Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Boca Raton: Taylor & Francis Group, 2009
541.372 ION
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Fleming, Ian
New York: John Wiley & Sons, ", 1976
541.28 FLE f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Schenk, George H.
Dallas: Houghton Mifflin, 1990
543.22 SCH q
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ouellette, Robert J.
New Jersey: Prentice-Hall, 1997
540 OUE i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hogness, T.R.
New York: Reinhart and Winston, 1954
543.1 HOG q
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kresna Septian
"Indonesia merupakan negara yang memiliki kelembaban yang cukup tinggi dan cuaca yang cukup panas, oleh karena itu negara Indonesia membutuhkan alat pengering udara agar kelembaban dapat turun sampai titik nyaman untuk manusia. Sistem pengering udara lebih ramah lingkungan sebagai teknologi alternatif untuk proses penurunan kelembaban, terutama dalam kasus dengan muatan laten yang tinggi untuk menjaga kualitas udara. Teknologi ini lebih efisien di iklim panas dan lembab seperti Indonesia. Penelitian ini melakukan penyelidikan eksperimental untuk mengetahui rasio kelembapan terhadap udara untuk mengetahui karakteristik cairan ionik menggunakan alat pengering udara. Cairan ionik dalam percobaan ini akan melewati bilah kayu yang berfungsi sebagai alat penukar kalor, cairan ionik akan bersirkulasi selama kurang lebih dua jam. Eksperimen ini memvariasikan laju aliran cairan ionic dari 200 sampai 600 L/h dan didapatkan juga hasil rasio kelembaban yaitu -0.10 sampai -0.56 g/kg. Setiap kenaikan laju aliran besarannya juga akan semakin meningkat.

Indonesia is a country that has quite high humidity and fairly hot weather, therefore the country of Indonesia needs a dehumidifier so that humidity can drop to a comfortable point for humans. The dehumidifier system is more environmentally friendly as an alternative technology for the process of reducing humidity, especially in cases with high latent loads to maintain air quality. This technology is more efficient in hot and humid climates such as Indonesia. This study conducted an experimental investigation to determine the humidity ratio of air to determine the characteristics of ionic liquids using dehumidifier. The ionic liquid in this experiment will pass through a conventional wooden slats that functions as a heat exchanger, the ionic liquid will circulate for about two hours. This experiment varied the flow rate of ionic liquids at 200 to 600 L / h and the results of the humidity ratio were -0.10 to -0.56 g / kg. Every increase in the rate of flow will also increase the humidity ratio."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Rina Wulandari
"Sistem penghantaran obat ke kolon banyak digunakan untuk memfasilitasi zat aktif terlepas dan memberikan efek terapi pada kolon. Salah satu penyakit yang dapat disembuhkan dengan sistem penghantaran ini adalah fibrosis usus. Tetrandrine digunakan sebagai obat antifibrosis usus. Penelitian ini bertujuan untuk membuat beads dengan metode gelasi ionik menggunakan polimer natrium alginat yang tersambung silang dengan kation Ca2+. Beads kalsium-alginat tetrandrine dibuat dalam tiga formula dengan variasi konsentrasi kalsium klorida yang digunakan (2%, 3%, 4%). Ketiga formula tersebut dikarakterisasi meliputi bentuk dan morfologi, ukuran partikel, kadar air, efisiensi proses, efisiensi penjerapan, uji termal, analisis difraksi sinar x, dan uji daya mengembang. Beads yang dihasilkan berbentuk hampir bulat, distribusi ukuran partikel 742.753µm – 780,683µm. Efisiensi penjerapan dari ketiga formula berturut-turut yaitu 78,920%, 82,701%, dan 68,504%. Formula yang paling optimum (beads formula 2) disalut dengan HPMCP HP-55 atau CAP kemudian dilakukan uji pelepasan obat secara in vitro. Uji pelepasan dilakukan pada medium asam klorida pH 1,2, dapar fosfat pH 7,4 dan dapar fosfat pH 6,8. Hasil pengujian menunjukkan bahwa beads yang disalut dengan CAP 10% melepaskan obat dengan total kumulatif yang paling besar. Beads CAP 10% dilakukan uji pentargetan obat secara in vivo dan hasilnya beads ditemukan dalam usus tikus.

