Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wildan Sena Utama
Serpong : CV. Majin Kiri, 2017
327.506 WIL k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zukhrufa Ken Satya Dien
"Kajian ini menjelaskan mengenai peran masyarakat lokal Bandung dalam menyukseskan Konferensi Asia Afrika yang terlaksana selama sepekan. Konferensi Asia Afrika merupakan konferensi tingkat internasional yang diadakan pada 18-24 April 1955 di Bandung, Jawa Barat. Dalam konferensi tersebut menghasilkan dasasila Bandung, mulai bermunculan negara yang merdeka, dan terlaksananya kegiatan internasional lainnya. Hasil konferensi tersebut menjadi sebuah tanda bahwa konferensi berhasil terlaksana. Keberhasilan konferensi tersebut tidak terlepas peran panitia dari masyarakat lokal yang terlibat mendukung konferensi. Akan tetapi, keberhasilan tersebut menyebabkan hanya orang dari kalangan elit saja yang dikenal dan dituliskan, tidak seperti masyarakat lokal yang juga memiliki peran dalam konferensi tersebut. Studi ini menemukan bahwa peran yang dilakukan oleh masyarakat lokal Bandung menjadi fokus keberhasilan Konferensi Asia Afrika. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dan menggunakan pendekatan sejarah lisan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberhasilan Konferensi Asia Afrika tidak hanya berasal dari orang-orang besar yang sudah tertuliskan dalam dokumen. Akan tetapi, terdapat peran dari orang kecil atau masyarakat lokal Bandung yang tidak terdokumentasikan juga memiliki dampak dalam keberhasilan Konferensi Asia Afrika.

This study explains the role of local people in Bandung in the success of the week-long Asian-African Conference. The Asian-African Conference was an international conference held on April 18-24, 1955, in Bandung, West Java. The conference resulted in the Dasasila Bandung, the emergence of independent countries, and the implementation of other international activities. The results of the conference became a sign that the conference was successfully held. The success of the conference was inseparable from the role of the committee from the local community involved in supporting the conference. But the success of the conference meant that only people from the elite were recognized and written about, unlike the local community who also had a role in the conference. This study found that the role played by the local people of Bandung became the focus of the success of the Asian-African Conference. This research utilizes the historical research method and uses an oral history approach. The results of this study show that the success of the Asian-African Conference did not only come from the big people who had been written down in the documents. But there were roles of small people or local people of Bandung that were not documented that also had an impact on the success of the Asian-African Conference."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Satrianto
"MOCHAMAD SATRIANTO. Dukungan Negara-Negara Konferensi Asia-Afrika Dalam Perjuangan Irian Barat. Membahas perjuangan Indonesia untuk membebaskan Irian Barat dari kolonialisme Belanda dengan dukungan dari negara_-negara Asia-Afrika, khususnya peserta KAA. Dimulai sejak konferensi-konferensi persiapan KAA hingga KAA.. Pada konferensi-konferensi tersebut mereka menyatakan dukungannya untuk membantu perjuangan Indonesia dalam soal Irian Barat. Dukungan yang diberikan tidak hanya berupa pernyataan-pernyataan atau komunike akhir konferensi, tetapi berlanjut dan diwujudkan seusai KAA. Mereka mendukung Indonesia mengajukan masalah Irian Barat ke PBB, sehingga masalah tersebut menjadi agenda bahasan Majelis Umum (MU) tahun 1954 hingga 1957. Dengan demikian masalah Irian Barat bukan hanya menjadi perhatian negara-negara Asia-Afrika, tetapi juga dunia internasional, yang membuat Belanda mempertimbangkan segala tindakannya di wilayah tersebut. Sebab itu, ketika Belanda berusaha mempertahankan Irian Barat dengan memperkuat militernya di Irian Barat mendapat boikot dan tekanan dari dunia internasional. Akhirnya Belanda bersedia berunding kembali dengan Indonesia, hingga sengketa terselesaikan dengan ditandatanganinya Persetujuan New York dan pemerintahan sementara PBB menyerahkan kekuasaannya atas Irian Barat kepada Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12506
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosaline Elizabeth
"Zhou Enlai sebagai Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri RRC berkontribusi besar dalam peningkatan hubungan RI-RRC selama Perang Dingin berlangsung, khususnya sejak tahun 1951 hingga puncaknya di Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun 1955. Oleh karena itu, hubungan RI-RRC sebelum KAA, prinsip ‘koeksistensi damai’ dalam diplomasi Zhou Enlai, penerapan prinsip tersebut terhadap Indonesia melalui diplomasi Zhou Enlai di KAA, dan peranan Zhou Enlai dalam peningkatan hubungan RI-RRC menjadi permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan sejarah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa peranan Zhou Enlai terletak pada penyesuaian kebijakan luar negeri Cina terhadap Indonesia, pembangunan citra Cina yang baru melalui KAA, penyelesaian masalah dwikewarganegaraan etnis Cina, dan penarikan Indonesia menjadi mitra Cina di masa Perang Dingin. Dalam konteks kepentingan nasional Cina, diplomasi Zhou Enlai terhadap Indonesia pada tahun 1951-1955 sejatinya mengandung agenda Cina untuk membebaskan diri dari politik pembendungan AS serta memperkuat propaganda ‘koeksistensi damai’ di mata dunia dalam rangka memperoleh lingkungan internasional yang kondusif bagi pembangunan dalam negeri Cina, yaitu Pembangunan Lima Tahun Pertama (Pelita I) yang berlangsung sejak tahun 1953 hingga tahun 1957.

Zhou Enlai as the Prime Minister and Foreign Minister of the PRC contributed greatly to the improvement of Sino-Indonesian relations during the Cold War, particularly since 1951 to its peak at the Asian-African Conference (AAC) in 1955. Therefore, Sino-Indonesian relations before AAC, Zhou Enlai's principle of 'peaceful coexistence', its implementation on Indonesia through AAC, and the role of Zhou Enlai in improving Sino-Indonesian relations are the issues discussed in this study. This research is a qualitative research with a historical approach. The results indicate that Zhou Enlai's role lies in adjusting China's foreign policy towards Indonesia, building a brand new image of China through AAC, solving ethnic Chinese dual citizenship, and developing Sino-Indonesian partnership during the Cold War. In the context of China's national interests, Zhou Enlai's diplomacy towards Indonesia during 1951-1955 intrinsically embodied China's agenda to break free from US containment policy and to strengthen the propaganda of 'peaceful coexistence' internationally in order to provide a favourable international environment for China’s internal development, namely the First Five-Year Plan which took place since 1953 until 1957.

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library