Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rossy Fitria
"Jamur pelapuk putih (JPP) isolat A-1 dan Ganoderma lucidum yang
merupakan koleksi Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia
diketahui memiliki kemampuan dalam mendegradasi Tandan Kosong Kelapa
Sawit(TKKS). Sehubungan hal tersebut dilakukan pengujian terhadap A-1
dan Ganoderma lucidum untuk menghasilkan enzim lignolitik. Pengujian
aktivitas enzim lignin peroksidase (LiP), mangan peroksidase (MnP)dan
lakase eksoseluler dilakukan selama masa pertumbuhannya didalam
beberapa variasi media. Hasil pengamatan menunjukan bahwa tidak ada aktivitas MnP eksoseluler yang terdeteksi pada masing-masing isolat di
dalam medium uji, meskipun pada uji pendahuluan ekstrak miselium
Ganoderma lucidum menghasilkan aktivitas MnP endoseluler sebesar 0,66
U/mL pada media PDA. Dari seluruh medium yang diuji isolat A-1 hanya
menghasilkan lakase dengan aktivitas tertinggi pada media yang
mengandung 2% Energen cereal sebesar 1.162 U/mL pada inkubasi hari ke-
6 dengan pH pertumbuhan 5,0. Sedangkan Ganoderma lucidum hanya
menghasilkan LiP dengan aktivitas tertinggi pada media glukosa-melt-yeast
(GMY) sebesar 1.720 U/mL pada inkubasi hari ke-2 dengan pH pertumbuhan
5.5. Uji peningkatan aktivitas lakase isolat A-1 lebih lanjut terjadi pada media
yang mengandung 2% TKKS sebesar 0.38 U/mL pada inkubasi hari ke-10
dengan pH pertumbuhan 6,54. Purifikasi parsial pada kolom Sephacryl S-200
HR terhadap ekstrak enzim lakase pada medium 2%TKKS hari ke-15
menunjukan bahwa enzim lakase ter-recovery sebesar 58,23% dengan
kemurniaan 2 kalinya. Isolat A-1 menghasilkan aktivitas lakase maksimum
pada pH optimum 4,5. Aktivitas lakase tetap stabil setelah pemanasan
selama 30 menit pada temperatur kamar hingga 50oC dan menurun tajam
pada suhu 60oC. Pengaruh konsentrasi substrat ABTS terhadap aktivitas
lakase isolat A-1 menghasilkan harga KM dan Vmaks masing-masing 0.15mM
dan 0.56 U/mL."
Depok: [Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, Universitas Indonesia], [2005, 2005]
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yoana Emilio
"Jamur pelapuk putih (JPP) digunakan sebagai biodekomposer untuk mempercepat proses pengomposan karena kemampuannya menghasilkan enzim ligninolitik yang dapat mendegradasi lignin pada tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Limbah padat TkKS jumlahnya melimpah, dan sampai saat ini belum dimanfaatkan ,secara optimal sehingga mengganggu lingkungan dan menjadi sumber penyebaran hama dan penyakit diperkebunan kelapa sawit. Penelitian ini bertujuan memperoleh jenis isolat JPP unggul serta kondisi optimal pengomposan TKKS sehingga diperoleh hasil kompos dengan waktu yang lebih singkat serta memenuhi standar. TKKS steril kadar air ± 60% tanpa atau dengan penambahan dedak 15% (b/b), kotoran ayam 25% (b/b) atau disiram setiap hari dengan limbah cair kelapa sawit (LCKS) 0,01% (v/b). Setelah diinokulasi dengan JPP, media TKKS diinkubasikan pada temperatur kamar selama 6 minggu dan secara periodik diamati pertumbuhan miselium secara visual serta pH media, kadar air, lignin, selulosa, dan rasio C/N. Enam jenis isolat JPP yang diuji yaitu Pholiota sp., lmplery sp., dan Agray/ie sp, Ganoderma boninense, isolat K-14 dan A-1 serta dibandingkan dengan I I biodekomposer komersial (Orgadec). Pada seluruh perlakuan baikiyang tanpa atau dengan penambahan dedak atau kotoran ayam terjadi penurunan rasio C/N. Rendahnya rasio C/N pada pengomposan dengan penambahan kotoran ayam lebih disebabkan karena r:neningkatnya konsentrasi N yang .. berasal dari bahan organik kotoran ayam. Pengomposan TKKS dengan penyiraman LCKS setiap hari menghambat pertumbuhan miselium JPP isolat .. Pho/iota sp dan menginduksi terbentuknya badan buah. Pengomposan TKKS dengan JPP tanpa penambahan nutrisi memberikan hasil yang cukup baik bahkan pada beberapa isolat lebih baik dibanding pengomposan dengan Orgadec. Berdasarkan hasil pengamatan pertumbuhan miselium, penurunan I I kadar ligilin dan rasio C/N, isolat JPP te~baik untuk pengomposan TKKS . \ adalah Pho/iota sp., lmplery sp., dan A-1. '.Dekomposisi TKKS dengan isolat \ Pho/iota sp dan lmplery sp pad a minggu ke-4 menghasilkan C/N rasio sebesar 18,7 - 22,8%, sedangkan isolat A-1 mempunyai C/N rasio pad a minggu ke-2 sebesar 15,2% yang menunjukkan bahwa kompos cukup matang dan sesuai baku kompos menurut SNI"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Rahma Shaharani