Colon drug delivery system has been used to facilitate drug to release and give therapeutic effects in colon. Intestinal fibrosis is one of the diseases that can be cured by colon drug delivery system. Tetrandrine was used as intestinal antifibrotic drug. The aim of this research was to prepare beads by ionic gelation method, where sodium alginate were crosslinked with Ca2+ cation. Calcium-alginate beads tetrandrine were prepared in three formulas which various concentration of CaCl2 (2%, 3%, 4%). These beads were characterized include shape and morphology, particle size, moisture content, process efficiency, entrapment efficiency, thermal analysis, x-ray diffraction analysis, and swelling analysis. The result showed that beads which produced have almost spherical form, most of particle size was between 742.753µm – 780,683µm. The entrapment efficiency of three formulas were 78.920%, 82.701%, dan 68.504%. The best formula (beads formula 2) coated with HPMCP HP-55 or CAP and tested by in vitro drug released. The release test performed in pH 1.2 hydrochloric acid, pH 7.4 and pH 6.8 phosphate buffer. The highest drug released of tetrandrine showed in beads which coated by CAP 10%, then tested by in vivo drug targeting and the result showed that beads were found in intestinal rat.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S63808
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Effionora Anwar
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari kemampuan penjerapan klorfeniramin maleat (CTM) yang bersifat ampifilik oleh niosom. Niosom adalah pembawa obat yang menyerupai liposom dalam bentuk enkapsul serta berperan dalam sistem pelepasan obat. Niosom dan liposom mempunyai masalah kestabilan, hal itu dapat diatasi oleh proniosom yang merupakan bentuk kering dari niosom. Proniosom dibuat menggunakan maltodekstrin DE 5-10 yang berasal dari pati garut (Maranta arundinaceae Linn.), yang dikombinasi dengan Span 60 dan kolesterol sebagai surfaktan non ionik dalam enam formula. Tingkat penjerapan CTM tergantung pada kombinasi surfaktan dalam proniosom, konsentrasi zat aktif dan jumlah proniosom yang digunakan, suhu dan lama hidrasi. Niosom yang dibuat dari sejumlah proniosom formula 3 dengan cara hidrasi menggunakan air demineral hingga konsentrasi 10 mM pada suhu 80oC selama 2 menit mampu menjerap CTM yang ditambahkan 1mM sebesar 94,04%. Konsentrasi proniosom formula 3 ditingkatkan sampai menghasilkan surfaktan 30 mM dan mengandung CTM 10 mM dalam niosom, ternyata meningkatkan penjerapan CTM.

Study of the Capability of Niosomes that Used Maltodextrin from Garut Starch (Maranta arundinaceae Linn.) as a Chlorpheniramine Maleate Carrier. The aim of this research was to study the entrapment ability of ampiphylic drug, chlorpheniramine maleate (CTM), by niosome. Like liposomes, niosomes is an encapsulated drug carrier that has important role in a drug release system. Niosomes and liposomes are unstable, but niosomes could be handled by proniosomes. Proniosomes in this research was prepared using the combination of maltodextrin DE 5-10 from arrowroot starch (Maranta arundinaceae Linn.), Span 60 and Cholesterol as non ionic surfactant in six formulas. The entrapment level of CTM depends on combination of surfactant in proniosomes, drug substance concentration and proniosomes quantity, temperature, and hydration times. Niosomes (10mM) that was prepared by proniosomes in formula 3 has been hydrated at 80 oC for 2 minutes using demineralized water could entrapped 94,04%, of 1 mM CTM. The proniosomes in formula 3 was increased up to 30 mM surfactant and 10 mM CTM in niosomes, could increase the entrapment of CTM. "
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Effionora Anwar
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari kemampuan penjerapan klorfeniramin maleat (CTM) yang bersifat ampifilik oleh niosom. Niosom adalah pembawa obat yang menyerupai liposom dalam bentuk enkapsul serta berperan dalam sistem pelepasan obat. Niosom dan liposom mempunyai masalah kestabilan, hal itu dapat diatasi oleh proniosom yang merupakan bentuk kering dari niosom. Proniosom dibuat menggunakan maltodekstrin DE 5-10 yang berasal dari pati garut (Maranta arundinaceae Linn.), yang dikombinasi dengan Span 60 dan kolesterol sebagai surfaktan non ionik dalam enam formula. Tingkat penjerapan CTM tergantung pada kombinasi surfaktan dalam proniosom, konsentrasi zat aktif dan jumlah proniosom yang digunakan, suhu dan lama hidrasi. Niosom yang dibuat dari sejumlah proniosom formula 3 dengan cara hidrasi menggunakan air demineral hingga konsentrasi 10 mM pada suhu 80oC selama 2 menit mampu menjerap CTM yang ditambahkan 1mM sebesar 94,04%. Konsentrasi proniosom formula 3 ditingkatkan sampai menghasilkan surfaktan 30 mM dan mengandung CTM 10 mM dalam niosom, ternyata meningkatkan penjerapan CTM.

Study of the Capability of Niosomes that Used Maltodextrin from Garut Starch (Maranta arundinaceae Linn.) as a Chlorpheniramine Maleate Carrier. The aim of this research was to study the entrapment ability of ampiphylic drug, chlorpheniramine maleate (CTM), by niosome. Like liposomes, niosomes is an encapsulated drug carrier that has important role in a drug release system. Niosomes and liposomes are unstable, but niosomes could be handled by proniosomes. Proniosomes in this research was prepared using the combination of maltodextrin DE 5-10 from arrowroot starch (Maranta arundinaceae Linn.), Span 60 and Cholesterol as non ionic surfactant in six formulas. The entrapment level of CTM depends on combination of surfactant in proniosomes, drug substance concentration and proniosomes quantity, temperature, and hydration times. Niosomes (10mM) that was prepared by proniosomes in formula 3 has been hydrated at 80 oC for 2 minutes using demineralized water could entrapped 94,04%, of 1 mM CTM. The proniosomes in formula 3 was increased up to 30 mM surfactant and 10 mM CTM in niosomes, could increase the entrapment of CTM. "
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2004
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sjodin, Raymond A.
New York: John Wiley & Sons, 1982
591.185 2 SJO t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>