Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chandrika Vidiananda Andini Putri
"Kinmen dengan pesona alamnya merupakan salah satu kabupaten di kepulauan Formosa (Taiwan) yang kaya akan warisan budaya yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Salah satu diantaranya adalah Dewa Singa Angin yang dipercayai oleh masyarakat setempat sebagai pelindung dari badai dan roh-roh jahat. Oleh karenanya, ditemukan banyak sekali patung Dewa Singa Angin di Kinmen. Berdasarkan data yang tercatat pada kantor Pemerintah Kabupaten Kinmen, terdapat enam puluh delapan (68) patung Dewa Singa Angin yang tersebar di berbagai wilayah kabupaten tersebut. Penelitian ini memaparkan tentang Dewa Singa Angin sebagai salah satu representasi budaya di Kinmen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif melalui studi kepustakaan dengan penulisan yang bersifat deskriptif analisis. Kepustakaan diperoleh dari berbagai sumber, baik sumber primer berbahasa Mandarin maupun sumber sekunder berbahasa Inggris dan Indonesia.

One of the counties in the Formosa (Taiwan) archipelago, the Kinmen Islands, with its natural beauty and rich in cultural heritage that has been last for hundred years. One of the heritage is the Wind Lion God which is believed by the local community to be the protector from storms and evil spirits. Therefore, so many statues of Wind Lion God that can be found in Kinmen. According to the data recorded by the Kinmen County Government Office, there are 68 Wind Lion God statues scattered across various areas of the county. This paper will explore the Wind Lion God as representation of culture in Kinmen. The method for this paper uses qualitative method where utilizing library research with descriptive analytical writing. The library research obtained from many kinds of sources, such as primary sources in Mandarin language and secondary sources in English and Indonesian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Chandrika Vidiananda Andini Putri
"Kinmen dengan pesona alamnya merupakan salah satu kabupaten di kepulauan Formosa (Taiwan) yang kaya akan warisan budaya yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Salah satu diantaranya adalah Dewa Singa Angin yang dipercayai oleh masyarakat setempat sebagai pelindung dari badai dan roh-roh jahat. Oleh karenanya, ditemukan banyak sekali patung Dewa Singa Angin di Kinmen. Berdasarkan data yang tercatat pada kantor Pemerintah Kabupaten Kinmen, terdapat enam puluh delapan (68) patung Dewa Singa Angin yang tersebar di berbagai wilayah kabupaten tersebut. Penelitian ini memaparkan tentang Dewa Singa Angin sebagai salah satu representasi budaya di Kinmen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif melalui studi kepustakaan dengan penulisan yang bersifat deskriptif analisis. Kepustakaan diperoleh dari berbagai sumber, baik sumber primer berbahasa Mandarin maupun sumber sekunder berbahasa Inggris dan Indonesia.

One of the counties in the Formosa (Taiwan) archipelago, the Kinmen Islands, with its natural beauty and rich in cultural heritage that has been last for hundred years. One of the heritage is the Wind Lion God which is believed by the local community to be the protector from storms and evil spirits. Therefore, so many statues of Wind Lion God that can be found in Kinmen. According to the data recorded by the Kinmen County Government Office, there are 68 Wind Lion God statues scattered across various areas of the county. This paper will explore the Wind Lion God as representation of culture in Kinmen. The method for this paper uses qualitative method where utilizing library research with descriptive analytical writing. The library research obtained from many kinds of sources, such as primary sources in Mandarin language and secondary sources in English and Indonesian."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Nur Safitri
"Persaingan antara kaum Nasionalis dan kaum Komunis di Cina menyebabkan perpecahan di negara Cina. Berbagai pertempuran telah terjadi demi memperebutkan kekuasaan di negeri Cina. Kekalahan yang dialami oleh kaum Nasionalis memaksa mereka untuk melarikan diri ke pulau Formosa, atau yang lebih dikenal sebagai pulau Taiwan. Selain pulau Formosa, pasukan Nasionalis yang dipimpin oleh Chiang Kai Shek juga menduduki beberapa pulau lepas pantai di sekitarnya seperti pulau Matsu, Penghu, dan Kinmen. Pada tahun 1949, terjadi pertempuran di kepulauan Kinmen yang dikenal sebagai Pertempuran Guningtou. Pada pertempuran ini, kaum Nasionalis secara mengejutkan menang atas kaum Komunis. Pada penelitian ini, penulis mengkaji tentang pertempuran Guningtou yang dianggap sebagai bentuk keberhasilan kaum Nasionalis dalam mengamankan garis depan pertahanannya dari kaum Komunis. Penulis menggunakan metode historis sebagai metode penelitian dalam melakukan analisis terhadap topik dari tulisan ini.

The rivalry between the Nationalists and the Communists in China caused disunion within China. Various battles have occurred for the sake of power in China. The defeat suffered by the Nationalists forced them to flee to the island of Formosa, or better known as the island of Taiwan. Apart from the island of Formosa, the Nationalist forces led by Chiang Kai Shek also occupied several offshore islands in the vicinity such as the islands of Matsu, Penghu, and Kinmen. In 1949, there was a battle on the Kinmen islands known as the battle of Guningtou. In this battle, the Nationalists surprisingly won over the Communists. In this research, the writer examines The Battle of Guningtou which is considered as a form of success by the Nationalists in securing their front line of defense from the Communists. The author uses the historical method as a research method in analyzing the topic of this paper."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Michelle Natasha
"Dewa Singa Angin adalah dewa pelindung yang dipuja sejak zaman nenek moyang Kinmen karena melindungi penduduk dari bencana alam dan roh jahat. Penelitian ini mengangkat objek Dewa Singa Angin, bertujuan untuk mengkaji perubahan maknanya dari masa ke masa dan relevansinya dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kinmen di masa kini. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif melalui studi pustaka dan survei lapangan berupa angket kepada 40 penduduk Kinmen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dewa Singa Angin di Kinmen di satu sisi memainkan makna tradisional sebagai pelindung dan penangkal roh jahat, di sisi lain telah mengalami transformasi makna sebagai simbol budaya, atraksi wisata, dan elemen seni kreatif. Meskipun transformasi makna Dewa Singa Angin sangat nyata terlihat dalam kehidupan sehari-hari di Kinmen, namun hasil survei lapangan menunjukkan bahwa makna tradisionalnya yang bersifat spiritual dan identik dengan kelokalan masih tetap dipertahankan. Hal ini menunjukkan bahwa Dewa Singa Angin terus memainkan peran penting dalam kehidupan masyarakat Kinmen.

The Wind Lion God is a protective deity venerated since the ancestors' time in Kinmen, known for safeguarding the inhabitants from natural disasters and evil spirits. This research focuses on the Wind Lion God, aiming to examine the evolution of its meaning over time and its relevance in the contemporary daily life of the Kinmen people. The research method employed is qualitative, utilizing a literature review and surveys, including questionnaires distributed to 40 Kinmen residents. The results indicate that the Wind Lion God in Kinmen, on one hand, maintains its traditional meaning as a protector and warder off of evil spirits, while on the other hand, has undergone a transformation in its meaning into a cultural symbol, a tourist attraction, and an element of creative arts. Despite the significant transformation of the Wind Lion God's meaning in daily life in Kinmen, survey results show that its traditional spiritual meaning and local identity are still preserved. This indicates that the Wind Lion God continues to play a significant role in the lives of the people of Kinmen."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library