluted in olive oil, administering subcutaneously for 12 weeks. Then combined with 2-AAF daily diluted in polyethylene glycol, administered intragastrically. The experimental group saw an increase in ALT levels, there was no difference in albumin levels, changes in the color of the liver became brighter with rough and boiled surfaces and had a larger size compared to controls that had hearts with dark red, slippery surfaces without nodules. Histopathological examination was also performed by staining HE, masson trichome and immunohistochemistry (expression of caspase 3), the results showed liver damage (fat degeneration, necrosis, cell swelling, inflammation and fibrosis of the liver, and death of hepatocytes). In groups given human umbilical cord derived mesenchymal stem cells can repair liver damage marked by a tendency to decrease ALT levels, tendency to increase albumin levels, anatomic improvements in the form of dark red heart color with a slippery surface, histological changes, namely tissue repair, decreased degrees of fibrosis and decreased mortality cell.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus Pramantha Putra Wijaya
"Pendahuluan: Penelitian in vitro menggambarkan inferioritas osteogenesis SPM adiposa dibandingkan dengan SPM sumsum tulang. Sebaliknya, penelitian in vivo menunjukkan kemiripan potensi osteogenik keduanya. penelitian ini mencoba mengetahui perbedaan kapasitas osteogenik antara keduanya dengan mengukur ekspresi Bone Morphogenetic Protein (BMP)-2 dan BMP Reseptor II, juga proses penyembuhan tulang dengan pengukuran histomorfometri.
Metode: Delapan belas tikus Sprague dawley (SD) dilakukan defek tulang femur 5mm. Tikus dibagi tiga kelompok yang terdiri dari kontrol, implantasi SPM sumsum tulang + Hydroxypatite, dan implantasi SPM adiposa + Hydroxypatite. Tikus dikorbankan pada minggu kedua kemudian penilaian histomorfometri kuantitatif dilakukan dengan Image-J. Paramater yang diukur adalah luas total kalus, % area penulangan, % area kartilago, dan % area fibrosis. Dilakukan penilaian imunohistokimia menggunakan intensitas pewarnaan dan skor Imunoreaktivitas (IRS).
Hasil: Kelompok SPM sumsum tulang menunjukkan ekspresi BMPR II lebih tinggi dibandingkan kelompok lainnya. Ekspresi BMPR II dianalisis dan didapatkan hasil yang signifikan (p= 0,04) dengan median 4.00 ± 2.75. Kelompok SPM sumsum tulang dan adiposa juga menunjukkan proses penyembuhan tulang yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol (p = 0,001). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara SPM sumsum tulang dan SPM adiposa yang diukur pada % total area kalus (p = 1.000),% area penulangan (p = 1.000),% kartilago (p = 0,493) dan % fibrosis (p = 0,128).
Diskusi: SPM adiposa memiliki kemampuan penyembuhan tulang yang serupa dengan SPM sumsum tulang. Growth factor dan reseptornya penting namun bukan satu-satunya faktor penyembuhan tulang.

Introduction: In vitro studies describe inferior osteogenesis of Adiposes to Bone Marrow Mesenchymal Stem Cell (MSC). Contrary, in vivo studies showing the resemblance of osteogenic potential between both groups. This study tries to investigate the difference of osteogenic capacity between BMSCs and ASCs by quantifying the expression of Bone Morphogenetic Protein (BMP)-2 and BMP receptor (BMPR) II also the bone healing process by histomorphometry measurement.
Methods: Eighteen Sprague dawley (SD) rats were induced with 5mm femoral bone defect, then divided into three groups that consist of Control, Implementation of BMSC+Hydroxypatite, and Implementation of ASC+Hydroxypatite. They were sacrificed after 2 weeks, then performed histomorphometry assessment with Image-J. The measured paramater were total area of callus, % of osseous area, % of cartilage area, and % of fibrotic area. The immunohistochemistry measurement performed by staining intensity and immunoreactivity score (IRS).
Results: The BMSC group showed higher expression of BMPR II compare to others. The expression of BMPR II was analyzed statistically and showed significant result (p=0.04) with median 4.00 ± 2.75. Both BMSC and ASC group have significantly better bone healing process compared with control group (p=0,001). There are no significant differences between ASC and BMSC measured in %total callus area (p=1.000), %Osseous area (p=1.000), %Cartilage area (p=0.493) and % Fibrous area (p=0.180).
