Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sasjardi
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1992
923.2 SAS k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Endik Hidayat
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi fenemona transformasi peran kiai setelah
reformasi dari yang disebut Geertz sebagai makelar budaya (cultural broker) menjadi
makelar politik atau bahkan aktor politik (politic broker). Kiai dan pesantren masih
menjadi tujuan utama dalam mencari dukungan politik dalam pilpres 2014. Pesantren
Areng-Areng pada pilpres 2014 dijadikan tempat deklarasi dukungan politik kepada
calon presiden Prabowo oleh kiai se-Jawa Timur. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan untuk mencari jawaban Bagaimana bentuk-bentuk peran kiai dalam
mendukung pasangan Prabowo-Hatta dalam pemilihan presiden tahun 2014.
Sebagai pijakan teoritis, penelitian ini menggunakan teori status dan peran
(Linton dan Merton), teori elit (Pareto, Mosca dan Keller), dan teori kepemimpinan
(Weber). Ketiga teori tersebut diperkuat dengan teori pendukung, yaitu teori patronklien
(Scott, Jackson dan Maswadi Rauf)
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan teknik analisa data
menggunakan deskriptif-analitis. Dalam penelitian ini digunakan dua methode
pengumpulan data yaitu: Pertama, studi literatur meliputi buku, penelitian terdahulu,
berita cetak/online. Kedua, melalui wawancara mendalam (indepth interview)
terhadap narasumber para kiai pendukung Prabowo-Hatta, tim sukses dan para
akademisi.
Berdasarkan hasil temuan penelitian di lapangan mempertegas penelitian
terdahulu terutama pasca reformasi bahwa kiai sebagai makelar (broker) politik
masih berlangsung. Fenomena dapat dilihat bagaimana kepiawaian dan fleksibilitas
kiai duntuk menjaga eksistensi kekuasaan informalnya. Sehingga antara kepentingan
pesantren, yang diwakili dirinya, dan kepentingan luar keseimbangan tetap
terakomodasi. Selain itu bentuk peran politik kiai dalam pemilihan presiden 2014,
mencakup sebagai: (1) menggunakan agama untuk kepentingan politik, (2)
pembentuk opini,(3) fasilitator, (4) juru kampanye dan penggerak massa.
Implikasi teoritis kajian ini menunjukan keterlibatan kiai dalam politik
menguatkan teori patron-klien antara kiai dengan santri. Namun, hubungan patron
klien jaga terjadi antara sesama kiai terutama kiai sepuh bertindak sebagai guru
(patron) dan kiai yang lebih muda sebagai murid (klien). Demikian juga teori elit dan
kekuasaan weber relevan untuk digunakan bentuk kekuasaan kiai adalah kekuasaan
kharismatik-patronase, yaitu kekuasaan yang bersumber dari kharisma sang kiai
sebagai elit agama. Teori peran dan status Linton para kiai dengan perangkatnya
tidak hanya menjalankan status dan peranannya di wilayah keagamaan saja, mereka
juga terlibat dalam wilayah politik, karena faktor kepentingan (interest).

ABSTRACT
This study is motivated by phenomenon of transformation of kiai role after
reformation which is called Geertz as a cultural broker become political broker or
even political actor. Kiai and boarding school still be main objective in looking for
political support in the presidential election. Areng-Areng boarding school on the
2014 presidential election be used as a declaration of political support to presidential
candidate Prabowo by kiai throughout East Java. Therefore, this study was conducted
to look answers How the forms of kiai role in supporting the pair of Prabowo-hatta in
the 2014 presidential election.
As a theoretical foothold, this study uses the theory of status and role (Linton
and Merton), the theory of elite (Pareto, Mosca, and Keller), and theory of leadership
(Weber). These three theory is reinforced with supporting theory, namely the theory
of patron-client (Scott, Jackson, and Maswadi Rauf).
This study uses a qualitative approach. While data analysis technique using
descriptive-analytic. In this study used two methods of collecting data: First, the
study of literature, including book, previous research, newsprint/online. Second,
through in-depth interview to sources the kiai?s supporter Prabowo-Hatta, successful
team and academics.
Based on the result of research in the field reinforce previous research,
especially after reformation that kiai as the political broker is still on going. The
phenomenon can be seen how the expertise and flexibility of kiai maintain existence
of informal power. So between the interest of boarding school, that represent
themselves, and outside interest balance remains accommodated. In addition, kiai?s
political role in the 2014 presidential election, includes: (1) use religion for political
purposes, (2) opinion formers, (3) the facilitator, (4) campaigners and community
mobilisers.
