Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizka Tri Rachmawaty
"Kecamatan Pangalengan merupakan salah satu wilayah penghasil kopi arabika terbesar di Kabupaten Bandung yaitu mencapai 34% dari total produksi Kabupaten Bandung. Dengan status Kecamatan Pangalengan sebagai sentra komoditas kopi arabika di Kabupaten Bandung tidak banyak membuat petani kopi di Kecamatan Pangalengan menjadi sejahtera. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana tingkat kesejahteraan rumah tangga petani kopi berdasarkan pola spasial hasil kebun kopi di Kecamatan Pangalengan. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis crosstab dan metode analisis deskripsi. Metode analisis crosstab digunakan untuk melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya dalam bentuk tabel matriks yang nantinya akan disajikan dalam bentuk peta, sedangkan metode analisis deskripsi digunakan untuk menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Hasil dari penelitian ini adalah tingkat kesejahteraan paling tinggi yaitu “Sangat Sejahtera” berada di Desa Margamulya dan Desa Pangalengan. Petani dengan tingkat kesejahteraan “Sangat Sejahtera” berada pada hambatan ruang yang tinggi, namun dengan hambatan ruang tersebut tidak menghambat petani kopi dalam menjalankan usaha taninya. Hal tersebut dikarenakan petani tersebut memiliki luas lahan yang sedang hingga besar dan menghasilkan produksi kopi yang tinggi sehingga pendapatannya pun menjadi besar atau petani tersebut memiliki pendapatan yang besar diluar dari usaha tani kopinya. Sedangkan tingkat kesejahteraan paling rendah yaitu “Tidak Sejahtera” berada di Desa Sukamanah dikarenakan rata-rata petani di Desa Sukamanah memiliki lahan yang cukup kecil, sehingga mempengaruhi produksi yang dihasilkan dan pendapatannya pun tidak sebesar seperti petani lainnya.

Pangalengan District is one of the largest Arabica coffee-producing areas in Bandung Regency, reaching 34% of the total production of Bandung Regency. With the status of Pangalengan District as a center for Arabica coffee commodities in Bandung Regency, it does not make coffee farmers in Pangalengan District prosperous. The purpose of this study was to determine how the level of household welfare of coffee farmers based on the spatial pattern of coffee plantations in Pangalengan District. The analytical method used is the crosstab analysis method and the descriptive analysis method. The crosstab analysis method is used to see the relationship between one variable and another in the form of a matrix table which will later be presented in the form of a map, while the descriptive analysis method is used to describe the data that has been collected as it is. The results of this study are the highest level of welfare, namely "Very Prosperous" in Margamulya Village and Pangalengan Village. Farmers with a "Very Prosperous" welfare level are in high spatial constraints, but these spatial constraints do not prevent coffee farmers from running their farming business. This is because the farmer has a medium to a large area of land and produces high coffee production so that his income becomes large or the farmer has a large income outside of his coffee farming business. While the lowest level of welfare, namely "Not Prosperous" is in Sukamanah Village because the average farmer in Sukamanah Village has a fairly small land, thus affecting the resulting production and income is not as big as other farmers."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library