Discussions: ASC bone healing ability are similar to BMSC. Growth factor and its receptor are important but not sole contributing factor for bone healing."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yohana Alfa Agustina
"Glioblastoma multiforme adalah tumor otak ganas yang bersifat agresif dan invasif dengan tingkat kekambuhan yang tinggi. Pada lingkungan mikro tumor ditemukan berbagai sitokin dan kemokin yang disekresikan sel stroma yang memiliki peranan terhadap pertumbuhan, proliferasi sel, ketahanan hidup sel maupun apoptosis sel. Salah satu sitokin proinflamasi yang ditemukan pada conditioned medium sel punca tali pusat adalah TNF-a. Penelitian sebelumya pada sel glioblastoma multiforme yang diberikan conditioned medium sel punca tali pusat menunjukkan peningkatan ketahanan hidup sel, namun belum diketahui bagaimana pengaruh pensinyalan TNF-α pada ketahanan hidup sel tersebut. Dengan demikian tujuan penelitian ini untuk medeteksi TNF-a pada conditioned medium sel punca tali pusat dan menganalisis dampak pemberian conditioned medium terhadap ekspresi dan persinyalan TNF-a yang mempengaruhi ketahanan hidup sel glioblastoma multiforme. METODE: Dilakukan kultur sel glioblastoma T98G dengan DMEM komplit hingga subkonfluen. Kemudian sel punca tali pusat dikultur dengan medium aMEM komplit hingga subkonfluen. Setelah subkonfluen medium sel punca tali pusat diganti dengan medium aMEM tanpa serum untuk membuat conditioned medium (CM) dan diinkubasi selama 24 jam. Level TNF-a dianalisis dengan tehnik ELISA pada conditioned medium tersebut. CM dibuat dengan konsentrasi 50% (v/v) yang diberikan pada sel glioblstoma T98G. Setelah 24 jam, sel T98G diekstraksi untuk isolasi RNA dan protein. RNA total diperoleh dengan menggunakan reagen TriPure dan ekspresi mRNA TNFR1, TNFR2, TRAF2, dan NFκB dianalisis dengan qRT-PCR menggunakan reagen Sensifast SYBR NO ROX kit. Analisis ekspresi relatif menggunakan rumus Livak. Penghitungan kadar protein TNFR2 menggunakan metode sandwich ELISA. Ketahanan hidup sel yang dianalisis dengan menggunakan Trypan Blue. Analisa statistik menggunakan uji t independen dengan software SPSS 23. HASIL: TNF-α terdeteksi pada conditioned medium sebesar 4,4 pg/ml. Ekspresi relatif mRNA TNFR1 meningkat 1,4 kali (p=0,038), ekspresi realtif mRNA TNFR2 meningkat 4,9 kali (p=0,001), ekspresi relatif mRNA TRAF2 meningkat 5,5 kali (p=0,00), dan ekspresi relatif mRNA NFκB meningkat 1,8 kali (p=0,001) dari kontrol. Konsentrasi TNFR2 pada sel T98G yang diinduksi CM (11,2 pg/mg protein) meningkat 1,4 kali dibandingkan kontrol (7,7 pg/mg protein). Terdapat peningkatan proliferasi sel glioblastoma multiforme 1,7 kali pada sel T98G dengan pemberian CM dibandingkan dengan kontrol (p=0,002). KESIMPULAN: Conditioned medium sel punca tali pusat meningkatkan ekspresi pensinyalan TNF-α yang mempengaruhi ketahanan hidup sel GBM T98G.
