Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Melia
"Kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan dapat mempengaruhi asupan makanan seseorang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan kehilangan gigi dan pemakaian gigi tiruan terhadap status nutrisi. Penelitian dilakukan dengan metode potong lintang pada 129 subjek berusia 34-80 tahun. Subjek diperiksa kehilangan giginya kemudian diwawancara menggunakan kuesioner Mini Nutritional Assessment (MNA). Data dianalisis menggunakan piranti lunak statistik. Hasil uji analisis chi-square menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara kehilangan gigi dan status nutrisi (p=0,712) dan antara pemakaian gigi tiruan dan status nutrisi (p=0,252). Ditemukan hubungan bermakna antara usia dan status nutrisi, tingkat pendidikan dan status nutrisi, serta usia dan pemakaian gigi tiruan.
Teeth loss and denture wearing can affect a person's food intake. The purpose of this study was to analyze the relation of tooth loss and denture wearing on nutritional status. The study was conducted with a cross-sectional method on 129 subjects aged 34-80 years. Subjects had their teeth checked and interviewed using Mini Nutritional Assessment (MNA) questionnaire. Data was analyzed using statistical software. The result of chi-square analysis showed no significant relation between tooth loss and nutritional status (p = 0.712) and between denture wearing and nutritional status (p = 0.252). Relation was found between age and nutritional status, educational level and nutritional status, and the age and denture wearing."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patcharaphol Samnieng
"To analyze the relationship of nutritional status with oral health status among visual impairment. The subjects were 146
elderly people (70 males and 76 females) aged 20-72 years (mean 48.8±6.2 years), Phitsanulok, Thailand. Mini
Nutritional Assessment (MNA) questionnaires were administered. Oral examinations investigated the number of present
teeth, DMFT and Functional Tooth Units (FTUs). According to the MNA score, 44.5% of subjects were categorized as
normal nutrition, 47.3% as questionable, and 8.2% as malnutrition. The mean numbers of present teeth and FTUs were
17.8±6.9 and 6.9±3.2, respectively. Subjects with malnutrition had lower numbers of present teeth (10.7±1.4) and FTUs
(4.3±1.7) than those with normal nutrition (20.2±0.7 and 12.3±0.5) (p≤0.05). Nutritional status of visual impaired Thai
was associated with mean numbers of present teeth and FTUs. Keeping many natural teeth or having appropriate
numbers of FTUs by replacing missing teeth with dentures would prevention malnutrition.
Hubungan antara Status Gizi dan Status Kesehatan Mulut Penderita Kebutaan. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan antara status gizi dan status kesehatan mulut penderita kebutaan. Subjek penelitiannya adalah
146 orang lansia (70 orang pria dan 76 orang wanita) berumur 20-72 tahun (rata-rata 48,8±6,2 tahun) di Phitsanulok,
Thailand. Kuesioner Mini Nutritional Assessment (MNA) digunakan dalam penelitian ini. Pengecekan rongga mulut
dilakukan untuk mengetahui jumlah gigi, DMFT dan Functional Tooth Units (FTU). Berdasarkan hasil MNA, 44,5%
subjek penelitian masuk dalam kategori gizi baik, 47,3% masuk dalam kategori gizi kurang, dan 8,2% masuk dalam
kategori gizi buruk. Nilai rata-rata jumlah gigi adalah 17,8±6,9 sedangkan nilai rata-rata FTU adalah 6,9±3,2. Subjek
penelitian yang menderita gizi buruk memilikki jumlah gigi yang lebih sedikit (10,7±1,4) dan FTU (4,3±1,7)
dibandingkan dengan mereka yang bergizi baik (20,2±0,7 dan 12,3±0,5) (p≤0,05). Status gizi penderita kebutaan di
Thailand dihubungkan dengan nilai rata-rata jumlah gigi dan FTU. Gizi buruk dapat dicegah dengan cara
mempertahankan jumlah gigi asli sebanyak mungkin atau dengan mempertahankan jumlah FTU yang mencukupi. Hal
ini dilakukan dengan cara mengganti gigi yang hilang dengan gigi palsu."