"Populasi bakteri di mulut adalah terbesar kedua setelah usus. Mereka dapat menghasilkan senyawa sulfur mudah menguap, yang merupakan tanda halitosis (bau mulut) dan dapat menyebabkan penyakit gusi karena bersifat toksik. Senyawa ini dapat terurai oleh enzim ligninolitik. Tujuan penelitian ini adalah memperoleh enzim ligninolitik, yaitu mangan peroksidase dari jamur Trametes versicolor dan uji hambatan pertumbuhan bakteri Porphyromonas gingivalis dan Staphylococcus aureus. Jamur pelapuk putih Trametes versicolor diremajakan menggunakan media PDA dan serbuk daun nanas. Crude enzim dipanen dengan cara memindahkan jamur yang telah diremajakan ke media PDB, serbuk daun nanas, dan trace element, kemudian disentrifus (13000 G, 15 menit, 4°C). Fraksi enzim diperoleh dengan fraksionasi garam amonium sulfat saturasi 65%, dialisis dengan membran cut-off 8-14 kDa. Purifikasi dilakukan dengan kromatografi penukar ion menggunakan resin DEAE selulosa. Hasil uji aktivitas enzim di setiap tahapan purifikasi menunjukkan aktivitas spesifik sebesar 3884,830, 3994,647, dan 4424,652 U/mg, masing-masing hasil dari crude enzim, fraksionasi amonium sulfat, dan purifikasi kromatografi penukar ion. Penghambatan enzim terhadap bakteri P. gingivalis dan S. aureus menunjukkan kekuatan hambat yang kuat dengan diameter zona hambat 10,80 dan 11,20 mm, serta hasil KHM sebesar 60% untuk P. gingivalis dengan aktivitas antibakteri 10,177 U/mL (aktivitas enzim), 0,0023 mg/mL (kadar protein), dan 442,465 U/mg (aktivitas spesifik), dan 50% untuk S. aureus dengan nilai 8,481 U/mL (aktivitas enzim), 0,0019 mg/mL (kadar protein), dan 368,721 U/mg (aktivitas spesifik).

The bacterial population in the mouth is the second largest after the gut. They can produce volatile sulfur compounds, which are a sign of halitosis (bad breath) and can cause gum disease as they are toxic. These compounds can be degraded by ligninolytic enzymes. The purpose of this study was to obtain ligninolytic enzymes, which is manganese peroxidase enzyme from Trametes versicolor mushroom and test the inhibition of bacterial growth of Porphyromonas gingivalis and Staphylococcus aureus. The white weathering mushroom Trametes versicolor was rejuvenated using PDA media and pineapple leaf powder. Crude enzyme was harvested by transferring the rejuvenated fungus to PDB media, pineapple leaf powder, and trace elements, then centrifuged (13000 G, 15 min, 4°C). Enzyme fractions were obtained by 65% saturation ammonium sulfate salt fractionation, dialyzed with 8-14 kDa cut-off membranes. Purification was performed by ion exchange chromatography using DEAE cellulose resin. The enzyme activity test results at each purification stage showed specific activities of 3884.830, 3994.647, and 4424.652 U/mg, respectively from crude enzyme, ammonium sulfate fractionation, and ion exchange chromatography purification. Enzyme inhibition against P. gingivalis and S. aureus bacteria showed strong inhibition strength with an inhibition zone diameter of 10,80 and 11,20 mm, as well as KHM results of 60% for P. gingivalis with antibacterial activity of 10.177 U/mL (enzyme activity), 0.0023 mg/mL (protein content), and 442.465 U/mg (specific activity), and 50% for S. aureus with values of 8.481 U/mL (enzyme activity), 0.0019 mg/mL (protein content), and 368.721 U/mg (specific activity)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merianda Ramadhian Putri
"Keberadaan lignin yang dapat menjadi masalah dalam produksi biofuel dapat diatasi dengan cara delignifikasi. Proses delignifikasi menggunakan mikroorganisme telah menjadi perhatian akhir-akhir ini. Mikroorganisme yang berperan adalah jamur pelapuk putih dan bakteri. Dalam melakukan proses biodelignifikasi, kedua mikroorganisme ini menghasilkan enzim ligninolitik. Enzim ligninolitik antara jamur pelapuk putih dan bakteri menghasilkan persentase delignifikasi dan aktivitas enzim yang berbeda.  Artikel review ini meninjau ulasan mengenai proses biodelignifikasi menggunakan enzim ligninolitik dari jamur pelapuk putih dan bakteri yang akan dibandingkan antara hasil delignifikasi dan aktivitas enzim.  Penulis berharap dapat memberikan gambaran terkait perbandingan antara enzim ligninolitik dari kedua mikroorganisme tersebut.