Glioblastoma multiforme is a malignant primry brain tumor which is aggressive and invasive. Tumor microenvironment contained cytokines and chemokines produced by MSCs stomal cells, could affect cell growth, proliferation, cell survival and apoptosis. One of the proinflammatory cytokines found in CM UCSCs is TNF a. On previous studies glioblastoma multiforme cells treated conditioned medium umbilical cord mesenchymal stem cell showed higher cell survival, but it was not known yet how the TNF a signaling affected these proliferations. Thus the purpose of this study was to detect TNF-a in the conditioned medium umbilical cord mesenchymal stem cell and to analyze the impact of the conditioned medium on the expression and cell survival of glioblastoma multiforme cells through TNF-α signaling. METHODS: Gliolblastoma multiforme T98G cells were cultured with complete DMEM high glucose until subconfluence. Then umbilical cord derived mesenchymal stem cells (UCSCs) were cultured on the αMEM medium complete with serum until subconfluence. Then UCSCs medium is replaced with the αMEM medium to make conditioned medium for 24 hours. TNF α was detected in CM UCSC by ELISA. CM UCSCs concentration is 50% (v/v) to treat T98G cells. After 24 hours, T98G cells was extracted for RNA and protein. RNA samples were extracted using TriPure reagents and mRNA expressions TNFR1, TNFR2, TRAF2, and NFκB were calculated by qRT PCR with SYBR NO ROX kit. Analysis of relative expressions mRNA using the Livak formula. Protein levels TNFR2 was measured using sandwich ELISA. Cell survival was analyzed by Trypan Blue Exclucion Test. Statistics analysis using student t test and PASW 23. RESULT: TNF-α level detected in CM-UCSCs was 4,4 pg/ml. The relative expression of mRNA TNFR1 higher 1.4 fold (p=0.038), mRNA TNFR2 higher 4.9 fold (p = 0.001), mRNA TRAF2 higher 5.5 fold (p=0,000), and mRNA NFκB higher 1.8 fold (p=0,001) to control. Protein TNFR2 in CM treated cells (11.5 pg/mg protein) was higher 1.4 fold to control (7.7 pg/mg protein). There was increase of proliferation T98G cells higher 1,7 fold to control (p = 0.002). CONCLUSION: Conditioned medium umbilical cord derived mesenchymal stem cells (CM UCSCs) have increased the expression of TNF-α signaling for T98G glioblastoma multiforme cell survival."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emmanuella Gayatri Untoro
"Latar belakang: Tujuan dari perawatan pulpa gigi adalah terjadinya regenerasi. Sel punca mampu menghasilkan sekretom yang mengandung growth factor bila dibiakkan pada suatu medium. Hal ini membawa perubahan pada terapi berbasis sel menjadi terapi dengan menggunakan sekretom dari sel punca.
Tujuan: Menganalisis potensi CMWJ terhadap proliferasi sel fibroblas dalam berbagai konsentrasi.
Metode: Sel fibroblas setelah starvasi dibiakkan dalam CMWJ konsentrasi 12,5; 25 dan 50 . Setelah 2 hari sel fibroblas dihitung menggunakan alat hitung sel otomatis.
Hasil: Terdapat perbedaan bermakna p le;0,05 jumlah sel pada kelompok 12,5 dan 50.
Kesimpulan: konsentrasi 12,5 CMWJ memiliki potensi terbesar terhadap proliferasi sel fibroblas.

Background: The goal of dental pulp treatment is regeneration instead of repair. Stem cells from Wharton's Jelly umbilical cord can secrete growth factors in cultured medium. These secretome may open future therapeutic options for cell free based therapies.
Objectives: This study was performed to evaluate potency of CMWJ in improving serum starved fibroblast.
Methods: A quasi experimental design was done in serum starved fibroblasts. After cultured in 12.5 25 and 50 concentration of CMWJ for 48 hours, the proliferation was measured by using automatic cell count machine.
Result: Cultivation of serum starved fibroblasts showed elevation of proliferation in 12,5 concentration of WJMSCs CM compared with 50 concentration, in significant result were shown p le 0,05.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faris
"Bradiaritmia seperti total AV blok dan disfungsi nodus SA (NSA) memerlukan alat pacu jantung permanen (APJP), namun APJP memiliki potensi komplikasi akut dan jangka panjang. Sel punca mesenkimal (SPM) dapat mengatasi kerusakan nodus sinoatrial (NSA) dan nodus atrioventrikel (NAV), namun transplantasi SPM secara langsung pada hewan model memiliki angka keberhasilan rendah. Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan sel punca yang telah terdiferensiasi menjadi pacemaker-like cell seperti sel NSA atau NVA sehingga siap ditransplantasikan ke area disfungsi atau blokade. Penelitian ini bertujuan untuk mendiferensiasi SPM asal jaringan adiposa (SPMA) menjadi pacemaker-like cells. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dan dilakukan pada bulan Februari 2022 sampai Maret 2023 di IMERI-FKUI. Terdapat 5 kelompok penelitian, yaitu: 1) kultur SPMA tanpa intervensi (kontrol), 2) kultur SPMA yang didiferensiasi menjadi kardiomiosit, 3) kultur SPMA yang didiferensiasi menjadi kardiomiosit dan ditransfeksi gen Tbx3 (TBX), 4) kultur SPMA yang didiferensiasi menjadi kardiomiosit dan diberikan small molecules SB431542, serta 5) kultur SPMA yang didiferensiasi menjadi kardiomiosit, ditransfeksi gen Tbx3 dan diberikan small molecule SB431542 (TBX+SM). Pemeriksaan ekspresi gen penanda pacemaker-like cells (Tbx3, Cx30, Cx40, Cx43, HCN1, HCN3, HCN4, dan KCNN4) menggunakan metode qRT-PCR pada kelompok TBX, SM, dan TBX+SM menunjukkan peningkatan ekspresi gen Tbx3, Cx30, HCN1, HCN3, HCN4 dan KCNN4 yang berbeda bermakna terhadap kelompok kardiomiosit (p ≤ 0,001) sedangkan penurunan ekspresi gen Cx40 dan Cx43 berbeda bermakna dibandingkan kelompok kardiomiosit (p < 0,001). Eskpresi protein Tbx3 dan Cx30 menggunakan ELISA pada kelompok TBX, SM, dan TBX+SM berbeda bermakna terhadap kelompok kardiomiosit (p ≤ 0,001). Gambaran ekspresi protein Tbx3 dan Cx30 menggunakan metode imunofluoresensi menunjukkan pendaran positif pada kelompok TBX, SM, dan TBX+SM. Morfologi elektrofisiologis dengan patch clamp menunjukkan gambaran potensial aksi khas pacemaker-like cells pada kelompok TBX, SM, dan TBX+SM dinilai dari rasio action potential duration90/action potential duration50 (APD90/APD50). Disimpulkan transfeksi gen Tbx3, pemberian small molecules SB431542, dan kombinasi keduanya mampu mendiferensiasikan SPMA menjadi pacemaker-like cells.

Bradyarrhythmias, such as total AV block and SA node dysfunction, require a permanent pacemaker (PPM); however, PPM has the potential for acute and long-term complications. Mesenchymal stem cells (MSC’s) can repair damaged sinoatrial (SAN) and atrioventricular (AVN) nodes; however, transplantation of MSCs into animal models has a low success rate. To overcome this problem, it is necessary to have stem cells that differentiate into pacemaker-like cells, such as SAN or AVN cells, so that they can be transplanted to areas of dysfunction or blockage. This study aimed to differentiate MSC’s from adipose tissue (AMSC) into pacemaker-like cells. This study used an experimental design and was conducted from February 2023 to March 2023 at the IMERI-FKUI. There were five study groups, namely:1) AMSC cultures without intervention (control), 2) AMSC cultures that differentiated into cardiomyocytes, 3) AMSC cultures that differentiated into cardiomyocytes and transfected with the Tbx3 (TBX) gene, 4) AMSC cultures that differentiated into cardiomyocytes and administered SB431542, and 5) AMSC culture, which differentiated into cardiomyocytes, were transfected with the Tbx3 gene and administered SB431542 (TBX+SM). RT-qPCR expression of pacemaker-like cell marker genes (Tbx3, Cx30, Cx40, Cx43, HCN1, HCN3, HCN4, and KCNN4) in the TBX, SM, and TBX+SM groups showed increased expression of Tbx3, Cx30, and HCN1., HCN3, HCN4, and KCNN4, which differed significantly in the cardiomyocyte group (p ≤ 0.001), whereas the decrease in Cx40 and Cx43 gene expression was significantly different compared to that in the cardiomyocyte group (p < 0.001). ELISA of Tbx3 and Cx30 protein expression in the TBX, SM, and TBX+SM groups was significantly different from that in the cardiomyocyte group (p ≤ 0.001). Immunofluorescence analysis of Tbx3 and Cx30 protein expression showed a positive correlation in the TBX, SM, and TBX+SM groups. The electrophysiological morphology with the patch clamp showed a typical action potential picture of pacemaker-like cells in the TBX, SM, and TBX+SM groups, as assessed by the ratio of action potential duration90/action potential duration50 (APD90/APD50). It was concluded that transfection of the Tbx3 gene, administration of the small molecule SB431542, and a combination of both could differentiate SPMA into pacemaker-like cells."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Ngadiono
"Pendahuluan: Ekspresi berlebih suatu molekul bernama survivin dapat mencegah terjadinya apoptosis dengan menghambat caspase 9 dan mempertahankan keganasan pada sel glioblastoma. Penggunaan secretome sel punca tali pusat dapat mencegah perkembangan glioblastoma meskipun penggunaanya masih kontroversial. Untuk menguji efektifitas apoptosis secretome sel punca tali pusat pada glioblastoma, dapat dilakukan pengukuran survivin dan caspase 9 yang merupakan komponen penting pada jalur apoptosis intrinsik. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh sekretom sel punca tali pusat terhadap ekspresi survivin dan caspase9 sebagai molekul yang mempengaruhi pertumbuhan glioblastoma
Metode: Desain eksperimental in vitro dengan menggunakan galur sel glioblastoma T98G. Conditioned medium (CM) yang mengandung secretome sel punca tali pusat diperoleh dari medium sel punca  tali pusat yang dikultur selama 24 jam dengan  Î±MEM yang tidak mengandung serum. CM diencerkan 2 kali  dengan  medium tinggi glukosa Dulbecco's Modified Eagle Medium (DMEM) (50% konsentrasi). Perlakuan Sel glioblastoma T98G yang diberikan CM 50% dilakukan selama 24 jam, kemudian dilakukan ekstraksi RNA total dari sel T98G tersebut. RNA total digunakan untuk analisis ekspresi gen dengan menggunakan real-time quantitative reverse transcription polymerase chain reaction (qRT-PCR). Metode Livak dilakukan untuk menghitung ekspresi relatif  caspase 9 dan survivin dengan 18srRNA sebagai gen referensi.