Naresuan University. Faculty of Dentistry, 2015
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Afiyah
"ABSTRAK
Latar Belakang. Lansia merupakan kelompok yang berisiko tinggi untuk terjadinya malnutrisi. Selain merupakan akibat dari penyakit yang diderita, malnutrisi pada lansia juga menjadi penyebab tingginya angka kesakitan pada lansia. Mengingat hal tersebut diperlukan suatu instrumen yang sahih dan dapat diandalkan untuk menilai status gizi lansia yang tinggal di komunitas.Tujuan. Mendapatkan kuesioner MNA-SF berbahasa Indonesia yang sahih dan andal untuk digunakan oleh kader posbindu untuk menapis status gizi lansia di komunitas.Metodologi. Responden berusia ge;60 tahun yang datang ke posbindu menjalani wawancara oleh ahli gizi dan kader posbindu. Wawancara ulang oleh kader posbindu dilakukan satu sampai dua minggu kemudian. Selanjutnya dihitung korelasi antara skor total MNA dengan MNA-SF, skor total MNA-SF pemeriksaan pertama dan kedua, ICC intraclass correlation coefficient MNA-SF hasil penilaian ahli gizi dan penilaian kader serta cronbach rsquo;? MNA-SF.Hasil. Penelitian diikuti oleh 92 responden dengan median usia 67 tahun. Korelasi sedang didapatkan antara skor total MNA-SF IMT indeks massa tubuh penilaian kader dengan skor total MNA r=0,491;p

ABSTRACT
Background. Eldery is highly succeptible group to suffer from malnutrition. Malnutrition in elderly can be the result of disease that they suffered from. It also become the cause of high morbidity. Along with that matter, we need a valid and reliable instrument to assess nutritional status among community dwelling elderly.Objective. To a get valid and reliable Indonesian MNA SF to be used by social workers to screen nutritional status in community dwelling elderly.Methodology. Respondents aged ge 60 years old who came to ldquo posbindu rdquo were interviewed by nutritionist by using MNA. The interview then continued by social workers by using Indonesian MNA SF. Re interview by social workers was held 1 2 weeks later. After data were collected we calculate corellation between MNA and MNA SF total score, MNA SF total score in the first and second examination and cronbach rsquo s .Result. Ninety two respondents were included in this study. Median age was 67 years old. Moderate corellation was observed between BMI Body Mass Index MNA SF total score assessed by social workers and MNA total score r 0.491 p"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rifka Dennisa
"Latar Belakang: Kehilangan gigi dapat menyebabkan terganggunya fungsi mastikasi sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi pralansia dan lansia. Pemakaian gigi tiruan dapat mengembalikan fungsi gigi yang hilang sehingga diharapkan dapat meningkatkan status nutrisi. Keberhasilan perawatan gigi tiruan selain dipengaruhi oleh penilaian dokter gigi juga dipengaruhi oleh penilaian pasien. Penilaian dari pasien diukur oleh tingkat kepuasaan pasien. Faktor yang mempengaruhi kepuasaan pasien diantaranya adalah fungsi mastikasi yang berpengaruh pada status nutrisi pasien.
Tujuan: Menganalisis hubungan kepuasan pemakaian gigi tiruan lepasan menggunakan kuesioner Turker’s patient’s perceptions-ID dengan status nutrisi menggunakan kuesioner Mini Nutritional Assessment- Short Form (MNA-SF) pada pralansia dan lansia. Menganalisis pengaruh faktor usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis gigi tiruan lepasan, klasifikasi Eichner, dan lama pemakaian gigi tiruan lepasan terhadap tingkat kepuasan pemakai gigi tiruan dan status nutrisi.
Metode: 88 subjek (27 laki-laki dan 61 perempuan) berusia 45 tahun ke atas berpartisipasi dalam penelitian ini. Dilakukan pencatatan data diri subjek, pemeriksaan rongga mulut, pengukuran berat dan tinggi badan, serta wawancara kuesioner Turker’s patient’s perceptions-ID dan MNA-SF.
Hasil penelitian: Tingkat kepuasan pemakai gigi tiruan lepasan memiliki hubungan bermakna dengan status nutrisi pada pralansia dan lansia (p < 0,05). Kepuasan pasien dan status nutrisi memiliki hubungan bermakna dengan usia, tingkat pendidikan, jenis gigi tiruan lepasan dan klasifikasi Eichner.
Kesimpulan: Semakin tinggi tingkat kepuasan pasien terhadap gigi tiruan lepasanya maka akan semakin baik tingkat status nutrisinya.

Background: Tooth loss can cause disruption of mastication and may affect the nutritional status of pre-elderly and elderly. Denture wearing can improve tooth function so it may improve patient’s nutrition. The success of denture treatment is not only influenced by the assessment of the dentist but also influenced by the assessment of the patient. Patient assessment is measured by the level of patient satisfaction. Mastication is one of factors that influence patient satisfaction which can affects patients nutritional status.
Objective: The aim of this study is to analyze the relationship between satisfaction of removable denture using the Turker's patient's perceptions-ID questionnaire and nutritional status using the MNA-SF questionnaire in the elderly, and analyze the influence of age, gender, education level, type of removable denture, Eichner classification, duration of using removable dentures to denture satisfaction level and nutritional status.
Method: 88 subjects (27 male and 61 female) aged 45 years and older were included in the study. Subjects personal data, oral examination, weight and height measurement were obtained, and interview for Turker’s patient’s perceptions-ID and MNA-SF were conducted.