The existence of lignin which can be a problem in biofuel production can be overcome by delignification. The delignification process using microorganisms has become a concern lately. The microorganisms that play a role are white rot fungi and bacteria. In carrying out the process of biodelignification, these two microorganisms produce ligninolytic enzymes. Ligninolytic enzymes between white rot fungi and bacteria produce different percentages of delignification and enzyme activity. This review article reviews a review of the biodelignification process using ligninolytic enzymes from white rot fungi and bacteria to be compared between the results of delignification and enzyme activity. The author hopes to provide an overview related to the comparison between ligninolytic enzymes of the two microorganisms."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jessica Jane Judono
"Secara umum, lignoselulosa terdiri dari selulosa, hemiselulosa, dan lignin yang membentuk struktur kompleks yang sulit dihancurkan. Pretreatment bertujuan untuk mendegradasi hemiselulosa dan lignin dari biomassa lignoselulosa serta meningkatkan aksesibilitas enzim ke selulosa yang merupakan bahan baku untuk proses konversi lebih lanjut menjadi produk bernilai tambah. Bahan biomassa memiliki komposisi lignoselulosa yang berbeda-beda yang dapat mempengaruhi proses pretreatment. Masing-masing strategi pretreatment memiliki kelebihan dan keterbatasan tersendiri. Pretreatment biologis merupakan metode yang ramah lingkungan dan hemat energi karena menggunakan mikroorganisme untuk mengatasi sifat rekalsitran biomassa lignoselulosa. Jamur pelapuk putih mampu mendegradasi lignin melalui produksi enzim ligninolitiknya, berupa lakase, lignin peroksidase (LiP), dan mangan peroksidase (MnP). Tujuan penulisan ini adalah memberikan rangkuman penelitian terkait pretreatment biologis menggunakan jamur pelapuk putih dan mekanismenya sebagai mikroorganisme yang dapat mendegradasi lignin. Selain itu, dibahas juga berbagai faktor yang mempengaruhi proses biodelignifikasi. Perlu penelitian lebih lanjut terkait optimalisasi berbagai parameter kondisi kultur agar dapat meningkatkan efisiensi proses pretreatment biologis.

Lignocellulosic biomass mainly consists of cellulose, hemicellulose, and lignin which form complex structures that are difficult to destroy. Pretreatment is significance for the degradation of hemicelluloses and lignin from the lignocellulosic biomass to make cellulose more accessible for further enzymatic process in its conversion into value-added products. Biomass materials have different lignocellulosic compositions which can affect the pretreatment process and requires certain strategy for effective treatment. While each pretreatment strategy has its own strengths and limitations. Biological pretreatment is considered to be an environmentally friendly process with low energy input and low disposal costs for it utilizes lignin-degrading microorganisms to reduce the recalcitrance of lignocellulosic biomass. White rot fungus are able to degrade lignin by producing ligninolytic enzymes, such as laccase, lignin peroxidase (LiP), and manganese peroxidase (MnP). The purpose of this paper is to presents an overview of studies related to biological pretreatment using white rot fungi and its mechanism as a lignin degrading microorganism. In addition, various factors affecting biodelignification process are also discussed. Further research related to parameters optimization of culture conditions is needed in order to increase the efficiency of the biological pretreatment process.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S70481
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library