Hasil: Ekspresi mRNA survivin meningkat 3.5 kali (p=0.002) dan ekspresi mRNA caspase 9 meningkat 1.6 kali (p=0.017) pada sel T98G yang diberikan CM50% dibandingkan sampel kontrol.
Kesimpulan : CM  sel punca pada tali pusat meningkatkan ekspresi survivin dan caspase 9 pada sel glioblastoma T98G. Penelitian selanjutnya diperlukan untuk mengetahui pengaruh peningkatan ekspresi gen tersebut terhadap proliferasi sel glioblastoma serta mekanisme molekulernya.

Introduction: Aberrant expression of a molecule called survivin has been suspected to prevent apoptosis by indirectly inhibits a critical apoptosis enzyme called caspase 9, maintaining tumorigenicity of glioblastoma. Umbilical cord mesenchymal stem cells (UCMSC) has been discovered to inhibit glioblastoma growth but its usage is still controversial. To measure the apoptosis effectiveness of UCMSC-CM secretome against glioblastoma, measuring survivin and caspase 9, as essential components in intrinsic apoptosis pathway, are required. Therefore, this research aims to analyze the effect of UCMSC-CM against survivin and caspase 9 expression as the molecules that affect the growth of glioblastoma.
Method: In vitro experimental design by using glioblastoma cell line T98G. Conditioned medium (CM) which contain umbilical cord mesenchymal stem cell (UCMSC) secretome was obtained from UCMSC-CM that was cultured for 24 hours with αMEM that does not contain serum. CM was diluted twice with high glucose Dulbecco’s Modified Eagle Medium (DMEM) (50% concentration). The treatment of T98G glioblastoma cell, that had been exposed to 50% CM, was performed for 24 hours, then total RNA extraction was carried out from the T98G cells. Total RNA was used to analyze genetic expression by using real-time quantitative reverse transcription polymerase chain reaction (qRT-PCR). Livak’s method was used to calculate relative expression of Survivin and Caspase 9 expression with 18srRNA as reference gene.
Results: Survivin mRNA expression increased 3.5-fold (p=0.002) while caspase 9 mRNA expression increased 1.6-fold (p=0.017) in T98G cell that was given CM50% compared with control sample.
Conclusion: UCMSC-CM increases survivin and caspase 9 expression in glioblastoma T98G cells. Future researches are required to identify the effect of the elevated genetic expressions against glioblastoma cell proliferation as well as their molecular mechanisms.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edward Christopher Yo
"Pendahuluan: Sejumlah penelitian menunjukkan potensi sel punca mesenkimal untuk
terapi pada glioblastoma multiforme (GBM), namun kajian terbaru menunjukkan bahwa
efek terapeutik utamanya terdapat pada sekretomnya. Salah satu komponen pada
sekretom sel punca mesenkimal adalah TNF-related apoptosis-inducing ligand (TRAIL).
TRAIL dapat menyebabkan kematian sel kanker jika berikatan dengan reseptor
agonis/death receptor-4 (DR4), namun kehilangan fungsinya jika berikatan dengan
reseptor antagonis/decoy receptor-1 (DcR1). Studi ini bertujuan untuk mempelajari
pengaruh sekretom sel punca mesenkimal terhadap tingkat ekspresi DR4 dan DcR1 pada
sel glioblastoma multiforme (GBM).