Results: The level of satisfaction of removable denture users had a significant relationship with nutritional status in elderly (p <0.05). Patient satisfaction and nutritional status have a significant relationship with age, level of education, type of removable denture and tooth loss based on Eichner's classification.
Conclusion: The better level of patient satisfaction with their removable dentures, the better their nutritional status is.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Kusuma Dewi
"ABSTRAK
Kemampuan oral hygiene dan status oral health mempengaruhi status nutrisi lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kemampuan oral hygiene dan status oral health dengan status nutrisi pada lansia. Desain deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional di PSTW Budi Mulia 02 & 04 DKI Jakarta dengan 93 responden. Instrumen untuk mengukur status nutrisi MNA dan penilaian status oral health dengan OHAT. Responden penelitian ini 65,6% perempuan, kemampuan oral hygiene 54,8% tidak adekuat serta oral health 66,7% tidak sehat dan 68,82% mengalami masalah nutrisi. Ada hubungan yang bermakna antara status oral health dengan status nutrisi (p=0,028) dengan OR 3,104 (1,219-7,907). Kemampuan oral hygiene tidak berhubungan secara langsung dengan status nutrisi (p=0,493) namun, secara tidak langsung status oral health dipengaruhi oleh kemampuan oral hygiene (p=0,046) dengan OR 2,685 (1,105-6,522). Care giver diharapkan melakukan oral hygiene untuk meningkatkan status oral health pada lansia di panti sehingga dapat meningkatkan status nutrisi.

ABSTRACT
Ability of oral hygiene and oral health status influence nutritional status in elderly. This research aims to determine correlation between the ability of oral hygiene and oral health status with nutritional status in elderly. This research uses descriptive correlation design with cross-sectional approach which is applied to 93 elderly from PSTW Budi Mulia 02 & 04 DKI Jakarta. Instrument used to assess nutritional status in this research is MNA and to assess status oral health use OHAT. The research?s respondent is consisted of 65.6% female, 54.8% have inadequate oral hygiene, and 66.7% have unhealthy the oral health status and 68.82% have nutritional problem. There is a correlation between oral health status and nutritional status (p=0,028) with OR 3.104 (1.219-7,907). Besides, result shows that there was no correlation between the ability of oral hygiene and nutritional status (p=0.493), but it proves how oral health status is influenced by the ability of oral hygiene (p=0.046) with OR 2.685 (1.105-6.522). The ability of oral hygiene doesn?t correlate directly to nutritional status but it fairly correlates to oral health status. Care giver in the institution advised to execute the ability of oral hygiene and oral health status in other to improve nutritional status in elderly."
2014
S55300
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Qonita Feria
"Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut serta kemampuan mastikasi terhadap status nutrisi pada lansia. Metode: Penelitian potong lintang yang dilakukan di 9 kegiatan posbindu lansia yang berada di beberapa wilayah di DKI Jakarta. Jumlah subjek lansia ialah sebanyak 177 subjek yang datang ke kegiatan posbindu lansia. Subjek penelitian dilakukan pemeriksaan klinis standar WHO oleh dua orang pemeriksa, pengukuran antropometri BMI, serta wawancara kuesioner Mini Nutritional Assessment MNA dan penilaian kemampuan mastikasi secara subjektif. Hasil: Prevalensi karies pada 177 subjek lansia berusia 60 tahun ke atas sebesar 84,7 dengan nilai DMF-T 13,88. Ditemukan bahwa 56,8 subjek masih memiliki 20 gigi atau lebih dan 50,8 subjek memiliki kemampuan mastikasi yang baik. Didapatkan pula bahwa 58,8 subjek memiliki status nutrisi yang baik berdasarkan MNA dan 47,5 subjek tergolong kelebihan berat badan berdasarkan BMI. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara skor DMF-T, M-T, jumlah gigi yang tersisa, jumlah gigi sehat, dan kemampuan mastikasi dengan status nutrisi berdasarkan MNA, sedangkan skor DMF-T dan jumlah gigi sehat memiliki hubungan yang bermakna dengan status nutrisi berdasarkan BMI. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut dan kemampuan mastikasi self-assessed terhadap status nutrisi pada lansia.
