Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Juan, Tjiu Sion
"Ruang lingkup dan cara penelitian:
Jus jeruk jika diminum bersama obat-obat tertentu dapat menurunkan bioavailabilitas obat-obat tersebut secara drastis karena jus jeruk merupakan penghambat poten organic anion transporter polypeptide (OATP), yakni uptake/influx transporter yang terdapat di brush border sel usus, dan obat-obat tersebut merupakan substrat dari OATP. Eritromisin merupakan substrat dan penghambat Pglycoprotein (P-gp), yakni efflux transporter yang juga terdapat di brush - border sel usus. Terdapat tumpang tindih yang cukup ekstensif antara substrat dan penghambat OATP dan P-gp. Eritromisin seringkali digunakan untuk pengobatan infeksi saluran napas, dan pasien yang menderita infeksi ini juga sering minum jus jeruk untuk tambahan vitamin C dan untuk rasa segar. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh pemberian jus jeruk siam bersama eritromisin pada farmakokinetik eritromisin. Penelitian ini merupakan studi menyilang dua kali pada 13 sukarelawan sehat. Eritromisin dosis tunggal diminum bersama air dan bersama jus jeruk dengan urutan acak selang 2 minggu. Sampel darah diambil pada jam-jam tertentu sampai dengan 9 jam dan kadar eritromisin dalam serum diukur secara mikrobiologis. Parameter bioavailabilitas yang dinilai adalah AUC0_, (area di bawah kurva kadar eritromisin terhadap waktu dari jam 0 sampai "'), Cmax (kadar puncak eritromisin dalam darah) dan tmax (waktu untuk mencapai Cmax). Ke-3 parameter tersebut dibandingkan antara eritromisin yang diminum dengan air dan yang diminum dengan jus jeruk.
Hasil dan kesimpulan:
Bioavailabilitas (AUCo-"' jam) tablet eritromisin yang diminum bersama 200 ml jus jeruk siam berkisar antara 9.6°/o sampai 189.3% dengan rata-rata 81.2% dibandingkan jika tablet eritromisin tersebut diminum bersama air. Berdasarkan kriteria bioekivalensi jus jeruk siam dinyatakan tidak mempengaruhi bioavailabilitas eritromisin dengan bioavailabilitas eritromisin dengan jus jeruk berkisar antara 80-125% dibandingkan dengan bioavailabilitas yang diminum bersama air. Dari 13 subyek penelitian ini, jus jeruk siam tidak mempengaruhi bioavailabilitas eritromisin pada 3 orang subyek. Jus jeruk siam menurunkan bioavailabilitas eritromisin pada 7 subyek dan meningkatkan bioavailabilitas eritromisin pada 3 subyek. Kadar maksimal eritromisin dalam serum (Cmax) dari tablet eritromisin yang diminum bersama 200 ml jus jeruk siam berkisar antara 30.0°/o sampai 206.1% dengan rata-rata 93.6% dibandingkan dengan Cmax dari tablet eritromisin yang diminum bersama air. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa jus jeruk siam tidak mempengaruhi Cmax eritromisin (p = 0.173). Waktu untuk mencapai kadar maksimal eritromisin dalam serum (tmax) dari tablet eritromisin yang diminum bersama 200 ml jus jeruk siam memanjang dibandingkan dengan tmax dari tablet eritromisin tersebut diminum bersama air (rata-rata 2.04 dan 1.69 jam), tetapi tidak bermakna secara statistik. Waktu paruh eliminasi (t112) dari tablet eritromisin yang diminum bersama 200 ml jus jeruk siam sedikit memendek dibandingkan dengan t112 daii tablet eritromisin yang diminum bersama air (rata-rata 1.63 dan 1.73 jam), tetapi tidak bermakna secara statistik. Penurunan AUC dan Cmax eritromisin bersama jus jeruk siam dapat terjadi akibat hambatan OATP. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa eritromisin adalah ~ubstrat dari OATP dan transporter ini dihambat oleh jus jeruk siam. S~byek yang mengalami penurunan AUC dan Cmax mungkin mempuMyai transporter OATP yang dominan atau yang lebih peka terhadap hambatan oleh jus jeruk siam. Peningkatan AUC dan Cmax eritromisin bersama jus jeruk siam dapat terjadi akibat hambatan CYP3A4 dan/atau P-gp, tetapi tampaknya bukan akibat hambatan CYP3A4 karena jeruk siam tidak mengandung furanokumarin dihidroksibergamotin maupun flavonoid naringin dan naringenin yang menghambat aktivitas metabolik CYP3A4. Subyek yang mengalami peningkatan AUC dan Cmax mungkin mempunyai transporter P-gp yang dominan atau yang lebih peka terhadap hambatan oleh jus jeruk siam. Pada beberapa subyek dengan bioavailabilitas yang tidak berubah mungkin disebabkan oleh ekspresi transporter OATP dan P-gp yang seimbang. Pada 12 subyek terjadi penurunan kecepatan absorpsi."