Metode: Conditioned medium (CM) yang mengandung sekretom disiapkan dengan cara
menumbuhkan sel punca mesenkimal tali pusat dalam serum-free aMEM selama 24 jam.
Setelah itu, sel glioblastoma T98G dikultur bersamaan dengan CM selama 24 jam.
Quantitative real time polymerase chain reaction (qRT-PCR) digunakan untuk mengukur
tingkat ekspresi mRNA dari DR4 dan DcR1. Student’s t-test dengan aplikasi IBM SPSS
digunakan untuk perhitungan statistik.
Hasil: Ekspresi mRNA DR4 dan DcR1 meningkat pada sel GBM yang dikultur dengan
CM dibandingkan kontrol, namun ekspresi DcR1 jauh lebih tinggi (1368.5-kali)
dibandingkan ekspresi dari DR4 (3.5-kali). Melalui perhitungan statistik, seluruh hasil
yang ditemukan terbukti signifikan (P < 0.05 untuk semua angka).
Kesimpulan: Ekspresi DR4 pada sel GBM yang dikultur dengan sekretom sel punca
mesenkimal dalam CM jauh lebih rendah dibandingkan dengan ekspresi DcR1. Temuan
tersebut menandakan bahwa terapi pengobatan kanker khususnya GBM menggunakan
sekretom sel punca mesenkimal belum tentu efektif dan perlu dievaluasi kembali.
Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mempelajari mekanisme dari peningkatan pesat
reseptor antagonis TRAIL dalam studi kami beserta efeknya terhadap perkembangan
kanker dan GBM.

Introduction: Mesenchymal stem cell-based therapy has been proposed to treat
glioblastoma multiforme (GBM), but recent evidence has pointed to its secreted factors
– the secretome – as the main therapeutic substance. One of the secreted factors is TNFrelated
apoptosis-inducing ligand (TRAIL), which promotes cancer cell death when
bound to its agonistic receptor/death receptor-4 (DR4) on the cell surface but becomes
dysfunctional when bound to antagonistic receptor/decoy receptor-1 (DcR1). This study
aims to analyze glioblastoma multiforme (GBM) cell’s expression level of DR4 and
DcR1 following treatment with MSCs secretome.
Methods: Conditioned medium of umbilical cord-derived MSCs (UCSC-CM) was
generated by culturing the cells on serum-free aMEM for 24 hours. Following this,
Human GBM T98G cells were treated with UCSC-CM for another 24 hours. Quantitative
RT-PCR was then performed to measure mRNA expression of DR4 and DcR1. Finally,
data analysis was carried out using Student’s t-test using IBM SPSS Statistics software.
Results: Both mRNA expression of DR4 and DcR1 increased in CM-treated cells
compared to control, but DcR1 expression level was higher (1368.5-fold) than that of
DR4 (3.5-fold). The result was statistically significant (P < 0.05 for all values).
Conclusion: Expression of DR4 in GBM cell was significantly lower than that of DcR1
following UCSC-CM treatment, suggesting that MSC secretome-based therapy for
cancer could actually be less effective than claimed. Further research is needed to clarify
the mechanism behind the sharp rise in TRAIL antagonistic receptor expression and its
effect on GBM progression.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Abdullah
"Isolasi sel punca mesenkimal (SPM) dari darah perifer (DP) menutupi kekurangan yang ditemukan pada isolasi dari sumsum tulang (ST). Jumlah darah yang banyak dapat diperoleh dari sirkulasi perifer dan teknik pengambilannya lebih tidak traumatik dibandingkan pengambilan dari sumsum tulang. Namun, jumlahnya sedikit di dalam darah. Diperlukan suatu kondisi untuk meningkatkan hasil isolasi dari darah perifer. Restriksi kalori meningkatkan kemampuan self-renewal dari sel punca intestinal, sel punca otot dan regenerasi saraf, menjaga kemampuan regenerasi jangka panjang pada sel punca hematopoetik. Belum terdapat penelitian yang mempelajari efek intermittent atau prolonged fasting pada SPM darah perifer dan sumsum tulang, maka diperlukan penelitian untuk mempelajari efek fasting terhadap kemampuan proliferasi dan diferensiasi SPM. Penelitian ini menggunakan kelinci (n=27) yang dibagi menjadi tiga kelompok; setiap kelompok terdiri dari 9 kelinci. Kelompok pertama sebagai kontrol diberikan makan dan minum ad lib. Kelompok kedua mendapat perlakuan intermittent fasting (7 siklus), dan kelompok ketiga mendapat perlakuan prolonged fasting (4 siklus). Sampel diambil dari darah perifer dan sumsum