The theoretical implications of this study indicate kiai involvement in politic
strengthen of patron-client between kiai with student. However, the patron-client
relationship also occur among kiai mainly the elderly kiai which act as teachers
(patron) and sub kiai who are younger as a student (client). Likewise, the theory of
elite and power weber relevant to be used forms of kiai power is charismaticpatronage
power, the power that comes from kiai charisma as the religious elite. The
theory of role and status Linton kiai?s with their device not only run status and role in
the religious sphere, they are also involved in the political realm, because of the
interest."
2016
T45718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Dikawati
"ABSTRAK
Perspektif postcolonial memberi ruang menyuarakan sekaligus penelusuran ulang terhadap upaya teologi lokal yang terpinggirkan, mengungkap idealitas yang diharapkan individu (indigeneous) dibawah relasi kuasa penguasa yang diwacanakan sebelumnya oleh pemerintah kolonial. Telaah postcolonial di era kontemporer menjadi ruang negosiasi yang berimplikasi pada suatu kesadaran dan sistem mentalitas kritis dalam memandang dikotomi Barat dan Timur. Penelitian ini bertujuan menelaah peranan dan konsistensi pengajaran Kiai Ibrahim Tunggul Wulung dengan sudut pandang postcolonial dalam menyebarkan ajaran Kristen Kejawen, sehingga menjadi bentuk negosiasi identitas dalam struktur sosial di bawah pemerintah kolonial. Hasil temuan menunjukkan transfer pengajaran Kristen oleh Tunggul Wulung menampilkan spiritualitas dan humanisme religious, diimbangi asketisme serta kesadaran politik menentukan hak nasib sendiri, resistensi atas represi kolonialisme, yang secara implisit menampilkan keinginan hidup bersama dalam suasana demokrasi. Pola nalar dan mentalitas yang mengidentifikasikan kebebasan berpikir dan kadar penerimaan yang mengarah pada pembentukan identitas sosial sebagai bekal pembebasan dari kesewenangan pemerintah."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2018
959 PATRA 19:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Said
"Fokus penelitian ini adalah analisa kepemimpinan dan peran para kiai dalam penyelesaian konflik di Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Penelitian ini dilatarbelakangi karena ketertarikan penulis terhadap fenomena Kiai dalam dunia politik. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan mengambil informan dari lima belas orang anggota para Kiai dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa terjadi perubahan posisi dan peran kiai dalam konflik PKB. Semula keberadaan kiai dan ulama dalam struktur partai maupun di luar partai ditempatkan sebagai sumber rujukan untuk pengambilan kebijakan strategis partai dan menjadi mediator dalam penyelesaian persoalan di internal maupun eksternal partai sekaligus sebagai perekat keutuhan partai.

The focus of this study is to analyze the role of kiai leadership and conflict resolution in the Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB ). This research is motivated by their interest Kiai author of the phenomenon in the world of politics . This study used qualitative methods to take the informant of the fifteen members of the Kiai of the Partai Kebangkitan Bangsa ( PKB ). Results of this study concluded that a change in the position and role in the conflict kiai of PKB Originally existence kiai and scholars in the party structure and outside the party placed as a reference source for strategic decision making parties and be a mediator in the settlement of internal and external problems in the party as well as adhesive party unity"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2015
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Mubarok
"Dunia pascakolonialisme Islam masih terus dibayang-bayangi oleh ambisi hegemoni Barat sebagai akibat dari mentalitas panjang kolonialisme dan bias orientalisme. Momentum ketegangan antara dua dunia Islam dan Barat mencapai puncaknya ketika serangan 9/11 mengguncang Amerika Serikat. Melalui propaganda media, Islam menjadi kambing hitam dan diwacanakan sebagai agama yang penuh dengan kekerasan dan menginspirasi terorisme. Sebagai seorang “Kiai” dari kalangan Islam tradisional yang memimpin organisasi masyarakat terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama, Kiai Hasyim Muzadi mengkampanyekan wacana Islam sebagai agama yang damai dan menolak aksi-aksi kekerasan di kancah internasional. Penelitian ini bertujuan untuk 1) meganalisis dan