2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Diandra Anindya Nugroho
"
Latar Belakang : Jus jeruk mengandung asam yang mengakibatkan erosi. Erosi pada permukaan email gigi dapat dilihat dengan mengukur kekasarannya.
Tujuan : Mengetahui perbedaan kenaikan kekasaran permukaan email antara perendaman jus jeruk kemasan dan segar.
Metode : 60 gigi premolar dibagi dalam 2 kelompok untuk direndam jus jeruk kemasan dan segar selama waktu tertentu.
Hasil : Perbedaan kenaikan kekasaran permukaan email pada perendaman jus jeruk kemasan dan segar berbeda bermakna dengan p<0.000
Kesimpulan : Terjadi peningkatan kekasaran permukaan email gigi yang lebih tinggi pada pemaparan dengan jus jeruk kemasan dibandingkan dengan pemaparan pada jus jeruk segar.
Background: Despite the health benefits, orange juice has acidic contents, which may cause tooth erosion. Objective: Know increase enamel roughness between submerge in commercial and fresh orange juice. Method: 60 premolar teeth are divided in 2 groups to be submerged in commercial and fresh orange juice at a certain point of time. Result: Different increasing levels of roughness in tooth’s enamel surface between the submergence in commercial and fresh juice has a significant value of p<0.000 Conclusion: Increase of roughness in tooth’s enamel submerge in commercial fruit juice are greater than submerge in fresh fruit juice."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Adelia Caryabudi
"Latar belakang: Jus buah bersifat asam sehingga meningkatkan risiko karies dan erosi gigi. Sebaliknya, saliva dengan mekanisme buffering-nya berperan dalam menetralkan asam. Tujuan: Mengetahui perubahan pH saliva setelah mengonsumsi jus jeruk kemasan, jus jeruk segar, dan jus lemon segar. Metode: Subjek usia 18-22 tahun diberi perlakuan mengonsumsi ketiga jenis jus jeruk. Nilai pH saliva diukur setelah 1-30 menit. Hasil: Perubahan pH saliva setelah konsumsi ketiga jenis jus tidak melewati pH kritis 5,5. Kesimpulan: Mekanisme buffering saliva normal mampu menetralkan asam dari jus jeruk kemasan dan jus jeruk segar sehingga pH saliva pada waktu 1-30 menit setelah konsumsi jus tidak melewati pH kritis.
Background: Fruit juices are acidic, thus increase the risk of dental caries and dental erosion. On the other hand, buffering mechanism of saliva has role in neutralizing acid. Objective: To find out changes in saliva pH after consumption of commercial orange juice, fresh orange juice and fresh lemon juice. Method: Subjects with age range of 18-22 are given 3 types of orange juice. Saliva pH is measured after 1-30 minutes. Result: Changes in saliva pH after consumption of all three juices didn’t reach the critical pH of 5.5. Conclusion: Normal saliva buffering mechanism can neutralize acid from commercial orange juice and fresh orange juice so that saliva pH in 1-30 minutes after consumption of juice did not reach critical pH."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library