tulang femur. Dilakukan isolasi kultur untuk menilai kemampuan proliferasi (waktu konfluensi dan jumlah sel) dan diferensiasi (kualitatif dan kuantifikasi) dari masing-masing kelompok sampel. Sel punca mesenkimal pada ketiga kelompok penelitian mampu diisolasi, berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi osteoblas. Persentasi keberhasilan kultur primer dari kelompok kontrol: DP 14.28%, dan ST 28.57%; kelompok IF: DP 44.44% dan ST 33.33%; dan kelompok PF: DP 55.55%, dan ST 44.44%. Rerata waktu konfluensi kelompok kontrol: DP 17 hari dan ST 31 hari; kelompok IF: DP 15 hari dan ST 26 hari; dan kelompok PF: DP 15.6 hari dan ST 20 hari (DP p=0.592, dan ST p=0.408). Rerata jumlah sel konfluensi kelompok kontrol: DP 108 x103/mL dan ST 274 x103/mL; kelompok IF: DP 182 x103/mL dan ST 115.3 x103/mL ; dan kelompok PF: DP 65.6 x103/mL dan 139 x103/mL ST (DP p=0.282 dan ST p=0.502). Rerata kuantifikasi optik densitometri pada diferensiasi osteoblas kelompok kontrol: DP 0.154 OD dan ST 0.169 OD; kelompok IF: DP 0.240 OD dan ST 0.207 OD; dan, kelompok PF: DP 0.157 OD dan ST 0.167 OD (DP p=0.044 dan ST p=0.074). Uji posthoc kuantifikasi optik densitometri diferensiasi osteoblas didapatkan perbedaan bermakna pada kelompok IF DP (p=0.046). Perlakuan intermittent dan prolonged fasting memiliki efek dalam meningkatkan ekspansi SPM ke darah perifer. Kuantifikasi diferensiasi osteoblas SPM-DP perlakuan IF lebih tinggi dibandingkan kontrol. Diharapkan ada penelitian lanjutan yang mengevaluasi efek intermittent fasting pada sampel darah perifer manusia terhadap kemampuan SPM dalam hal ekspansi, proliferasi dan diferensiasi menjadi osteoblas.

Isolation of mesenchymal stem cells (MSC) from peripheral blood (PB) was considered giving more advantages compared to isolation from bone marrow (BM). Large amounts of blood can be taken from peripheral circulation by less invasive extraction technique than BM. However, MSC isolated from PB can only be achieved in a small amount. Some conditioning of the subjects are needed in order to improve the isolation products from PB. Calorie restriction increases the self-renewal ability of intestinal stem cells, muscle stem cells and nerve regeneration, and maintain the long-term regeneration ability of hematopoietic stem cells. There has not been any studies that explore the effects of intermittent or prolonged fasting on MSC of PB and BM. The aim of this study is investigating the effect of fasting on the ability of MSC proliferation and differentiation. This study used rabbits (n = 27) which were divided into three groups; each group consists of 9 rabbits. The first group as a control was given food and drink ad lib. The second group received intermittent fasting (7 cycles), and the third group received prolonged fasting (4 cycles). Samples were taken from the peripheral blood and femoral bone marrow. Culture isolation was performed to assess the proliferation (confluency time and cells number) and differentiation (qualitative and quantitative) abilities of each sample group. Mesenchymal stem cells in all groups were able to be isolated, proliferate and differentiate to osteoblast. The successful rate of primary culture from control group: PB 14.28% and BM 28.57%; IF group: PB 44.44% and BM 33.33%; and PF group: PB 55.55% and BM 44.44%. The mean of confluence time from control group: PB 17 days and BM 31 days; IF group: PB 15 days and BM 26 days; and PF group: DP 15.6 days and ST 20 days (PB p=0.592, and BM p=0.408). The mean of confluence cells number: PB 108 x103/mL and BM 274 x103/mL; IF group: PB 182 x103/mL and BM 115.3 x103/mL ; and PF group: PB 65.6 x103/mL and 139 x103/mL ST (PB p=0.282 and BM p=0.502). The mean of optical densitometry quantification from osteoblast differentiation in control group: : PB 0.154 OD and BM 0.169 OD; IF group: PB 0.240 OD and BM 0.207 OD; and, PF group: PB 0.157 OD and BM 0.167 OD (PB p=0.044 dan BM p=0.074). Posthoc analyis from optical densitometry quantification of osteoblast differentiation showed significant difference on IF PB group (p=0.046). Intermittent and prolonged fasting treatment gave increasing effect of MSC expansion into peripheral blood. MSC-PB osteoblast differentiation quantification was higher in IF treatment compared to control. It is hoped that further studies will evaluate the effect of intermittent fasting on human peripheral blood samples in the ability of SPM in terms of expansion, proliferation and differentiation into osteoblasts. We suggest that there will be further studies conducted to evaluate the effect of intermittent fasting on the ability of MSC's expansion, proliferation, and differentiation into osteoblasts from human peripheral blood samples."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Gunawan