menjelaskan latar belakang peristiwa yang memengaruhi Kiai Hasyim Muzadi dalam melawan hegemoni dunia Barat, terutama Amerika Serikat, di dunia Islam; 2) menjelaskan basis pemikiran yang melatarbelakangi Kiai Hasyim Muzadi dalam melakukan resistensi atas wacana hegemoni dunia Barat, terutama Amerika Serikat, di dunia Islam; 3) menganalisis dan menjelaskan strategi Kiai Hasyim Muzadi dalam merespons aksi hegemonik dunia Barat, terutama Amerika Serikat, atas dunia Islam dalam perspektif studi pascakolonial. Metode penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah kualitatif dengan pendekatan sejarah intelektual. Penulis menemukan bahwa perlawanan Kiai Hasyim Muzadi dilatarbelakangi oleh peristiwa 9/11 yang berdampak pada meningkatnya Islamofobia di dunia Barat. Beliau mengusung “Islam Rahmatan Lil ‘Alamin” sebagai basis pemikiran sekaligus wacana tandingan melawan wacana Islam radikal yang berkembang dalam internal maupun eksternal Islam. Strategi pascakolonialisme yang dilakukan Kiai Hasyim adalah dengan melakukan mimikri melalui pembentukan International Conference of Islamic Scholars (ICIS) sehingga gagasannya dapat diterima secara lebih luas, khususnya di dunia Barat. Penulis menyimpulkan bahwa perjuangan yang dilakukan oleh Kiai Hasyim dalam melawan hegemoni dunia Barat, terutama Amerika Serikat, atas dunia Islam adalah perjuangan pascakolonialisme dalam upaya menundukkan Timur sebagai subjek yang melawan neokolonialisme Barat.

Islamic postcolonial world still in the behind of Western hegemony’s shadows as the result of long mentality of the colonialism and orientalism bias. The tension between Islamic world and Western world hit its peak momentum by the 9/11 strike which occurred in the United States. By the propaganda of media, Islam was scapegoated and discoursed as the religion of violence and inspired terrorism. As a “Kiai” or traditional Islamic cleric who led the biggest Islamic organization in Indonesia, Nahdlatul Ulama, Hasyim Muzadi was campaigning Islamic discourse in the international stage as a religion of peace which refusing any kind of violence. This article aims to 1) examine and explain the background events which influenced Hasyim Muzadi to fight against Western hegemony, especially the United States, on Islamic world; 2) explain the basis of thoughts which encouraged Hasyim Muzadi to resist the discourse of Western hegemony, especially the United States, on Islamic world; 3) examine and explain the strategy of Hasyim Muzadi to response Western hegemonic acts, especially the United States, on Islamic world with postcolonial studies perspective. This article uses qualitative research with intellectual history approach. The author finds that the resistance of Hasyim Muzadi was driven by the 9/11 event which increased Islamophobia in the Western world. He promoted “Islam Rahmatan Lil ‘Alamin” as the basis of thoughts and counter-discourse resisting Islamic radicalism discourse which developed inside and outside Islamic society. Hasyim Muzadi adopted mimicry as the postcolonial strategy by creating the International Conference of Islamic Scholars so his ideas could be accepted wider, especially in the Western world. The author concludes that the struggle of Hasyim Muzadi to resist Western hegemony, especially the United States, on Islamic world was a postcolonial struggle to make the East as a subject which resisted Western neo-colonialism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Islah Gusmian
"Artikel ini menjelaskan tentang tradisi penulisan teks-teks keagama-an yang terjadi di dunia pesantren yang dilakukan oleh para kiai pesantren. Kasus yang diangkat dalam artikel ini adalah KH. Misbah ibn Zainul Mustafa Bangilan, pengasuh Pesantren Al-Balagh, Bangilan, Tuban, Jawa Timur. Dari tangannya telah lahir teks-teks keagamaan, baik terjemahan maupun asli, dengan beragam topik bahasan, bahasa dan aksara yang digunakan, serta teknik penulisan. Dari karya-karya yang dihasilkan tersebut menunjukkan bahwa pesantren bukan hanya sebagai ruang di mana transfer ilmu pengetahuan dan pendidikan karakter dilakukan oleh para kiai. Lebih dari itu, mereka—seperti tampak pada sosok KH. Misbah ibn Zainul Mustafa—juga merepresentasikan anggitan dalam berbagai bidang keilmuan Islam yang cukup kaya dan komprehensif. Di tangan kiai, pesantren menjadi skriptorium dan sekaligus tempat di mana kiai menulis teks-teks keagamaan Islam dan mempublikasikannya di tengah masyarakat, sehingga bisa dibaca oleh masyarakat luas."