Objective: The aim of this study is to evaluate the association between oral health status and masticatory ability with nutritional status in elderly. Methods: This cross sectional study was performed in 9 community health centers in several regions in Indonesia rsquo s capital, Jakarta. The study population involved 177 independently living elderly aged 60 and above. Assessment of oral health status was carried out by two examiners. Masticatory ability was assessed by interviewing subjects. Nutritional status was assessed by anthropometric measurement BMI and Mini Nutritional Assessment MNA by interview method. Results: The caries prevalence of 177 independent elderly subjects is 84,7 , with a DMF T socre of 13,88. One half of the participants still has 20 teeth or more which corresponds to the number of participants with good masticatory ability 50,8 . According to MNA screening, 58,8 of subjects has normal nutritional status and 47,5 of subjects are overweight according to BMI screening. There was a significant association between DMF T score, amount of tooth loss M T , number of remaining teeth, number of sound teeth, and masticatory ability with nutritional status according to MNA score. DMF T score dan number of sound tooth was also significantly associated with BMI. Conclusion: Oral health status and masticatory ability was associated with nutritional status in elderly."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daisy Supandi
"Latar belakang: Kehilangan dukungan gigi yang melibatkan dukungan oklusal baik pada satu atau kedua sisi rahang merupakan faktor risiko terjadinya Gangguan Sendi Temporomandibula. Tidak adanya dukungan gigi posterior dapat mengganggu mastikasi dan mempengaruhi asupan serta status nutrisi pasien pra lansia dan lansia. Pembuatan gigi tiruan lepasan diharapkan dapat memperbaiki fungsi mastikasi dan merawat gangguan sendi temporomandibula sehingga asupan dan status nutrisi meningkat. Tujuan: Penelitian ini menganalisis pengaruh pemakaian gigi tiruan, gangguan sendi temporomandibula, asupan serta status nutrisi. Metode: Studi kuasi eksperimen pada 28 partisipan (≥45 tahun) dengan kehilangan gigi posterior indeks Eichner B2 sampai C2 yang diambil menggunakan teknik consecutive sampling, kemudian dibuatkan gigi tiruan di Rumah Sakit Gigi Mulut Universitas Indonesia. Pemeriksaan klinis dilakukan dan digunakan DC/ TMD untuk mendiagnosis gangguan sendi temporomandibula, Semi-quantitative Food Frequency Questionnaire (FFQ) digunakan untuk mengukur asupan nutrisi (Kkal), dan Mini Nutritional Assessment Short Form(MNA-SF) digunakan untuk menilai status nutrisi saat sebelum dan setelah 4, 8, dan 12 minggu pemakaian gigi tiruan.Hasil Penelitian: Terdapat pengaruh pada lama pemakaian gigi tiruan terhadap asupan nutrisi pra lansia dan lansia dengan gangguan sendi temporomandibula. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada asupan nutrisi partisipan dengan gangguan sendi temporomandibula dan non gangguan sendi temporomandibula. Uji Repeated ANOVA digunakan untuk mengukur asupan nutrisi seiring dengan lama pemakaian gigi tiruan dan signifikan secara statistik (P<0.05). Terdapat perbedaan bermakna pada status nutrisi antara kelompok gangguan sendi temporomandibula dan non gangguan sendi temporomandibula sebelum pemakaian gigi tiruan. Status nutrisi partisipan signifikan secara statistik pada 4 dan 12 minggu setelah pemakaian gigi tiruan. Kesimpulan: Pemakaian gigi tiruan meningkatkan asupan dan status nutrisi pra lansia dan lansia pasien gangguan sendi temporomandibula.

Background: Missing posterior teeth that resulted in the loss of occlusal support on one or both side of dental arch were found to be risk factors for TMD (Temporomandibular Disorder). Posterior tooth loss can cause disruption of mastication as well as affect nutrition intake and nutritional status of pre-elderly and elderly patients. Denture replacement may improve mastication, as a TMD therapy, and improve nutrition. Objectives: The aim of this study was to analyze the relationship between effect of denture wearing, TMD, nutrition intake, and nutritional status. Methods: Quasi experimental study was conducted on 28 patients (≥45 years old) with missing posterior teeth index Eichner classification B2 until C2 who will be treated with dentures at the Dental Hospital Faculty of Dentistry Universitas Indonesia using a consecutive sampling technique. Oral examination was done. DC/ TMD was used to diagnose Temporomandibular Disorder (TMD), the Semi-quantitative Food Frequency Questionnaire (FFQ) was used to measure nutrition intake (Kcal), and Mini Nutritional Assessment Short Form (MNA-SF) was used to measure nutritional status at baseline and after 4, 8, and 12 weeks of denture wearing. Results: There was significant difference of nutrition intake on TMD groups before and after denture wearing. There is no significant difference between nutrient intake of TMD and non TMDgroups. Repeated ANOVA to measure nutrition intake with period of denture wearing was significant statistically (P<0.05). There was significant difference in nutritional status between TMD and non TMD groups before denture wearing. Nutritional status all subjects was significant statistically at 4 and 12 weeks after denture wearing. Conclusions:Denture wearing improves nutrition intake and nutritional status of pre- elderly and elderly TMD patients."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library