"Sel punca mesenkim (mesenchymal stem cells, MSC) merupakan turunan mesenkim yang dapat menghasilkan sejumlah turunan yang berbeda dan kemampuan untuk memperbarui diri, sehingga banyak digunakan dalam penelitian berbagai penyakit, termasuk penyakit sistem saraf pusat. Hingga saat ini, belum ada penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh sel punca terhadap dinding pembuluh darah normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah injeksi stem sel yang berasal dari bone marrow (bone marrow mesenchymal stem cells, BMMSC) tidak akan mengganggu struktur pembuluh darah sehat. Penelitian eksperimental yang menggunakan tikus Wistar laki-laki, berumur 20 - 24 minggu, dan normotensi yang diinjeksikan BMMSC dengan dosis 106 sel (kelompok A, 10 tikus), 3 x 106 sel (kelompok B, 12 tikus), dan kontrol (kelompok C, 12 tikus) secara intravena. Dua minggu setelah injeksi BMMSC, jaringan otak tikus, yaitu arteri serebri anterior (ACA) dan arteri serebral media (MCA) diperiksa secara histopatologi untuk mengukur diameter lumen, luas lumen, tebal dan luas tunika medika, dan tunika intima dievaluasi antarkelompok. Diameter lumen, luas lumen, ketebalan dan luas dari tunika muskularis dari ACA tidak signifikan berbeda bermakna antarkelompok (p > 0,05). Hasil sama didapatkan pada histopatologi MCA, dimana variabel diameter lumen, luas lumen, ketebalan dan luas tunika muskularis (p > 0,05). Studi ini tidak mendapatkan hiperplasia tunika intima dari arteri intrakranial antarkelompok. Pemberian BMMSC secara intravena pada tikus normotensi tidak membuat perbedaan bermakna pada diameter lumen, luas lumen, ketebalan tunika muskularis, luas tunika muskularis, dan adanya hiperplasia tunika intima pada struktur arteri intrakranial dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Mesenchymal stem cells (MSC) are mesenchymal derivatives with ability to produce different cells and have self-renewal property, so they are used in many degenerative diseases studies, including neurological diseases. Until now, there is no study which figure out the impact of stem cell to normal vascular wall yet. This study aims to investigate the effect of intravenous bone marrow mesenchymal stem cells (BMMSC) administration to intracranial artery in normotensive rats. An experimental study using normotensive, 20 - 24 weeks, male Wistar rats, which were injected BMMSC doses of 106 cells (group A, 10 rats), 3 x 106 cells (group B, 12 rats), and control (group C, 12 rats) intravenously. Two weeks after BMMSC injection, the rats were sacrificed, then anterior cerebral artery and middle cerebral artery were evaluated histopathologically for lumen diameter, lumen area, thickness and area of tunica muscularis, and tunica intima were evaluated between groups. The lumen diameter, lumen area, thickness and area of tunica muscularis of ACA were not significantly different between groups (p > 0.05). The similar results were also found in the middle MCA histopathology, which was no significant difference of lumen diameter, lumen area, thickness and area of tunica muscularis between groups (p>0.05). This study didnt find hyperplasia of tunica intima of intracranial arteries between groups. Intravenous administration of BMMSC in normotensive rats didnt make significant differences in lumen diameter, lumen area, thickness of tunica muscularis, area of tunica muscularis, and presence of tunica intima hyperplasia of the intracranial artery structure compared to control group."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>