Jakarta: Kementerian Agama, 2016
297 JLK 14:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Irvan Aulia
"Penelitian ini membahas mengenai Praktik Mujahadah Sapu Jagad dan juga perkembangannya di wilayah Kebumen. Mujahadah Sapu Jagad merupakan salah satu kegiatan keagamaan yang diikuti oleh masyarakat Kebumen. Melalui langkah observasi dan wawancara langsung narasumber, penelitian ini akan menjelaskan Mujahadah Sapu Jagad sebagai sebuah kegiatan keagamaan. Mujahadah Sapu Jagad merupakan contoh sistem ritus dan praktik keagamaan dalam suatu religi, yang berwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan. Praktik kegamaan ini dilakukan untuk menimbulkan suatu rasa “transendens pribadi (personal transcendence)”, yaitu suatu gelombang keyakinan, rasa keamanan dan rasa bersatu dengan sesama umat yang beribadat. Awal mula pelaksanaan Mujahadah Sapu Jagad di Kebumen di Mulai pada tahun 1999. Mujahadah Sapu Jagad dilaksanakan setiap 35 hari sekali, tepatnya di setiap malam Selasa Kliwon bertempat di beberapa wilayah di Kebumen. Mujahadah Sapu Jagad yang didirikan oleh Kiai Su’adi Wijaya bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa dengan cara melaksanakan amalan-amalan dan membaca dzikir Bismillahir’rahmaa’nir’rahim, Shalawat Nabi dan Ya Lathif.

This paper discusses Mujahadah Sapu Jagad and its development in the region of Kebumen. Mujahadah Sapu Jagad is one of the religious activities attended by people of Kebumen. Through observation and direct interviews, this research will explain Mujahadah Sapu Jagad as a religious activity. Mujahadah Sapu Jagad is a religious rites and practices, a form of human actions in the implementation of devotion to God. This practices is done to create a sense of "personal transcendence", which is a wave of believe, a sense of security and a feeling of unite with fellow worshipers. Mujahadah Sapu Jagad in Kebumen established at 1999. Mujahadah Sapu Jagad is held once in every 35 days, to be exact in every monday night Kliwon located in several regions in Kebumen. Mujahadah Sapu Jagad founded by Kiai Su'adi Wijaya, it  aims to get closer to the Almighty God through implementing the practices and chant Bismillahirrahmaanirrahim, Shalawat Nabi, and Ya Latif."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Muhammad Ahmadi
"Pesantren yang merupakan subkultur bangsa Indonesia tentunya mempunyai struktur sosial sendiri yang unik. Kiai adalah tokoh sentral pesantren yang memimpin dan berdiri sebagai imam, guru juga pemilik lembaga pendidikan yang bernama pesantren. Sehingga kiai memiliki otoritas yang penuh terhadap persantren yang dipimpinnya. Tak berlebihan kalau kemudian kiai disebut sebagai salah satu dari agen perubahan sosial yang ada dalam pesantren dan juga cultural broker bagi pesantren. Sebagai sebuah organisasi, pesantren tidak hanya kiai yang disebut aktor. Ada beberapa aktor dalam pesantren, salah satunya adalah ibu nyai yaitu istri kiai pemilik atau pengasuh pesantren.
Pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta adalah pesantren salaf yang didalamnya tradisi Islam NU sangat kental. Pendidikan klasikal masih menjadi metode pendidikan dalam pesantren tersebut. Peran kiai masih dominan sebagaimana layaknya pesantren pada umumnya. Tetapi ada beberapa ibu nyai dalam pesantren ini juga memiliki peran yang tidak kalah dengan kiai. Sebab ibu nyai tidak digambarkan sebagai pendamping kiai saja tetapi ada peranan yang ibu nyai mainkan karena ibu nyai termasuk dalam elit pesantren yang tentunya memiliki power sebagaimana layaknya elit sosial dalam masyarakat.
Seberapa ibu nyai dalam pesantren Al Munawwir ini turut serta untuk memberikan arti dalam perjalanan pesantren. Dimana ibu nyai turut berperan serta dalam pengambilan kebijakan-kebijakan pesantren. Peran ibu nyai yang menonjol dalam pesantren merupakan basil dari proses yang berlangsung dalam diri ibu nyai. Adanya persepsi yang dimilikinya dan struktur sosial pesantren yang saling berinteraksi ditambah dengan adanya motif dan situasi serta kondisi yang mendukung membuat ibu nyai dapat melakukan reproduksi dan memainkan perannya dengan kesadarannya sendiri. Tak dapat dinafikan adanya dorongan dari aktor-aktor lain dalam pesantren yang mendorong ibu nyai.
Human capital yang dimiliki oleh ibu nyai membuat ibu nyai dapat memberdayakan dirinya dan membuatnya lebih berperan dalam komunitas pesantren. Saat ibu nyai telah mendapatkan tempat dan legitimasi dari komunitas pesantren sebagai alit ibu nyai dapat membawa angin perubahan bagi pesantren. Ibu nyai sebagai perempuan sanggup mengalokasikan power dalam tindakan sosialnya. Otoritas power yang dimiliki ternyata dimanfwkan sedemikian rupa oleh ibu nyai walaupun ibu nyai mendapatkan tantangan sebagai konsekuensi logis ketika ada sekelompok orang yang bplum siap.
Pesanlren salaf tidak seperti dibayangkan selama ini sebagai sesuatu yang ortodok dan kaku yang mengkungkung peran dan kebebasan perempuan. Di pesantren ini peran ibu nyai ternyata tidak lepas dari legitimasi yang diberikan oleh komunitas pesantren terlebih adanya kiai yang memberikan legitimasi tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T156
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Zainor Ridho
"Penelitian ini akan menjawab pokok permasalahan mengenai pengaruh politik Kiai Langitan dalam mempengaruhi pilihan politik masyarakat atau santri pada pemilihan presiden langsung 2004 putaran I dan II, pasangan Wiranto-Wahid dan SBY-JK di Kecamatan Widang Kabupaten Tuban Jawa Timur. Kerangka teori yang digunakan untuk menganalisis pokok permasalahan ini adalah kansep kiai, kepemimpinan, patron-klien dan perilaku memilih.
Metode penelitian dalam kajian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan data adalah wawancara, studi dokumentasi dan kuesioner_ 3 informan untuk wawancara mendalam dan 20 informan untuk wawancara biasa. Studi dokumentasi untuk pengumpulan data sekunder. Di samping dua teknik pengumpulan data tersebut, yaitu kuesioner. Jumlah responden sebanyak 72 dari 150 kuesioner yang disebarkan. Kuesioner bertujuan untuk mengungkap pengaruh politik kiai pada pilpres langsung 2004 di Kecamatan Widang. Teknik analisis data adalah teknik reduksi data, yaitu data-data yang diperoleh akan dianalisis dengan menajamkan, menggolongkan, mengamhkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data secara selektif.
Temuan dari penelitian ini mengungkap bahwa sebagian masyarakat di tiga desa (Mrutuk, Mlangi dan Widang) menentukan pilihan politiknya didasarkan atas pilihan politik kiai karena yang menjadi prioritas utama adalah faktor kewaro'an, dsamping fakor kharisma dan keilmuan. Sebagian yang tidak mengikuti pilihan kiai, karena tidak didasarkan atas hubungan patron-klien.
Implikasi teoritik terhadap penelitian ini menunjukkan bahwa sifat waro' yang yang dimiliki kiai Langitan menguatkan terhadap pola hubungan patron-client dan sifat kharismatik kepemimpinannya pada pemilihan presiden langsung 2004 di Kecamatan Widang.

This research will answer the research questions about political influence of kiai Langitan to influence political influencing of society or santri on direct election of president 2004 of the first and second around, Wiranto-Wahid and SBY-JK in Widang. The theoritical frameworks used to analyse the research question is kiai concept, leadership, patron-client dan voting behavior.
The approach used in this documentary is qualitative and quantitative approach The technic of collecting data is interview, study literature and questioner. Three inforrnan for indepth interview and twenty for structured interview. Study literature is the secondary of collecting data. Besides two technic, that is questioner_ The respondent is seventy two from one hundred an fivety respondent is propagated. The questioner intend to explore the political influence of kiss on direct election of president 2004 in Widang regency. The technic of data analysis is the technic of reduction data, data found will be analysed by organizing, classifying, grouping, throwing and instructing the data selectively.
The findings explain that some of society in three village (Mrutuk, Mlangi dan Widang) decide their political choesing is based on political choesing of kiai because of waro' factors, besaides charisma and knowledge factors. But some other are not based on patron-client relationship between kiai and society in Widang.
The theoritical implication in this research show that waro'factors and his charismatics leader on leadership type and patron-client relationship have been exist for Widang society on direct election of president 2004.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T17392
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Feizal Rachman
"Maksud penelitian ini adalah untuk memahami motivasi apa saja yang mendorong kiai melibatkan dill pada pemilihan kepala daerah (pilkada) langsung di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2006. Kemudian, bagaimana peran dan keterlibatan kiai dalarn pelaksanaan pilkada Iangsung tersebut.
Sebagai alat analisis, digunakan teori-teori, yaitu: politik lokal model Stoker dan Cornelis; teori peran (role theory) dari Soekanto, Linton, dan Levinson; kepemimpinan informal (informal leadership) yang diulas Soemardjan, Weber, dan Arifin; teori patron-Mien model Ferlis; dan partisipasi politik yang dimunculkan Rush dan Althoff. Sedangkan, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi lertentu menurut perspektif peneliti sendiri. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam (indepth interview) dengan pihak-pihak yang terlibat dan berkepentingan. Studi kepustakaan juga dilakukan untuk memperkaya perspektif penelitian.
Penelitian ini mcnunjukkan bahwa keterlibatan kiai dalam pilkada tidak terlepas dari kemampuan kiai yang mampu memobilisasi massa karena perannya sebagai pembentuk opini (opinion leader). Ada dua cara yang dilakukan kiai dalam membentuk opini pubiik itu. Panama, secara verbal, misalnya berbicara langsung kepada masyarakat, termasuk di dalamnya santri dan para alumni pesantren_ Kedua, secara non-verbal, yaitu melalui aksi-aksi politik yang dilakukan secara berbeda, misalnya para kiai bergerilya untuk mendapatkan dukungan alas pilihan politiknya. Ada juga kiai yang melakukan aksi pembelaan terhadap calon yang didukungnya agar tidak terganjal dalam proses pilkada, karena sang calon terkait masalah hukum.
Motivasi keterlibatan kiai dibagi menjadi dua: motivasi ideal dan motivasi praksis-personal. Motivasi ideal berangkat dari pemahaman (internalisasi) kiai terhadap nilai-nilai ajaran agartla Islam yang mendorong kiai terjun dalam dunia politik. Sedangkan. motivasi praksis-personal didasarkan atas konteks politik yang terjadi. Dalam penelitian ini, konteks politik itu adalah pilkada. Motivasi yang dimaksud ada tiga macam. Pertrrma, dorongan karena alasan emosional (afektual-emosional). Kedua, dorongan untuk menjaga eksistensi pesantren (rasional-bertujuan) Ketiga, dorongan untuk menjaga independensi pesantren (rasiona!-bernilai).
Teori-teori yang digunakan, seperti tersebut di alas, sesuai dengan temuan lapangan. Dengan demikian, implikasi teoritis atas penelitian ini adalah berupa penegasan (confirmation).

The aim of the research is to understand the motivation which endorses kiai or religious scholar to involve in direct local election (pi/kada) in Tasikmalaya District in 2006. Then, it also aims to understand the role and involvement of kiai in the election.
As tool of analysis, it uses theories of local theory especially the model of Stoker and Cornelis; theory of role from Soekanto, Linton, and Levinson; informal leadership by Soemardjan, Weber, and Arifin; theory of patron-client modelled by Ferlis, and political participation initiated by Rush and Althoff. Method of research used in the study is qualitative which tries to understand and interpret the meaning of human interaction and behaviour in particular situation according to researcher's own perspective. In collecting data, in-depth interview is applied to any persons who involve and have interest in the election. Literature study is also carried out to enrich the perspective of the study.
The study shows that the involvement of kiai in the election relates to the ability of them to mobilize people because of their role as opinion leader. There are two methods applied by kiai to develop public opinion. The first is verbal such as speak directly to people, and also their student (santri) and alumni. The second is non-verbal which is doing different political action such as ask some key persons to support their political choice. There is a kiai who defends his candidate in order to make him surpass the process of candidacy successfully because his legal problem.
The motivation of kiai is divided into two which are ideal motivation and praxis-personal motivation. Ideal motivation is based on the understanding of them or internalization on Islamic values that endorse them to do political activities. Meanwhile, praxis-personal motivation is based on existing political situation. In the study, the context is direct local election. The motivation itself is divided into three. They are affectual-emotional motivation, rational-objective motivation to maintain the existence of religious school, and rational-valuable to maintain the independence of the school.
Theories applied in the study as mention above are equivalent with the findings. Therefore, theoretical implication of the study is confirmation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21874
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>